v The Finding Father Chapter 9 : Midnight | UNSOLVED INDONESIA

The Finding Father Chapter 9 : Midnight

Bagian Kesembilan dari Serial Finding Father

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa benar-benar sendirian.

Perlahan aku bangkit dan melihat sekeliling. Aku merasa seperti berada di dalam mimpi buruk. Semua terlihat tidak nyata. Langit merah seperti darah, dan matahari menghitam. Pemandangannya tidak berubah, tetapi semua bermandikan cahaya merah.

Aku duduk di sana selama setidaknya sepuluh menit mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Mungkin aku berada di domain Holder tertentu, pikirku dalam hati. Tapi aku tidak mengerti bagaimana aku sampai disini

Derrick Todd berkata matahari memang akan menghitam, dan aku sempat berpikir itu hanya kiasan. Namun setelah melihat ini? semua menjadi semakin aneh. Meningat kata Todd tentang dia yang telah merencanakan hal ini dengan Ayah, membuat keanehan berada di puncak tertinggi. Aku tidak mengerti bagaimana mereka bisa merencanakan fenomena ini.

Apakah dunia akan berakhir? Atau penyatuan sedang berlangsung? Atau ini adalah semacam dimensi alternatif? Tsk sial, Aku tidak paham.

Aku kemudian berdiri, melihat sekeliling untuk mengamati apakah aku bisa melihat siapa pun, tetapi sayang tidak ada orang di sana. Jalan-jalan nampak lowong, tanpa aktifitas.

Aku memeriksa jam tanganku dan melihat bahwa jam itu telah berhenti tepat pada pukul dua belas. Tiba-tiba kepalaku terasa sakit, sangat sakit hingga aku terjatuh ke tanah. Rasanya seperti aku sedang sekarat, tapi aku tau aku tidak sekarat. Aku hanya mengingat sesuatu yang seharusnya dilupakan.

Kilatan muncul di depanku. Beberapa cukup bertahan sehingga aku bisa melihatnya, yang lain terbang terlalu cepat. Rasanya seperti aku sedang menonton film yang tidak bisa aku kendalikan. Aku tidak dapat menjeda atau memundurkan, atau mengubah apa pun yang sedang terjadi.

Aku mulai mendengar orang berbicara.

“Dia sedang keluar kota sayang, dia tidak bisa datang.” itu suara Ibuku.

“Tidak, aku tidak bisa membawanya lagi!” Itu Ayahku. 

Dan kemudian suara yang berbeda. Satu yang hampir tidak aku kenali. “Kau tidak tahu seberapa banyak kau telah membantu kami, nak. Kuharap kau bisa menahan nafasmu.”

Lalu semuanya berhenti bergerak. Aku melihat dari sudut pandang diriku yang lebih muda, berada di motel. Aku kembali ke saat aku bersama Ayahku di hari aku melakukan kontak pertama kali dengan Obyek.

Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku, aku hanya bisa menyaksikan peristiwa itu terjadi lagi. Aku bangun dari tempat tidur dengan perlahan. Melakukan semua yang ku bisa untuk membangunkan ayahku, namun dia tidak terbangun.

Aku kemudian melihat tasnya yang tergeletak di lantai, dan mendekatinya. Sebuah cahaya keluar darinya, dan itu berdenyut. Hampir seperti detak jantung. Seolah memanggilku.

Aku mencoba menahan diri tapi aku tidak bisa. Aku berjalan ke sana, dan membuka tas. Semuanya lalu menjadi putih dan telingaku mulai berdenging. Aku terbangun di lantai, seperti yang aku ingat, dan Ayahku bangun ketika aku batuk darah.

Bedanya, sekarang ingatan itu terus berlanjut. Dia pergi untuk mengamankan tasnya. Menutupnya dan memegangnya dekat dengan dirinya sendiri. Dia menatapku dengan ketakutan dan kemarahan. Bukan pada dirinya sendiri, tapi marah padaku.

Aku tidak mengerti mengapa.

Retakan kemudian kulihat muncul, di sepanjang dinding. “Dasar bodoh!” Ayahku berteriak, “Lihat apa yang telah kamu lakukan!”

Aku ingin bertanya kepadanya apa yang telah kulakukan tetapi aku tidak dapat berbicara. Aku hanya melihat sekelilingku, ke dinding ketika minyak hitam mulai keluar darinya, ketika cairan mulai terbentuk seperti di rumah Thomas.

Ayahku kemudian membopongku dan menarik aku keluar dari kamar. Kami berlari ke mobil di luar. Dia menempatkanku di kursi belakang, sementara tas kerjanya dia tempatkan di kursi penumpang.

Dia mengemudi tanpa berkata apa-apa, lebih cepat dari yang pernah dia kendarai sebelumnya. Aku mengambil beberapa tisu dari kotak terdekat untuk membersihkan mulutku. Lalu aku melihat ke luar jendela. Bulan yang telah kupandangi begitu lama malam itu telah pergi. Tidak ada yang tersisa selain kegelapan.

.

.

Aku bangun dari flashback itu dan muntah. Ketika aku selesai, aku berguling, dan berbaring di atas beton. Aku menyadari bahwa fenomena ini sama seperti waktu itu. Aku melihat melalui kaca mobil dan semuanya buram setelahnya. Langit merahnya lah yang teringat jelas.

Apa yang ayahku lakukan? Apa yang dilakukan Derrick Todd dan Thomas Reel? Apa yang aku lakukan? Aku tidak bisa menyatukan kepingan fakta ini menjadi apa pun.

Setelah mengendalikan diri, aku memutuskan untuk kembali ke rumah Todd, berpikir mungkin dia masih ada disana. Aku berjalan ke jalan yang jauh dari taman. Semuanya kosong dari manusia. Atau begitulah yang aku pikirkan.

Dalam perjalanan, aku mendengar langkah kaki datang ke arahku, jadi aku bersembunyi di balik semak-semak. Ada beberapa pria dengan senjata. Mereka mengenakan setelan biohazard lengkap dengan pelindung tubuh. Mereka memiliki huruf AG di pundak mereka. kalimat Keeping Us Better yang tertulis di seragam mereka, meyakinkanku bahwa mereka adalah tentara swasta dari AG Industries.

Aku mengernyitkan dahi. Rupanya Louis Rockwell bisa mengikutiku bahkan di tempat ini, pikirku dalam hati.

Mereka semua memiliki senapan rifle, dan semua tampak seolah-olah mereka siap berperang. Aku hampir tidak bisa mendengar mereka tanpa mengungkap keberadaanku. Aku bahkan hampir tergoda untuk mendekati mereka dan meminta tolong, namun aku langsung mengurungkan niat ketika salah satu mereka berkata : ”. . .Temukan mereka. . . mereka semua . . . bunuh apapun yang bergerak. . .”

Aku memilih untuk tetap bersembunyi dari mereka. Aku tidak yakin apakah mereka ada di sini secara tidak sengaja, dalam misi penyelamatan, atau bahkan untuk misi search and destroy. Untuk sekarang, firasatku mengatakan sebaiknya aku menjauh.

Mereka semua pergi ke gedung terdekat jadi aku pergi ke arah lain, menuju rumah Todd. Todd jelas harus tahu tentang apa yang sedang terjadi, dan dia harus memberitahuku sesuatu. Tapi aku harus berharap bisa menemukannya. Jadi aku mempercepat langkahku.

Sayang, belum sampai ke blok rumahnya, aku terjatuh saat berlari di jalan, karena getaran yang terasa seperti gempa bumi tiba-tiba melanda kota. Retakan mulai terbentuk di mana-mana dan aku memutuskan untuk terus berlari.

Aku mulai mendengar suara tembakan dari gedung-gedung dan daerah sekitar.

Sekali lagi, pikiranku mulai mencoba meningat sesuatu yang sudah lama terlupakan. Suara itu lagi; "Aku harap kau bisa menahan nafasmu. Karena tanpa bantuanmu, ayahmu akan sangat sedih."

Sebuah peluru menghantam dinding di dekat aku, dan membuatku tersentak kembali ke "realita". Aku berkata pada diriku sendiri aku tidak akan membiarkan diriku mati. Tidak sampai aku mendapatkan jawaban.

Jadi aku terus berlari, bahkan ketika cairan hitam meluap dari celah bumi seperti semburan lava.

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "The Finding Father Chapter 9 : Midnight"

Post a Comment