v [The Holder Of Deliverence] Part 11 : Terwariskan | UNSOLVED INDONESIA

[The Holder Of Deliverence] Part 11 : Terwariskan

Bagian Final dari Cerita The Holder Of Deliverance

“Mengapa salju turun?”

“Salju turun untuk menutupi kesedihan abadi mereka.”

“Mengapa sungai mengalir?”

“Itu mengalir untuk membawa mereka yang telah meninggal dengan damai ke tempat peristirahatan terakhir mereka.”

“Mengapa Pendulum berayun?”

“Pendulum berayun untuk setiap jiwa yang hilang, yang sempat melihat pembebasan terakhir dari para obyek. Jika kau berkenan, izinkan aku menceritakan kisah mereka.”

.

.

.

Musim dingin berlalu dengan lambat. Salju sudah berhenti turun namun hujan penanda awal musim semi tak kunjung datang. Jalan-jalan Manhattan nampak kosong, dan warna abu-abu kota ini barusaja mulai kembali, setelah sekian lama dikuasai oleh warna putih.

Sesekali, merah dan hijau yang mulai menonjol, menandakan bahwa bunga dan pohon sudah siap terbangun dari tidur panjang mereka selama musim salju.

Tentu, dari semua sudut Manhattan, satu-satunya tempat di mana warna menolak untuk kembali, adalah di tubuh sosok wanita berkulit dan berambut putih, yang kini berdiri di jalan di bawah gedung apartemen. Pesan yang terukir di aspal yang dia pijaki, kini telah usang.

Apartemen di atas yang dulunya milik seorang perempuan bodoh, telah dibersihkan, dan penyewa baru sudah pindah menempati

Saat dunia terus bergerak, dia tetap menunggu. Selama dia menunggu, dia akan datang ke tempat ini, setiap jam dan setiap saat. Jam berubah menjadi hari, dan hari berubah menjadi minggu. Hingga akhirnya, hari itu tiba ketika kesabarannya terbayar.

Dimalam yang dingin di tempat yang sama, seorang perempuan lain mendekatinya. Perempuan itu juga mengenakan jubah putih, mirip dengan miliknya yang masih dia kenakan sampai sekarang. Si bodoh itu sendiri sudah tidak ada lagi. Sosok yang berdiri di hadapannya ini adalah The Holder Of Deliverance, dan tidak lebih.

Meskipun dia terlihat seperti orang yang sama, matanya tidak menunjukkan kehidupan. Tidak ada belas kasihan, tetapi hanya petunjuk tentang apa yang dia simpan di dalam hatinya; Pengetahuan yang tidak terbatas, dan ketakutan yang tidak dapat diketahui.

“Apakah kau adalah Pemegang Pembebasan?” Sang ‘Seeker’ bertanya, mengulangi kata-kata yang dulu pernah diucapkan Jules Quincy kepadanya.

Sosok didepannya kemudian menjawab, “Kebebasan hanya dimiliki oleh mereka yang telah mendapatkannya.”

Sang Holder baru itu, tidak membawa Seeker yang ada di depannya ini ke sungai, seperti yang akan dia lakukan dalam situasi itu. Sebagai gantinya, dia malah mengangguk pada sang Seeker dengan sadar dan mengeluarkan Pendulum langsung dari sakunya.

“Kau datang untuk ini, bukan?” tanya sang Holder.

Sang Seeker ragu-ragu, sebelum mengulurkan tangannya seperti seorang pengemis. “Aku hanya ingin memeriksanya.”

The Holder Of Deliverance mengamati perempuan itu dari atas dan ke bawah tanpa ekspresi, dan dalam tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sang Holder meletakkan obyek yang dia jaga secara cuma-cuma, di telapak tangan sang Seeker dengan lembut.

Sang Seeker nampak terdiam, menatap benda yang kini ada di genggamannya. Untuk sesaat, muncul keinginan untuk membawanya kabur. Namun, dia kembali melayangkan pandangan kepada sang Holder yang menunggu dengan sabar.

Setelah beberapa saat memegang benda itu, sang Seeker menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam. Dia meremas Pendulum di tangannya sekali dengan erat sebelum menyerahkannya kembali ke The Holder Of Deliverence.

Sang Holder hanya menerimanya tanpa berekspresi. Di kepala ‘sang putri salju’, dia sedikit terganggu dengan tingkah Erica yang berbeda. Meskipun begitu, ia bisa memaklumi. Soalnya dia tau betul kenapa dia seperti itu.

Putri Salju kemudian menepuk pundak sang Holder sekali, sama seperti saat pertama orang di depannya ini melakukannya ketika mereka pertama bertemu. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain mendoakan yang terbaik untuknya dalam menghadapi keabadian yang akan datang.

“Kau tidak akan menemukanku di sini lagi.” Ujar sang Holder kepada si Putri Salju. Masih tidak ada ekspresi apapun di wajahnya.

Si Putri salju tidak merisaukan apapun “Aku tidak akan merindukanmu.”

Menatap sang perempuan berambut putih untuk terakhir kali, The Holder Of Deliverence meraih ke dinding dan merobek ruang dengan kukunya. Air hitam berminyak mengalir melalui lubang dimensi yang dibuatnya, melintasi tanah dan menodai beton.

Tanpa menunggu apa-apa lagi, sang Holder melangkah masuk ke dalam lubang itu sebelum dia menghilang sepenuhnya. Meninggalkan si Putri salju seorang diri.

Bagi perempuan berambut putih itu, semua sudah berakhir. Dia tidak tahu ke mana dia harus pergi sekarang, karena dia memang tidak punya apa-apa. Ingatannya tentang kehidupannya sebelum menjadi Holder sudah terlalu usang sehingga dia sudah tidak mengenal kerabat atau siapapun yang bisa dia pulangi.

Dia menatap langit, ketika awan mendung meneteskan tetesan hujan pertama di keningnya. Dia menjeda sebentar sebelum menghirup udara lembab yang menandakan akan segera turun hujan.

Setelah semua pikiran itu sudah berlalu, dia menatap sekitar untuk secara tidak sengaja melirik tiang listrik. Di tiang listrik itu, terdapat sebuah pamflet berisi audisi pencarian bakat untuk aktris teater lokal.

’Yah, sepertinya aku akan mencoba kehidupan sebagai manusia’

Baca The Holders Series Lainnya

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "[The Holder Of Deliverence] Part 11 : Terwariskan"

Post a Comment