v Kisah Hugh Glass dan Tragedi yang mendasari Fim “The Revenant” | UNSOLVED INDONESIA

Kisah Hugh Glass dan Tragedi yang mendasari Fim “The Revenant”

(Hugh Glass dalam Film "The Revenant" yang diperankan oleh Leonardo Dicaprio. Berdasarkan pada sebuah kisah yang nyata)

Ditengah musim dingin yang beku, seorang lelaki ditinggal oleh rombongannya dan dibiarkan mati. Dia bukanlah pengkhianat ataupun korban dari sebuah kejahatan.

Alasan dia ditinggalkan adalah, karena orang itu barusaja menerima serangan beruang grizzly dan kondisinya sekarat. Dua orang, awalnya dibayar untuk menamaninya sampai ajal menjemput. Namun, karena dia tidak kunjung mati, dia pun pada akhirnya ditinggalkan.

Awalnya, dia tidak bisa berjalan bahkan bergerak. Itulah kenapa tatkala kedua pria itu memutuskan pergi dengan membawa segenap senjatanya, pisaunya, tomahawk-nya, dan peralatan pembuat apinya, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Kala keinginan hidup lebih besar dibanding keputusasaan, itulah saat lelaki itu memutuskan untuk bergerak meskipun tubuhnya akan hancur berkeping-keping.

Hasrat yang awalnya adalah bertahan hidup, perlahan berubah menjadi keputusan untuk membalas dendam kepada orang-orang yang telah meninggalkannya.

Story Of Hugh Glass

Jauh sebelum dia dibiarkan mati di dekat daratan Grand River, Hugh Glass adalah pribadi yang harus diperhitungkan. Dia dilahirkan dari orang tua imigran Irlandia di Scranton, Pennsylvania, dan menjalani kehidupan yang relatif tenang bersama mereka sebelum ditangkap oleh bajak laut di Teluk Meksiko.

Selama dua tahun, ia bekerja sebagai bajak laut di bawah pimpinan Jean Lafitte sebelum kemuian melarikan diri ke pantai Galveston, Texas. Sesampai di sana, dia ditangkap oleh suku Indian Pawnee.

Kala ditangkap oleh suku Pawnee, Glass diajari berbagai macam kehidupan di suku tersebut termasuk budaya dan cara bertahan hidup. Dia tinggal bersama mereka selama beberapa tahun, dan bahkan sempat menikahi seorang wanita Pawnee.

Kisah nyata The Revenant, dimulai Pada tahun 1822 dimana Hugh Glass pindah ke St. Louis dan menjalani kehidupan yang baru. Suatu ketika, kala ia sedang membaca koran, dia melihat sebuah iklan dari seorang Jenderal bernama William Henry Ashley yang tengah mencari 100 lelaki untuk menemaninya dalam ekspedisi selama beberapa musim untuk menyusuri Sungai Missouri.

Karena bayaran yang lumayan, Glass pun tertarik dan mendaftarkan diri.

Ekspedisi itu, sebagian besar diisi dengan upaya berdagang bulu dengan suku asli Amerika setempat. Karena medan yang dilalui adalah medan yang keras (dan terkadang bersalju), diperlukan orang-orang yang punya pengetahuan bertahan hidup yang tinggi—untung Glass sempat mendapatkan pengetahuan survival dari suku indian beberapa tahun sebelumnya.

Dengan mengisi sekian formulir sebagai syarat pendaftaran, Glass pun resmi ikut dalam ekspedisi tersebut.

The Expedition

Tahun 1823, Rombongan ekspedisi itu pun berangkat. Dipimpin oleh Jenderal William Henry Ashley secara pribadi, mereka pun melintasi gunung, hutan dan hidup di alam liar disepanjang jalur sungai Missouri.

Selama beberapa bulan, 100 pria bersenjata itu bertemu dengan suku-suku indian pedalaman diseluruh daratan tersebut. Terkadang, suku yang mereka temui adalah suku yang ramah. Namun tak jarang pula, suku-suku yang lebih ‘pemarah’ mereka jumpai dan langsung menyerang tanpa negosiasi.

Tepat sebelum musim dingin, Rombongan itu berhasil mencapai Fort Kiowa di South Dakota tanpa masalah. Di sana, tim terpecah, dengan Glass dan beberapa lainnya berangkat ke barat untuk menemukan Sungai Yellowstone.

Pada suatu kesempatan, Glass dan dua orang lain diberi tugas untuk berburu makanan di hutan. Mereka lalu berpencar ke tiga pencuru agar dapat mencakup lebih banyak area perburuan.

Namun saat sedang memetik Berry di sebuah semak, Glass secara tidak sengaja bertemu dengan Beruang Grizzly yang sedang bersama anak-anaknya. Karena keberadaan Glass dianggap sebagai ancaman oleh sang ibu beruang, Beruang itu langsung menyerang sebelum dia bisa melakukan apa pun, mengoyak lengan dan dadanya.

Selama serangan itu, beruang itu berulang kali mengangkat dan menjatuhkannya, mencakar dan menggigit setiap bagian tubuhnya. Dia berteriak kencang sebelum dua orang yang awalnya berpencar berlari mendekati Glass dan membantunya lolos dari amarah sang beruang

Beruang itu berhasil disingkirkan namun meninggalkan Glass dengan kondisi sekarat. Dia masih hidup, sayang luka yang dia terima membuatnya tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika Glass dibawa ke area perkemahan rombongan yang lain, seluruh rombongan menatapnya dengan kasihan. Dia pun dirawat semampunya sebelum mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Selama berhari-hari, Glass ditandu dan dibawa di bagian belakang rombongan, dua orang yang menandunya harus secara rutin merawatnya, memberinya makan dan memeriksa luka-lukanya.

Kala itu, rombongan tau kalau keberadaan Hugh Glass yang sekarat hanya menambah beban dalam perjalanan itu. Bahkan, karena bahaya dari perjalanan ini bukan hanya dari jarak (melainkan dari keberadaan hewan liar dan suku indian setepat), mereka menyatakan bahwa meninggalkan Glass adalah keputusan yang logis—toh dia sekarat dan nampaknya hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum dia benar-benar mati.

Itulah kenapa, pemimpin rombongan itu memutuskan untuk membayar dua orang bernama Bridger dan Fitzgerald, untuk menidurkan Glass di hutan dan menemaninya sampai dia meninggal (mereka bahkan disuruh untuk menguburkannya dengan layak ketika dia sudah benar-benar mati)

The Betrayal

Saat rombongan lain sudah duluan dalam perjalanan, Fitzgerald dan Bridger menetap bersama Glass. Namun, hanya bertiga di dalam hutan nampaknya membuat Fitzgerald dan Bridger tidak sabar.

Glass tak kunjung mati dan daerah yang mereka tempati saat itu, bisa didatangi oleh suku indian kapan saja. Fizgerald dan Bridger bukanlah sosok berdarah dingin yang bisa membunuh Glass untuk ‘mempercepat prosesnya’. Namun, karena ketidak sabaran dan rasa takut terlanjur menguasai mereka, Glass pun akhirnya ditinggalkan—mereka bahkan membawa seluruh alat bertahan hidup Glass bersama mereka (karena mereka yakin bahwa orang mati tidak akan membutuhkannya)

Glass yang kala itu tak sadarkan diri, terbangun beberapa jam kemudian karena sinar matahari menerpa tubuhnya. Kondisinya semakin parah. Luka bernanah, patah kaki, dan luka yang memperlihatkan tulang rusuknya.

Menyadari seluruh peralatannya hilang dan tidak ada Fitzgerald dan Briger sejauh mata memandang, dia tau dia sudah ditinggalkan.

Alih-alih datang kesedihan karena sudah ditinggalkan begitu saja, yang datang padanya kala itu malah sebuah amarah yang besar. Dia tidak habis pikir kenapa dua orang itu meninggalkannya begitu saja (terlebih membawa seluruh peralatan Glass bersama mereka)

Didorong oleh hasrat ingin membalas perbuatan orang-orang yang meninggalkannya, Glass pun mulai memaksa tubuhnya untuk bergerak. Kala itu, dia tidak peduli apabila tubuhnya hancur. Yang dia inginkan hanyalah, dapat hidup agar bisa membalas dendam.

Dia mulai merangkak pada awalnya, mendekati semak-semak dan memakan apapun yang bisa dia temukan. kebanyakan buah beri, akar, serangga bahkan ular hidup.

Semakin keras dia berusaha, dia mulai mampu berjalan meskipun pincang. Musim dingin sudah datang dan dia benar-benar harus bertahan apapun yang terjadi. Dia merawat luka-lukanya secara ngawur, selama hal itu bisa membuatnya bertahan hidup. Karena dia masih terlalu lemah untuk berburu sendiri, dia terkadang memakan sisa-sisa bangkai kerbau yang telah diburu dan ditinggalkan oleh serigala.

The Survival

Perjalanannya yang terpontang panting dan keras pada akhirnya membawanya berpapasan dengan suku Lakota. Beruntung bagi Glass karena suku Lakota adalah suku yang ramah. Mereka juga sangat terbuka dengan rombongan pedagang yang datang jauh sebelum ekspedisi Jenderal Ashley.

Mereka menolong Glass dan merawatnya sampai dia benar-benar mampu berdiri tegak. Setelah tubuhnya sedikit lebih baik, mereka bahkan memberi Glass perbekalan agar dia bisa melanjutkan perjalannya dengan lebih nyaman—Kala itu, Glass benar-benar sudah lolos dari maut.

Pasca berpisah dengan suku Lakota, Glass menghabiskan enam minggu melakukan perjalanan sekitar 250 mil menyusuri sungai Missouri, mencoba menyusul pasukan Jenderal Henry Ashley yang lain.

Namun Kala itu, Pasukan Ekspedisi sudah mendirikan sebuah kamp baru di Fort Atkinson dekat muara sungai Bighorn. Membuat Glass tidak bisa menemukan siapapun di kamp lama mereka.

Dalam perjalannnya, Glass bertemu dengan beberapa pasukan Jenderal Henry Ashley yang sudah berpisah dengan Ekspedisi, dan menceritakan apa yang terjadi padanya saat Bridger dan Fitzgerald meninggalkannya.

Selama bulan-bulan berikutnya, Glass masih tetap melakukan ‘perburuan’ kepada Bridger dan Fitzgerald dan berniat membalas dendam. Perburuannya itu, benar-benar membuahkan hasil kala dia benar-benar berpapasan dengan Bridger.

The Revenge

Tentu saja ketika Bridger melihat Glass masih hidup, dia merespon seakan baru saja melihat hantu. Bridger tau bahwa sudah pasti Glass hendak menuntut balas kepadanya.

Disisi lain, dimata Glass, yang dia lihat adalah Bridger yang memohon ampunan kepadanya. Bridger mengatakan bahwa dia tidak bermaksud melakukan hal jahat kepada Glass. Kala itu, Fitzgerald memutuskan untuk pergi dan Bridger mau tidak mau mengikutnya karena dia takut apabila Glass benar-benar mati, Bridger akan berada sendirian di dalam hutan dan bertemu dengan suku Indian.

Setelah melihat penyesalan di depan matanya, Glass melunak. Dia memutuskan untuk mengampuni Bridger dan membebankan balas dendamnya sepenuhnya kepada Fitzgerald.

Pasca menyelesaikan urusannya dengan Bridger, Glass mendapat tip Bahwa Fitzgerald sudah mendaftar tentara dan tengah ditempatkan dalam sebuah pasukan di Nebraska.

Glass tau bahwa dia tidak bisa begitu saja membunuh tentara, karena hal tersebut bisa menjadikannya penjahat yang diburu negara. Itulah kenapa dia memutuskan untuk menunggu sampai Fitzgerald menyelesaikan kewajibannya di angkatan darat.

Saat mereka berdua bertemu, Glass mengatakan kepada Fitzgerald bahwa dia akan menunggu sampai Fitzgerald selesai mengabdi dari angkatan darat sebelum kemudian akan membunuhnya. Dalam pertemuan itu, Glass juga meminta kembali seluruh peralatannya yang Fitzgerald ambil, tatkala Glass ditinggal di Grand River untuk mati.

Sayang, balas dendam Glass tidak bisa terwujud karena Fitzgerald meninggal dalam suatu pertempuran. Meskipun begitu, dikabarkan bahwa Glass sudah sepenuhnya memaafkan Fitzgerald pasca dia sudah meninggal.

Selama beberapa tahun kedepan, Glass dikabarkan kembali mendaftarkan diri dan menjadi pasukan tetap atas Ekspedisi Jenderal William Henry Ashley. Pada tahun 1833, mereka terlibat konflik dengan suku Indian Arikara dan Hugh Glass meninggal dalam tragedi itu.

Hari ini, Kisah Hugh Glass dikenang dan sudah difilmkan dalam film yang berjudul “The Revenant”. Film itu diperankan oleh Leonardo Dicaprio dan mendapatkan penghargaan Oscar (ada perbedaan dalam cerita aslinya dan film, tapi admin gak mau spoiler. Jika penasaran, silahkan tonton filmnya)

End Of Story.

(Sebuah Memorial, didirikan atas nama Hugh Glass untuk kisahnya. Monumen itu kini berdiri di sebuah tempat di daerah Yellowstone dekat Grand River Missouri)

Baca Juga :

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

4 Responses to "Kisah Hugh Glass dan Tragedi yang mendasari Fim “The Revenant”"

  1. Kutukan Leonardo pecah di film ini. Bertahun tahun jadi artis akhirnya dia dapet Oscar (Padahal akting dia di Inception keren).

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaps. meskipun sebenarnya dia udah beberapa kali dapat penghargaan lain sep[erti Academy Award, namun baru dari film The Revenant dia dapat Oscar.

      Delete
  2. Kebanyakan "tatkala" nya, lebih enak dibaca "ketika"
    Tata bahasanya di rapihkan lagi min.
    Thx sudah memberi pengetahuan

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha.. iye gan, masih tahap belajar. admin usahakan lebih baik kedepannya

      Delete