v The Acid Bath Killer, Sebuah Pembunuhan Ala Breaking Bad | UNSOLVED INDONESIA

The Acid Bath Killer, Sebuah Pembunuhan Ala Breaking Bad

Pada bulan Februari 1949, polisi menggerebek sebuah gudang di Leopold Road di West Sussex. Gudang itu, adalah properti milik John George Haigh.

Di dalam, mereka menemukan beberapa drum besar dan rak-rak berisi asam sulfat. Di luar, mereka juga menemukan 28 pon lemak, tubuh manusia yang meleleh, bagian dari kaki manusia, batu empedu manusia, dan bagian dari gigi palsu.

Jelas bagi penyelidik, dari asam di dalam, apa yang telah terjadi. Haigh telah membunuh seseorang dan melarutkan tubuh mereka dalam asam untuk menyembunyikan kejahatannya—kayak serial Breaking Bad cuk.

Namun, apa yang akan menjadi lebih mengejutkan selama penyelidikan adalah bahwa pelaku telah melakukannya sebelumnya dan sudah merencanakan untuk melakukannya lagi, jika bukan karena satu kesalahan kecil.

John George Haigh

John George Haigh tidak lahir sebagai seorang pembunuh. Dia dilahirkan dalam keluarga konservatif yang makmur di Yorkshire, tumbuh dengan menghadiri konser musik klasik, bergaul dengan orang-orang kelas atas, dan dianugerahi beberapa beasiswa sepanjang kehidupan akademisnya.

Masa remajanya yang mempesona berakhir pada usia 25 tahun ketika dia ditangkap dan dipenjara karena penipuan, hanya beberapa bulan setelah menikah. Setelah dipenjara, pengantin barunya meninggalkannya, dan kerabat high classnya memutuskan bahwa mereka tidak ingin berhubungan lagi dengannya.

Setelah menjalani hukuman hanya dua tahun, John Haigh dibebaskan dari penjara dan memutuskan untuk pindah ke London, di mana ia kemudian berkarir menjadi seorang sopir. Namun, pasa menjalani hukuman karena penipuan, ia masih terus menipu orang-orang yang tidak menaruh curiga dari uang mereka.

Dia akan berpura-pura menjadi pengacara bernama William Adamson. Dia sering menjual saham palsu dari perkebunan "klien" matinya dengan harga di bawah pasar. Akhirnya, dia tertangkap ketika salah satu kliennya menyadari bahwa dia telah salah mengeja nama palsunya pada dokumen hukum.

Pada tahun 1939, ia ditangkap dan dipenjara lagi, kali ini dijatuhi hukuman empat tahun karena penipuan. Saat di penjara, Haigh menyadari bahwa kejatuhan terbesarnya adalah dia membiarkan korban penipuannya hidup untuk melaporkan kejahatannya.

Haigh menghabiskan sisa waktunya di penjara sembari mencari cara untuk melenyapkan saksi, atas kejahatan yang ingin terus dia lakukan setelah dia dibebaskan.

Setelah dibebaskan, dia kemudian mulai meneliti pembunuh Prancis Georges-Alexandre Sarret, yang signature killnya adalah melarutkan korbannya ke dalam asam sulfat.

Menggunakan waktu luangnya, ia merancang metodenya sendiri untuk melarutkan tubuh dalam berbagai bentuk asam dengan menggunakan tikus. Akhirnya, dia menemukan bahwa dibutuhkan waktu 30 menit untuk melarutkan tikus kecil. Atas Informasi itu, dia mampu menghitung berapa banyak asam dan waktu yang dia perlukan untuk ‘merebus’ seorang pria dewasa.

Kejahatan Acid Bath Killer

Empat tahun kemudian, bebas dari penjara dan dipersenjatai dengan pengetahuannya yang mengerikan, John George Haigh mengambil pekerjaan di sebuah firma teknik di departemen akuntansi.

Segera setelah itu, dia bertemu dengan seorang teman lama, bernama William McSwan. McSwan memberi tahu Haigh tentang usaha barunya sebagai tuan tanah, mengumpulkan uang sewa dari penyewa yang tinggal di beberapa properti orang tuanya.

Meskipun dia memiliki pekerjaan bergaji tinggi di perusahaan teknik, Haigh menjadi iri dengan gaya hidup McSwan yang tampaknya mewah dengan effort yang rendah. Beberapa bulan setelah bertemu, Haigh memancing McSwan ke ruang bawah tanah yang ditinggalkan dan langsung memukul kepalanya.

Dengan menggunakan metode pelelehan barunya, Haigh memasukkan tubuh McSwan ke dalam drum dan mengisinya dengan asam sulfat pekat. Dua hari kemudian, McSwan sudah berubah menjadi seratus pon lendir, yang kemudian Haigh buang ke lubang got.

Merayakan pembunuhannya yang sukses, Haigh mengambil alih pekerjaan milik McSwan, memberi tahu keluarga McSwan bahwa dia meintipkan usahanya kepada Haigh karena McSwan ingin pergi dan bersembunyi untuk menghindari wajib militer.

Akhirnya, ketika keluarga McSwans menjadi curiga, karena putra mereka belum kembali ke rumah bahkan setelah wajib militer selesai, John George Haigh membunuh mereka juga.

Ditinggalkan dengan uang dan properti mereka, Haigh pindah ke Onslow Court Hotel di Kensington. Namun, sekitar $ 10.000 yang telah dia curi tidak bertahan lama, karena dia segera ketagihan dengan perjudian—Dia menghabiskan uangnya lebih cepat dari yang dia duga. Pada akhirnya, Haigh terpaksa mencari pasangan kaya lain untuk dibunuh dan dirampok.

Setelah berpura-pura tertarik pada sebuah rumah yang akan dijual, Haigh membunuh pemiliknya, Dr. Archibald Henderson dan istrinya, Rose. Setelah dilelehkan, keluarga Henderson kemudian dibuang di sebuah gudang di Gloucester. Tempat yang sama dimana Haigh membuang ‘sisa-sisa’ keluarga McSwan.

Gudang tersebut dianggap Haigh sebagai tempat yang sempurna, karena relatif terpencil dan memiliki lubang got di mana ‘sisa-sisa’ manusia dapat dengan mudah dibuang.

The End Of Crime

Setelah lima pembunuhan, John Haigh kemudian menyewa gudang yang lebih besar di Leopold Road. Gudang tersebut memang lebih besar agar Haigh mampu menampung lebih banyak drum dan asam.

Sayangnya, pembunuhan pertama yang akan Haigh lakukan di gudang tersebut, sekaligus merangkap sebagai yang terakhir.

Olive Durand-Deacon adalah seorang janda kaya yang tinggal di Onslow Court Hotel sama seperti Haigh. Olive menganggap dirinya sebagai penemu, dan, setelah mengetahui bahwa Haigh bekerja di sebuah perusahaan teknik, bertanya apakah dia bisa berbicara dengannya tentang ide yang dia miliki untuk kuku palsu—Haigh mengambil kesempatan untuk memancingnya ke gudangnya, dan membunuhnya di sana.

Olive Durand-Deacon adalah mayat yang ditemukan para penyelidik di luar gudang Leopold Road. Tidak seperti tempat pembuangan Haigh sebelumnya, gudang Leopold Road tidak memiliki lubang got dan tidak ada akses manhole.

Tidak dapat menuangkan ‘sisa-sisa’ secara diam-diam ke selokan, Haigh terpaksa membuangnya ke tumpukan puing di belakang gudang, di mana pada akhirnya malah mudah ditemukan oleh penyelidik.

Setelah penemuan tubuh Olive Durand-Deacon, Haigh ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan. (gudang penuh asam ditemukan atas nama Haigh)

Kala itu, dia langsung dinobatkan oleh media sebagai “Acid Bath Murderer”

Dalam persidangan, dia mengaku gila dan mengklaim bahwa meminum darah korbannya telah membuatnya gila, meskipun tidak ada bukti bahwa dia sebenarnya mengkonsumsi darah manusia.

Setelah mendengar pembelaan kegilaannya, salah satu petugas yang menangkap mengatakan kepada jaksa bahwa Haigh sempat bertanya kepada petugas tentang mana pembebasan yang lebih cepat antara Rumah Sakit Jiwa atau Penjara.

Pada akhirnya, Hakim melayangkan vonis bersalah pada Haigh, menjatuhkan hukuman mati padanya. Pada 10 Agustus 1949, John George Haigh pun dieksekusi karena kejahatannya.

End Of Story

(John George Haigh, The Suspect)

Baca Juga :

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

2 Responses to "The Acid Bath Killer, Sebuah Pembunuhan Ala Breaking Bad"

  1. Yg ini kriminal lumayan terpelajar mukanya.
    Tapi baca rekam kasus dia kaya pengen nyekek dgn tangan sendiri.

    ReplyDelete
  2. Bisa kepikiran bgtu anjir....Sesat memang si george ini, mukany kayak kalem eh trnyta sadis

    ReplyDelete