v The Finding Father Chapter 10 : Tar | UNSOLVED INDONESIA

The Finding Father Chapter 10 : Tar

Bagian Kesepuluh dari Serial Finding Father

Tapi tentu saja, ketika aku tiba di rumah Todd, rumah itu kosong.

Seluruh rumah hening seperti kuburan, bahkan tidak ada dengungan rendah elektronik. Bir yang kuingat sempat diteguk Todd nampak ditinggalkan di meja dapur.

Di atas meja ada banyak lembar data. Aku membolak-baliknya tetapi terlalu banyak yang rusak untuk sepenuhnya memahami tentang apa itu. Beberapa hal yang aku mengerti adalah ada sesuatu yang diaktifkan hari ini, dan bahwa mereka telah merencanakan ini sejak lama, setidaknya lebih dari sepuluh tahun.

Satu-satunya hal lain yang terus muncul di lembaran itu adalah stempel yang bertuliskan "Properti milik AG Industries". Aku menyadari bahwa jika aku ingin mendapatkan jawabanku, aku harus pergi mencari Louis Rockwell.

Aku mengambil apa yang aku butuhkan dari rumah itu dan pergi.

Dunia luar kini kurang ramah. Makhluk-makhluk yang sempat menerorku di rumah Thomas ada di mana-mana di jalanan, meskipun mereka tampak sedikit berbeda. Mereka tampak lebih padat, dan kurang cair, sampai-sampai zat hitam yang menyertai mereka lebih terlihat seperti aspal basah.

Entah untung atau sial, sepertinya mereka tidak mempedulikanku, dan sibuk berjalan ke tujuan mereka yang entah dimana. Seolah-olah berada di dunia ini membuat mereka lebih kuat, membuatku bertanya-tanya apakah ini memang dunia asal mereka.

Karena tidak mau mengambil resiko, aku mengendap-endap dan berjalan dibalik tembok, bangunan dan rumah-rumah, mencoba tetap tersembunyi. Aku memutuskan untuk ke sisi lain kota dan menjauhi arah kemana mereka berjalan.

Bagian kota lainnya sunyi, bahkan getaran atau suara tembakan yang kudengar sebelumnya tidak terdengar disini. Meskipun ketika aku melanjutkan, di beberapa titik jumlah makhluk ini meningkat sampai aku benar-benar harus semakin hati-hati. ini menakutkan karena banyak dari mereka menggerombol seperti zombie.

Pada satu titik aku bahkan tidak sengaja menyentuh satu, tetapi sosok itu bahkan tidak bergeming, mereka hanya terus berjalan.

Setelah beberapa saat, aku mencapai ke area yang bahkan tidak ada satupun makhluk itu terlihat. Aku terus berjalan dan mencoba tetap hati-hati.

Dalam perjalanan ke tengah kota, aku menemukan beberapa tentara Rockwell dalam kondisi yang mengenaskan. Mayat mereka bertumpuk di tengah jalan, beberapa di antaranya tercabik-cabik, yang lain entah kenapa bebas dari bekas luka, meskipun sama-sama mati. Aku tidak tahu berapa banyak yang mereka lawan karena tidak ada sisa-sisa jasad atau mayat dari makhluk-makhluk itu.

Di tengah mereka, adalah mayat seorang wanita berjas lab. Aku harus mendorong seorang tentara yang menumpuk diatasnya untuk melihat wajahnya. Aku kemudian mengetahui bahwa kematiannya adalah bunuh diri, berdasar dari lubang peluru di dagu dan pistol di tangannya. Yah, posisi luka yang terlalu awkward meyakinkanku bahwa luka itu disebabkan oleh dirinya sendiri.

Inspeksi lebih lanjut, mengungkap identitas wanita ini. Jas labnya bertuliskan namanya, Dr. Sarah Meissner. Sesuatu memberi tahuku bahwa aku pernah melihat wanita ini sebelumnya.

Segera kepalaku mulai sakit, karena pikiranku sekali lagi berjuang untuk mengingat apa yang telah dilupakan. Aku mulai berjalan menjauh, mencoba untuk tidak pingsan diantara mayat-mayat ini. Ketika aku mulai kehilangan kesadaran, aku tersandung ke gang terdekat, hanya untuk pingsan di sudut.

.

“Semuanya akan baik-baik saja, lakukan seperti yang kami perintahkan, dan semuanya akan bekerja dengan sempurna.” Itu adalah suara Sarah Meissner. Menenangkan, tenang, dan baik hati. Dia pasti sudah terbiasa berbicara dengan anak-anak.

Aku berada di laboratorium di suatu tempat, mengenakan semacam pakaian pelindung. Di tempat itu ada Derrick Todd, Thomas Reel, dan beberapa orang lain yang tidak aku kenal.

Semua orang kecuali Thomas Reel, nampak bekerja keras, menganalisis bacaan, dan memasukkan data ke dalam mesin besar.

“Sekarang dengarkan aku,” suara Sarah membuatku berbalik padanya, “Kau mungkin melihat hal-hal yang terlihat seperti manusia, tapi sebenarnya bukan. Kau pernah melihatnya sebelumnya, saat kau bersama Ayahmu,”

Seseorang di seberang ruangan memberitahu Sarah bahwa mereka kehabisan waktu, bahwa portal itu tidak akan bertahan lebih lama lagi. Sarah mengangguk. Dia memberi aku semacam perangkat elektronik kecil, dan menyuruhku pergi melewati portal sejauh yang aku bisa, letakkan benda itu di bawah, dan tekan tombol di atasnya.

Aku mengangguk, dan melihat kembali ke ilmuwan lainnya, tidak ada dari mereka yang melihat ke arahku. Mereka terlihat tidak peduli.

Aku sempat melihat air mata Sarah berlinang, namun segera dia hapus. Entah kenapa, ada perasan di dalam diriku yang mengatakan bahwa apapun yang terjadi disini bukanlah hal yang baik.

Aku sempat melirik Thomas Reel. Dia memiliki raut paling keras dibanding yang lain. pandangan kami sempat bertemu, sebelum kemudian dia memalingkan muka.

Hal yang aku tau selanjutnya, Sarah membawaku ke "portal" yang dimaksud. Itu adalah semacam lubang hitam yang ada di dinding, dia tersenyum dan mengelus pipiku.

.

Aku bangun dari kilas balik itu dan sekali lagi muntah. Aku bertanya-tanya apakah aku baru saja memuntahkan darah, tetapi area sekitar terlalu gelap untuk dilihat.

Ketika aku menyadari bahwa langit gelap, aku mulai kaget. Dunia tidak lagi bermandikan warna merah, sebaliknya ketika aku melihat ke atas, langit menjadi biru tua.

Aku memeriksa jam tanganku. 12:01. Tengah malam telah berakhir. Masih belum ada orang di jalanan, tapi mayat para prajurit sudah tidak ada. Aku mulai bertanya-tanya apakah segala hal yang terjadi hanyalah mimpi? tetapi aku menolak untuk mempercayainya.

Aku berjalan menyusuri jalan. Sesekali, aku akan melihat bukti bahwa apa yang aku lihat benar-benar terjadi; noda hitam sesekali di dinding, jendela pecah, dan bahkan cakaran tidak manusiawi di properti kota.

Setelah beberapa menit berjalan, aku mulai mendengar sirene. Polisi nampak ditempatkan di luar gedung terdekat, memborgol seorang pria, mengatakan kepadanya bahwa mereka akan membantunya tetapi dia harus ikut dengan mereka.

Pria yang ditangkap itu berkulit putih pucat, keringat bercucuran di wajahnya. Dia nampak berteriak “Mereka mengambilnya. Mereka mengambil Obyekku!”

Kata-katanya langsung membuatku tertegun. Dia adalah seorang Seeker, dan sekarang Object miliknya telah hilang.

Diam memperhatikan penangkapan itu, aku kemudian kembali tersadar dengan sesuatu yang ingin sempat aku lakukan. Mencari Louis Rockwell. Tanpa menunggu apapun lagi, aku pun mulai berlari. Tempat yang ingin aku tuju sekarang, adalah Rumah Sakit Jiwa tempat laboratorim Rockwell dibangun.

Sepanjang perjalanan, aku tidak melihat sesuatu yang aneh, bahkan setetes minyak pun di jalan sudah tidak aku temui. Rockwell telah melakukan tugasnya dengan baik untuk menjauhkan makhluk-makhluk itu dari gedungnya.

Aku masuk melalui pintu utama dan berjalan menuju resepsionis. Anehnya, saat itu adalah malam yang tenang di Rumah Sakit Jiwa, tetapi ketika aku mendekati resepsionis dan menanyakan "Seeker Of Holders", dia hanya mengatakan bahwa mereka sedang mengalami ‘malam yang padat’, sebelum kemudian membukakan kunci lift terdekat untukku.

.

Di dalam lift, hanya ada dua tombol, satu untuk Rumah Sakit Jiwa, dan satu lagi bernama “Lab.” Tombol berlabel ‘Lab’ membutuhkan kunci, tapi untungnya ada kunci yang tertinggal di dalam lubang kunci. Aku memutarnya dan menekan tombolnya. Lift kemudian turun jauh ke bawah tanah.

Tidak ada yang memberi tahuku seberapa jauh Lab Rockwell berada. Butuh waktu beberapa menit sampai pintu lift terbuka.

Tempat itu tampak seperti kantor perusahaan pada bagian depannya. Aku bertanya-tanya bagaimana AG Industries membangun lab di tempat ini, namun pada akhirnya aku membiarkan pertanyaan itu tidak terjawab karena aku sibuk memperhatikan sekitar.

Di dinding, tertulis bahwa ini adalah Lab AG Industries IV Cabang Timur, mengetahui hal ini, aku menyimpulkan masih banyak lagi lab-lab lain diluar sana. Sayang, ini tidak seperti bayanganku. Tempat ini kosong. Tidak ada orang di meja resepsionis, lorong-lorong menuju kamar kosong, bahkan ruang kantor pun kosong.

Kukatakan padamu bahwa tempat itu adalah labirin, dan aku sempat tersesat sebelum kemudian menemukan semacam stan informasi. Aku memeriksa peta dan mengikutinya ke "Lab Utama" di mana aku berjalan menyusuri koridor lain, penuh dengan mesin dan pintu dengan simbol bahan berbahaya di atasnya.

Menurut peta, masing-masing ruangan itu bercabang ke bagian lain di lab. Aku tidak tahu seberapa besar fasilitas ini keseluruhan, mengingat ini berada dibawah tanah dan dimensi nampaknya tidak akan bisa diukur dari luar.

Di ujung koridor ada lorong bercabang. Aku menyusuri cabang lorong lain sampai aku merasa kembali ke tempat awal aku memulai. Aku mengerutkan dahi. Butuh waktu lebih dari 20 menit sampai aku benar-benar menemukan tempat yang berlabel “Lab Utama”

Ketika ada disana, itulah ketika rasa deja vu yang aneh menghantamku.

Lab ini familiar, seperti yang kulihat di ingatanku, namun ada sedikit perbedaan. Meskipun begitu, aku yakin bahwa  itu masih ruangan yang sama.

Tentu yang paling mencolok, seperti dalam ingatanku, di tengah dinding seberang, ada lubang hitam besar yang menuju ketiadaan. Aku memperhatikan lubang hitam itu cukup lama, untuk mencoba mengingat lebih jauh ke dalam garis memoriku tentang apa yang sebenarnya ada disana.

Baru ketika ide untuk mendekati lubang hitam itu muncul, kulihat seseorang nampak berjalan keluar dari bayang-bayang. Itu adalah Derrick Todd.

.

.

Sebelum aku bisa mengatakan apa-apa, dia mengeluarkan revolver dan mengarahkannya kepadaku.

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "The Finding Father Chapter 10 : Tar"

Post a Comment