v The Balance Saga 12 : Essum In Balance | UNSOLVED INDONESIA

The Balance Saga 12 : Essum In Balance

 The Balance Saga

Diambil dari theholders.org

Catatan Admin : Karena dialog tokoh di chapter ini sedikit membingungkan, admin sudah memisahkanya dengan warna. Antara merah dan biru, adalah sosok yang berbeda.

Ini adalah bagian keduabelas dari serial The Balance Saga

.

“Essum In Balance”

.

[Ditengah pertempuran di dalam menara]

Balance memegang bilah pedang yang hendak menancapnya; itu adalah upaya terakhir untuk menghentikan kematiannya yang akan datang. Dia telah dikalahkan, dan melalui seluruh kekuatannya, The Balance tidak dapat menghentikan Eddo Edi Essum.

Secara fisik, Essum lebih kuat, secara mental dia lebih stabil dan dari segi sihir, dia juga lebih unggul dari Dallas. Dia mungkin sudah merencanakan ini selama bertahun-tahun, Balance kini sadar bahwa dirinya sombong, karena berpikir bahwa dia bisa masuk dan menghancurkannya.

Apa pun yang dilakukan Edo Edi Essum selama dia bersembunyi, hal itu membuatnya lebih kuat secara inklusif daripada Balance. Dallas yakin jika dia memiliki lebih banyak waktu untuk berlatih, melatih kekuatannya secara keseluruhan, dia akan mampu mengalahkan Essum dengan mudah (tentu itu hanyalah kalimat penghibur yang datang ketika semua sudah terlambat untuk diupayakan lagi).

Dallas baru menjadi The Balance selama satu dekade, Edo Edi Essum setidaknya sepuluh ribu tahun lebih tua dari Balance, sehingga pengalaman sangat membantunya. Maka, dalam upaya lemah untuk menghentikan kematiannya, Balance meraih bilah pedang yang digunakan Eddo Edi Essum. itu adalah Pedang Raja Hitam, pedang yang sama yang sempat digunakan Kesatria Jubah Hitam untuk menusuk Legion.

Pedang itu berhenti. Tapi bukan karena tangannya, melainkan karena Essum menginginkannya..

Essum telah menggunakan tangannya yang lain untuk mengunci pergelangan tangan Dallas. Kemudian, Balance merasakan kekacauan dalam pikirannya. Karena panik, dia mengangkat bilah pedang dari wajahnya, dan kemudian bangkit.

Essum tersandung ke belakang, mencoba tidak terjatuh. Dallas melihat kebingungan dan kemarahan di matanya, dan tidak banyak yang bisa dilihat. Sudah semenjak pertempuran dimulai, Balance memaksa masuk lebih dalam ke dalam pikiran Essum. 

Tidak hanya secara fisik mereka bertarung, namun juga secara mental. Dallas mencoba membaca setiap informasi di otak Essum menggunakan telepati, dan Essum juga melakukan hal yang serupa. Mereka mencoba masuk ke pikiran masing-masing dan menggunakan apapun yang mereka dapat di pikiran keduanya, untuk saling menghancurkan dari dalam.

 

“Lihatlah apa yang terjadi padaku! Aku bukan iblis ini. Aku bukan Essum. Aku tidak akan membiarkanmu mengendalikanku lagi! Keluarlah dariku! Keluar sekarang!“

Balance mengaduh dan tersadar. Di perang fisik dan mental ini, dia baru mengetahui bahwa didalam tubuh Essum, ada sosok yang terperangkap. Mungkin, hanya mungkin, Essum merasuki orang itu untuk menggunakannya sebagai Inang, dan membuat orang didepan Dallas kini, pada dasarnya tengah ‘dikendalikan’.

.

Essum mulai mencabik-cabik dirinya sendiri, sambil berteriak. Dia mulai mengoyak kulitnya yang pucat, hampir seperti tulang, hampir seperti plastik. Dari wajahnya, Balance bertanya-tanya sejenak apakah dia bahkan merasakan sakit,  namu nampaknya tidak, karena dia terus mencabik-cabik dirinya sendiri hingga hancur.

Setiap potongan kulit-karapas-apa pun yang terhempas ke tanah, dengan cepat tampak menggeliat seperti cacing dan masuk ke dalam celah-celah di lantai. Dan saat Essum terus mencabik-cabik tubuhnya, Balance merasakan sesuatu tumbuh di dalam diri Essum. Sesuatu yang dia tidak pernah mengira bisa dia rasakan pada makhluk seperti Essum.

Cinta.

Sesuatu di dalam Essum, di dalam nuraninya, cukup manusiawi untuk mengingat seperti apa rasanya cinta, dan Balance tahu bahwa itulah yang tengah melawan dari dalam.

Essum kemudian berhenti sebentar dan melihat bola api di tulang rusuknya. Essum memasukkan tangannya ke dada dan menyentuhnya, kali ini teriakannya terdengar nyaring dan brutal. Itu sungguh menyakitkan.

Essum sempat melirik Balance sejenak, sebelum meremas bola api itu.

.

'Tuggu disana, Dallas! Biarkan inangnya lepas dulu. Setelah pelepasan selesai, semua akan baik-baik saja. Essum tidak akan menjadi masalahmu dalam waktu lama, Balance, yang perlu kau lakukan hanyalah duduk dan menunggu.'

Balance mendengar telepati lain, tapi itu bukan berasal dari Essum maupun sosok yang ada didalamnya.

“Siapa kau?”

'Jangan khawatirkan aku, karena kita berada di pihak yang sama. Terikat oleh tujuan, dipisahkan oleh waktu. Bukan takdirmu untuk mengalahkan Essum, melainkan itu takdirku!'

.

Essum mulai terbakar, daging dan kulitnya tampak seperti membara dari tubuhnya saat beberapa bagian kecil dengan cepat hangus seperti abu.

Dia berteriak kesakitan dan marah untuk terakhir kalinya, saat tangannya sendiri mencabut bola api itu dari dadanya. Nyala api di bola itu semakin membara, sebelum kemudian benda itu melayang di tempatnya, sementara 'inang' Essum yang tersiksa terjatuh ke tanah.

Balance berjalan menghampirinya, mengangkat Pedang Raja Hitam yang dia pungut, dan menempelkannya di dekat leher "pria" yang terjatuh itu.

 

“Siapa kau?” Balance bertanya padanya, lebih seperti perintah daripada pertanyaan sebenarnya.

“Aku... bukan sesuatu yang harus kau khawatirkan saat ini.”

.

Dia melihat sesuatu di balik Balance, dan dari abu, daging, dan api dari bola itu, sebuah sosok mulai terbentuk, saat potongan-potongan itu saling menyatu. Balance berputar ke arah dia.

Edo Edi Essum.

Inilah yang dimaksud “pemisahan” oleh kesadaran asing yang sedari tadi mengajak bicara Balance. Inang dan parasitnya, berpisah.

.

 

“Selamat, kau telah memisahkan kami. Sekarang apa?.”

"..." Dallas menatap sosok itu.

“Kau hanyalah makananku, santapan segar yang masih bernafas.”

“Kalau begitu, Makanlah aku, Edo Edi Essum.”

.

Essum mencoba, tubuhnya yang berasap dan juga lengan kerangkanya yang panjang mencoba menyayat tubuh Dalas. Gerakannya secepat bayangan ketika cahaya menyinari suatu benda. Seolah-olah dia tidak bergerak, dan kemudian, terjebak dengan kecepatan yang tidak dapat dilihat. Mirip seperti orang lain yang dikenal Balance.

Tubuhnya yang tak berkaki, ditutupi dengan asap hitam, membuat Balance mustahil untuk menyerang kakinya sama sekali. Balance mengayunkan Pedang Raja Hitam yang masih ada di tangannya. Anehnya, bilahnya menembus tubuh Edo Edi Essum, seperti mencoba memotong asap dari api. Atau bayangan.

“Kau tidak bisa membunuhku. Aku tidak berwujud di alam ini, aku hanyalah kumpulan kejahatan dan jiwa (atau roh) yang tak terhitung jumlahnya.”

Kemudian Dallas sadar bahwa pertarungan yang sebenarnya baru saja dimulai.

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "The Balance Saga 12 : Essum In Balance"

Post a Comment