v Kasus 7-Eleven, dan 600 Nasabah Hantu | UNSOLVED INDONESIA

Kasus 7-Eleven, dan 600 Nasabah Hantu


Jika kalian pernah berbelanja di Indomaret atau Alfamart, pasti kebanyakan dari kalian tau kalau beberapa Indomaret atau Alfamart tertentu terkadang memiliki mesin ATM yang terpasang di dalam. Mesin ATM tersebut difungsikan sebagai alat mempermudah pengunjung dalam menarik uang.

Sayangnya, di jepang, instalasi mesin ATM tersebut malah memunculkan sebuah ide dari sebuah kejahatan terstruktur, sistematis dan massive.


Apa yang terjadi?

15 Mei 2016, itulah tanggalnya. Saat 2 jam berturut-turut terhitung sejak jam 5 pagi, serangkaian penarikan uang terjadi secara bersamaan di ATM-ATM 7-Eleven di seluruh jepang (N: Kebanyakan Tokyo dan 16 perfektur lain)

Uang yang ditarik pun nominalnya sama, yaitu 100.000 Yen (yang mana merupakan jumlah maksimal yang bisa diambil di mesin ATM). Total, sebanyak 14.000 kali penarikan terjadi antara jam 5-7 pagi. Memberikan kita jumlah cashflow yang keluar sebesar 1.4 Miliyar Yen dalam waktu 2 jam saja.

Lantas apa yang salah? Bukankah uang memang keluar masuk, dan fungsi ATM memang mengeluarkan uang? Yang salah adalah ternyata penarikan yang dilakukan adalah penarikan uang menggunakan kartu kredit Palsu.

Tentu saja banyak pertanyaan yang keluar saat membahas kasus ini. Seperti, bagaimanakan sistem perampokan besar-besaran ini bisa terjadi, dan siapakah dalang dibalik kasus ini.

Kasus yang abnormal ini sudah diselidiki polisi. Dan atas penyelidikan berdasarkan pada rekaman CCTV dan bukti-bukti lain, 14.000 kali penarikan nasabah hantu itu dilakukan oleh setidaknya 600 orang secara bersamaan.

Menggunakan kartu kredit palsu, mereka sengaja mengincar ATM yang ada di 7-Eleven dikarenakan lebih rentan dan mudah ditemukan.

Analisa Kasus

Bagaimana mereka melakukannya? Mari kita bahas dari awal. Sebelumnya admin mau mengingatkan bahwa analisa dibawah bukanlah analisa resmi yang dikeluarkan oleh pihak penyidik. Hanya saja, poin-poin dibawah patut diperhatikan karena bisa jadi itulah yang terjadi.

Jadi, kasus diatas tidak semerta-merta datang dan pergi begitu saja. Terlepas dari waktu aksi yang terjadi hanya 2 jam. Pastinya perencanaan dilakukan oleh pelaku selama berbulan-bulan. Tentu juga logikanya bahwa meskipun Kartu kredit yang mereka gunakan palsu, tapi informasi yang ada adalah informasi kartu kredit asli yang dimiliki oleh nasabah pemegang kartu aslinya. Dengan kata lain, kartu kredit yang para pelaku gunakan untuk menarik uang adalah kartu Dummy yang mengcopy informasi dari kartu kredit orang lain.

Tentu, informasi kartu kredit orang tidak bisa semerta-merta di download dari internet, bahkan oleh Hacker paling jenius sekalipun. Perlu adanya interaksi lapangan agar dua elemen primer untuk membobol kartu kredit orang lain bisa didapat.

Dua elemen primer itu adalah :
  1. Data kartu
  2. PIN

Lantas bagaimana para kriminal ini mendapatkan dua elemen tersebut? Mengingat yah, kau mungkin bisa meminta dua elemen tersebut dari orang dengan cara mengancam mereka menggunakan belati atau pistol mainan. Namun jika membahas kasus 7-Eleven ini, mencari informasi kartu kredit orang lain dengan mengancam pasti akan lebih merepotkan. Pasalnya mereka butuh setidaknya 600 kartu (semisal mereka mencarinya dengan mengancam orang, pasti sebelum rencana 14.000 kali penarikan, udah ketahuan polisi).

Jawabannya adalah ini :


Gambar diatas adalah alat yang bernama Skimming Kartu. Alat tersebut berfungsi membaca informasi kartu Debet/Kredit kita dengan cara men-scan. Magnetic Stripe (Pita Magnetic) di kartu kita. Bentuknya memang mirip dengan tempat memasukkan kartu ATM, karena cara memasangnya memang ditempelkan di depannya. Jadi benar-benar terkamuflase sempurna.


Bentuk dari Skimming kartu sendiri memang tidak konsisten, jadi bentuknya bisa berbeda-beda. Terkadang menyesuaikan bentuk ATM yang mau dipasangi. Hal inilah yang mengakibatkan alat ini sangat sulit disadari oleh orang awam.

Fungsinya sama persis seperti CD writer, pada komputer. Membaca CD berisi data dan kemudian menyalinnya ke CD yang masih kosong.


Kemudian bagaimana cara para kriminal itu mendapatkan PINnya? Jawabannya adalah kamera tersembunyi. Pelaku memasang kamera tersembunyi di mesin ATM untuk merekam PIN yang dimasukkan. 

Kamera tersebut bisa jadi sangat kecil, disembunyikan diantara bentuk ATM agar benar-benar tidak kasat mata. Namun hal tersebut sudah bisa memberikan mereka informasi PIN yang mereka butuhkan.

Fyi, bahwasannya kejahatan Skimming ini sudah pernah terjadi di indonesia. Bahkan beberapa kali. Dengan menggunakan metode tersebut, tidak sulit mendapatkan informasi dari berbagai kartu milik orang lain hanya dalam waktu singkat.

Para penjahat kasus 7-Eleven di jepang ini, mereka juga pintar dalam menentukan waktu kejahatan. Jam 5 pagi sampai jam 7 adalah waktu dimana Bank normalnya belum dibuka. Sehingga pasca mereka selesai melakukan Penarikan hantu, mereka benar-benar punya waktu yang leluasa untuk kabur sebelum disadari oleh Bank dan pihak berwajib.


Follow Up Kasus

Inilah yang membuat kasus ini sangat majestic. Pasalnya, skimming sebenarnya mudah diidentifikasi, dan akan sangat sederhana semisal pelakunya hanya 1 atau dua orang. Namun dikarenakan dalam kasus ini yang berpartisipasi sekitar 600 orang, benar-benar sangat sulit menentukan pelaku.

Itulah kenapa pihak berwajib terus menyangkut pautkan dalang dibalik kasus ini merupakan sindikat kriminal internasional. Tentu saja ada pandangan ketiga yang menyebutkan bahwa ada kemungkinan karyawan 7 Eleven juga ambil bagian. Namun teori itu terlalu banyak kekurangannya untuk dicari pembenarannya. Sampai hari ini, Kasus ini belum terpecahkan.

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "Kasus 7-Eleven, dan 600 Nasabah Hantu"

Post a Comment