v [The Holder Of Deliverance] Part 4 : Perubahan | UNSOLVED INDONESIA

[The Holder Of Deliverance] Part 4 : Perubahan

Bagian Keempat dari Cerita The Holder Of Deliverance

Mencari...

File ditemukan.

Tanggal: Apr-18-08

Penulis: J. Quincy

Saat Object berada di tangan Seeker, banyak hal bisa terjadi pada obyek itu. Obyek terkadang akan berpindah tangan, bahkan bisa saja hilang secara tidak sengaja. Ketika ini terjadi, sering kali obyek itu entah bagaimana menemukan jalan kembali ke pemiliknya. Jika itu tidak terjadi, obyek itu kemungkinan besar kembali ke tangan sang Holder.

Sebagian besar waktu, Seeker akan bergantung pada obyek-obyek itu secara obsesif. Bahkan bagi para Seeker yang tampaknya mampu mempertahankan kewarasan mereka setelah mendapatkan obyek tertentu, terkadang akan mengalami gangguan mental juga pada akhirnya. Mereka akan mulai berubah. Kecanduan menguasai mereka, dan saat mereka sepenuhnya terputus dari kehidupan sosial di sekitar mereka, hubungan yang tersisa hanyalah hubungan dengan obyek yang mereka miliki namun didasari dari kegilaan.

Sesekali, kau akan mendengar cerita aneh tentang Seeker yang menghilang secara tiba-tiba, tanpa ada yang tahu ke mana mereka pergi. Jika kau menggali cukup dalam, kau mungkin menemukan bahwa sering terjadi pemadaman listrik di sekitar area tempat mereka tinggal pada saat mereka menghilang. Ketika ini terjadi, ketahuilah bahwa Holder baru telah lahir.

.

.

.

Pada titik tertentu, aku seharusnya menyerah. Aku telah masuk ke dunia asing yang tidak sepenuhnya aku pahami. Semua itu,  karena rasa ingin tahu dan tidak lebih. Pada titik apa aku harus tinggal di rumah saja dan melupakan semuanya?

Namun, setiap kali aku memikirkannya, aku tidak tahan memikirkan tentang betapa membosankannya duniaku sebelumnya. Setiap hari adalah sama, dan berulang-ulang. Aku datang ke New York untuk mengejar mimpi yang tidak akan terwujud, dan sebagai hasilnya, aku semakin jatuh ke dalam kehidupan normal yang monoton.

Aku mengatakan pada diri sendiri sejak aku terlibat. bahwa aku tidak akan berhenti sampai aku mendapatkan semua jawaban atas pertanyaanku. Itulah kenapa, sampai di titik ini, belum ada hal yang bisa memaksaku untuk berhenti.

Bahkan setelah pertemuan dengan Thompson, aku memilih untuk menggali informasi lebih dalam. Setidaknya, itu satu-satunya hal yang bisa aku lakukan untuk sekarang.

Apa maksud dari pesan “SELAMATKAN AKU” ? Apakah si Putri Salju sedang dalam masalah? Apa yang dia kejar? Untuk mendapatkan jawaban ini, aku mencari sosok yang direkomendasikan Thompson padaku : Sang Pustakawan (atau The Librarian)

Dia terkenal di komunitas Seeker, sebagai peneliti yang menghabiskan sebagian besar waktunya mengumpulkan informasi tentang Object dan Holder. Rupanya, dia tidak sepopuler yang aku kira. Dia hanyalah seorang “seeker wannabe” yang terlalu takut untuk melakukan pencarian sendiri.

Dari informasi yang aku dapat, dia tinggal di Boston, yang jaraknya beberapa jam dari tempatku tinggal. Aku tidak mempermasalahkan jarak, jadi, aku sudah merencanakan untuk pergi ke tempatnya di akhir pekan.

Oke, aku harus mengakui, bahwa rasa ingin tahuku tentang dunia per-seeker-an ini membuatku cukup obsesif ketika aku menemukan informasi-informasi tentang instruksi untuk bertemu para Holder.

“Petunjuk” ini telah dikumpulkan dari berbagai sumber, yang sebagian besar sangat terlihat meragukan. Meskipun begitu, aku diberitahu bahwa memang seperti itu seharusnya. Tidak peduli seberapa banyak aku bertanya, para seeker ini tidak bisa membuktikan dengan pasti bahwa Obyek-obyek itu benar-benar ada. Kau hanya bisa membuktikannya dengan mengikuti instruksi dan lakukan pencarian sendiri, katanya.

Bagian dari apa yang membuat mereka begitu menarik adalah, bahwa setiap orang bisa pergi ke tempat tertentu, meminta untuk mengunjungi seorang Holder, dan menjalani tes untuk mendapatkan sebuah Object. Sejauh yang tertulis, memulai ‘pencarian’ adalah semudah berkunjung ke tempat-tempat itu—tentu apa yang akan terjadi setelah berada di tempat yang benar, adalah lain cerita, katanya.

Aku berpikir, untuk membuktikan kebenarannya, aku harus masuk secara langsung ke lapangan dan menemukan sebuah obyek untuk diriku sendiri. Jujur, aku bahkan masih setengah hati dan belum sepenuhnya percaya akan hal-hal ini namun, sekali lagi, rasa penasaranku mengalahkan segalanya.

“Di kota mana pun, di negara mana pun, pergilah ke rumah sakit jiwa atau rumah rehabilitasi mana pun yang bisa kau kunjungi...”

Instruksi yang aku miliki sekarang sangat jelas tentang apa yang harus aku lakukan untuk menemukan Object ini. Aku berdiri di luar rumah sakit jiwa di Hartford, dengan memegang printout dari sebuah instruksi yang aku dapat. Tanganku sedikit bergetar.

Mengapa aku sangat gugup? Yang harus aku lakukan adalah masuk, meminta bertemu Holder, dan keluar dengan perasaan malu. Petugas itu mungkin hanya akan memberiku tatapan lucu, itu saja. Tapi, bagaimana jika bukan itu yang terjadi?

Aku berderit membuka pintu perlahan dan berjalan ke meja depan. Jantungku berdebar kencang di telingaku, dan aku hampir harus mengingatkan diriku sendiri bagaimana cara berjalan. Wanita di meja depan menatapku seperti aku adalah pasien yang berkeliaran, jadi aku mencoba untuk mengalihkan pandanganku saat aku mencapai meja.

“Ada yang bisa saya bantu?” dia bertanya dengan nada monoton.

Sudah terlambat untuk kembali sekarang.

“Hai, Bolehkah aku berbicara dengan The Holder Of Change?” tanyaku dengan suara yang semakin mengecil disetiap katanya.

Butuh beberapa saat agar kata-kata itu meresap, dan dia mulai mengangkat alisnya, seperti yang kuduga. Awalnya, aku sangat mengharapkan dia akan menatapku aneh dan menganggapku orang gila.

Namun, kesunyian canggung itu pada akhirnya diikuti dengan dia yang tersenyum sinis dan berkata : "Tentu boleh, tapi pertama-tama anda harus membantu saya..."  dan menggantungkan kalimatnya.

Hening.

Orang ini barusaja menggantungkan kalimatnya dan tidak melanjutkannya lagi. Aku mengernyitkan dahi, mencoba menatapnya dengan tatapan menyelidik. Apa orang ini baik-baik saja?

Sebenarnya, aku mau bertanya namun, pikiranku sepenuhnya blank ketika kulihat senyumannya yang kosong dan tanpa kebahagiaan sama sekali, mencoba mengintimidasiku.

Aku hampir saja kabur dari tempat itu hingga pada akhirnya, dia berucap kalimat yang sama, dengan nada yang lebih kasar “ANDA AKAN MEMBANTU SAYA KAN?!”

Aku menelan ludah gugup. Karena sudah terlanjur takut. Aku tidak memperhatikan apapun lagi. Di titik ini, aku bahkan tidak mau tau bantuan apa yang dia inginkan dariku. Karena sudah tidak tau lagi, aku hanya mengatakan apa yang ada di otakku kala itu.

“Aku hanya ingin bertemu dengan The Holder Of Change!” dengan segenap rasa malu dan takut yang menghinggapiku.

Mendengar permintaanku untuk kedua kali, senyuman anehnya itu hilang. Pada akhirnya, dia memintaku mengikutinya. Dia kemudian, secara perlahan membawaku menyusuri lorong sebelum berhenti di lemari sapu dan meninggalkanku sendiri. Dia pergi dengan berjalan mundur secara aneh, dan aku hanya bisa menatapnya sampai dia sepenuhnya menghilang.

What?

Aku kembali mengecek printout instruksi yang ada di kantongku. Saat itu, aku langsung sadar apa yang terjadi. Ini pasti lelucon. Beberapa lelucon rumit yang dilakukan petugas. Dia bereaksi persis seperti instruksi yang aku bawa! Sudah pasti ini prank kan?

Aku melirik sekitar, mencoba mencari-cari orang yang bersembunyi di sudut-sudut tembok dan tertawa-tawa karena puas mengerjaiku. Tidak ada orang. Kemudian, pandanganku beralih ke lemari sapu yang ada di tempat itu.

Menimang sebentar, aku pada akhirnya mengikuti instruksi dan melalukan apa yang harus aku lakukan. Yah, setelah semuanya, ini adalah tujuanku datang kesini.

Aku melangkah masuk ke lemari sapu dan menutup pintu rapat-rapat. Itu satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti. Tidak mungkin bagian selanjutnya bisa diatur, ya kan? tidak peduli seberapa banyak orang iseng yang ada.

“...masuklah ke dalam lemari dan tutup pintunya; tutup matamu selama 5 detik dan buka kembali pintu. Sekarang, kau akan melihat sebuah ruangan kecil tanpa jendela, dengan seorang anak perempuan muda berada di tengahnya.”

Hah! Di dalam ruang sapu selama beberapa detik dan ketika aku keluar, aku akan ada di tempat lain? Mana ada! Sudah pasti aku akan membuka pintu kembali ke rumah sakit jiwa, dan petugas hanya akan menertawakanku saat aku keluar dari gedung dengan memalukan. Yap, Itu adalah bagaimana hal selanjutnya akan terjadi.

Pasca memejamkan mata selama 5 detik, aku mengambil napas dalam-dalam, sebelum mendorong pintu lemari sapu untuk membukanya kembali.

Aku kemudian dikagetkan oleh seorang gadis yang berada di tengah ruangan. Mungkin reflek atau apa, aku secara sengaja menutup lemari kembali dan meluangkan waktu untuk memproses.

Tunggu, ruangannya berbeda dari yang aku datangi tadi? Menyadari itu, aku langsung membuka pintunya lagi, kali ini dengan perlahan.

Ruangan di depanku kecil dan tak berjendela, seperti sel penjara. Cat mengelupas dari dinding, sarang laba-laba mengintai di sudut-sudut, dan satu-satunya lampu yang tergantung di langit-langit berkedip setengah hati. Ruangan yang aku lihat terlihat lebih tua dari apa pun yang pernah aku kenal, seolah-olah telah ditinggalkan selama beberapa dekade.

Beberapa detik setelah aku membuka pintu, bau busuk langsung masuk ke lubang hidungku. Sosok gadis yang sekilas aku lihat tadi, kini sudah digantikan dengan sesuatu yang lain. Itu adalah mayat di tengah lantai, yang jelas sudah berumur beberapa bulan. Daging sudah membusuk dan belatung nampak terlihat dibeberapa bagian tubuhnya. Sebagian besar wajahnya sudah mengelupas dan hanya menyisakan bagian hidung dan mulut saja, yang sangat dekat untuk ikut terkelupas juga.

Di tangan mayat itu tergeletak sebuah revolver yang berkilau seperti baru.

Lututku gemetar, aku tersandung ke dalam ruangan dengan susah payah. Udara di sini sangat tebal dan bau orang mati sangat menyengat, sehingga aku merasa seperti akan mati lemas.

Rasanya salah. Semuanya terasa salah di sini. Aku telah melangkah ke dunia yang benar-benar terpisah dari rumah sakit jiwa, atau bagian lain dari dunia yang aku kenal. Terasa gelap dan mengancam.

Aku berlutut di atas wajah mayat itu, sambil terengah-engah. Pemandangan begitu mengerikan, dan sulit untuk menahan muntah. Rongga mata yang kosong menatapku seolah menunggu pertanyaan yang harus kuajukan. Itu adalah pertanyaan yang menurut instruksi, harus aku tanyakan dengan benar.

“M-Mereka itu d-dulunya apa?” tanyaku dengan terbata-bata.

Ibarat ditenagai oleh kata-kataku, mayat itu dengan perlahan menolehkan lehernya, menatapku dengan tatapan kosong yang sangat jelas sudah tidak ada bola mata disana. Rahangnya berderit seperti engsel yang patah, terkunci pada tempatnya dan bergerak ke atas dan ke bawah. Dari kedalaman tenggorokannya terdengar suara, yang terdengar seperti diucapkan dari dasar sumur.

Aku mencoba menjauh darinya, namun, tangan mayat itu mencengkram rambutku dan menarikku untuk lebih dekat. Ketika mulutnya berada tepat di depan telingaku, dia mulai berucap dan menjawab pertanyaanku.

Jantungku berdetak kencang dan keringatku sudah lama habis. Detik itu, aku merasa jiwaku sendirilah yang terkuras secara perlahan.

Aku tidak tahu berapa lama dia berbicara. Sangat sulit untuk fokus dikeadaan yang menantang logika seperti ini. Tapi, yang aku ingat dari semua adalah, apa yang dikatakannya membawa teror ke perasaanku yang belum pernah aku ketahui ada. Suaranya merobek jiwaku dengan setiap suku kata.

Begitu dia melepaskan cengkramannya dari rambutku, aku langsung mundur, beteriak dan menangis sejadi-jadinya. Pengalaman yang barusaja aku dapatkan, ibarat seperti aku dilecehkan dengan sebegitu rendahnya. Tanganku tidak bisa berhenti bergetar dan rasanya aku ingin jatuh ke lubang yang dalam saja.

Aku sempat melirik ke revolver yang ada di tangan mayat itu dan apa yang terjadi setelahnya, tidak bisa kuingat lagi.

Sekarang, aku berbaring di halaman institusi, dengan tanda memar kusam di dahiku. Detail tentang bagaimana aku bisa keluar dari tempat itu dan berakhir disini, sangat sulit kuingat. Tentu yang aku tau adalah, aku telah keluar dari dunia sang Holder.

Yang mengejutkan, bagaimanapun, adalah fakta bahwa ‘obyek’ yang merupakan alasan aku melakukan semua ini, benar-benar aku genggam di tangan kiriku. Itu adalah selongsong peluru kecil yang kosong.

Butuh waktu beberapa hari bagiku untuk pulih dari semua pengalaman itu. Ketika aku mencoba membaca kembali instruksi dari perjalanan yang sudah aku lakukan, aku baru paham satu hal : Untuk keluar dari dunia sang Holder, aku telah menembak kepalaku sendiri.

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "[The Holder Of Deliverance] Part 4 : Perubahan"

Post a Comment