v Keeping Us Better #8 : Otherside | UNSOLVED INDONESIA

Keeping Us Better #8 : Otherside

Ini adalah bagian kedelapan dari Serial Keeping Us Better

.

Otherside / Sisi Lain

.

Mark Tene menyalakan sebatang rokok lagi dalam kegelapan. Bersandar di dinding batu yang dingin, dia tampak tenang, nyaris tenteram. Tembok-tembok disini penuh dengan tulisan-tulisan yang lebih tidak jelas daripada yang pernah dilihatnya. Hal-hal yang bahkan tidak mau dia coba pecahkan.

Lantainya terparut sehingga orang bisa melihat kegelapan di bawahnya, dan meskipun ada suara ringan dari mesin besi yang berat, tidak ada yang terlihat selain kegelapan. Ini adalah ruangan yang paling tidak meresahkan, tetapi juga paling tidak menarik. Itu hanyalah “serambi”, menurut Mark, di hamparan dunia yang keji ini.

Tidak ada petunjuk baginya untuk menemukan apa yang dia cari. Tidak ada apa-apa selain gapura yang mengarah lebih jauh ke dalam reruntuhan, dan jalan pulang. Sesuatu yang Tene sama sekali tidak tertarik untuk dekati sekarang. Apa yang lebih dalam di jurang ini, jauh lebih penting.

Saat Portal menggeram, membiarkan sosok lain masuk, Mark bahkan nyaris tidak mendongak. Dia tahu siapa orang itu. Mark hanya menghisap rokoknya lagi.

“Kenapa lama sekali?” dia bertanya pada pria berjas itu.

“Ada sesutu yang harus ku diskusikan dengan Todd.” Rockwell menjawab, membersihkan dirinya. Melewati Portal bukalah pengalaman yang menyenangkan untuk dialami.

“Disana juga ada si bocah itu, kau tau?” Rockwell menekankan. Mark sesaat menghentikan kegiatannya, namun pada akhirnya melanjutkan. Yah, Mark tidak terlalu peduli, itu masalah Rockwell.

“Apakah Todd bertanya tentangku?”

Rockwell menyeringai. “Aku bilang padanya kau sudah mati.”

Mark menjentikkan puntung rokoknya ke tanah, mendorong dirinya dari dinding dan berjalan ke lengkungan.

“Bagus.”

.

.

.

Mark Tene berbeda dari semua yang pernah didekati Rockwell untuk proyeknya ini. Perbedaan yang paling penting adalah, bahwa dia tidak mendekatinya. Mark lah yang menemukan Rockwell. Tentu fakta ini hanyalah Mark dan Rockwell yang tau.

Setelah bekerjasama sebentar, Rockwell segera mengetahui bahwa Mark sama sekali tidak seperti yang terlihat. Pria itu jauh lebih pintar, dan jauh lebih ambisius daripada yang bisa dibayangkan hanya dengan melihatnya.

Mark menginginkan satu hal, dan itu adalah control, dan satu-satunya cara untuk mendapatkannya adalah dengan pengetahuan. Lebih banyak pengetahuan daripada yang bisa dibayangkan siapa pun. Dan jika dia harus turun ke kegelapan terdalam untuk menemukannya, mengapa tidak? Itu hanya membuat hadiahnya lebih menyenangkan. Dan jika beberapa orang harus mati agar dia bisa sampai ke sana. Biarlah itu terjadi. Pengorbanan harus dilakukan. Selalu.

Itulah kenapa ketika Mark melihat ke dalam Portal pada hari kecelakaan pertama, dia tidak melihat dengan ketakutan. Tapi dengan nafsu. Karena di situlah letak semua jawabannya. Di dalam Portal.

.

.

Kedua pria itu berjalan lebih dalam menyusuri koridor. Melewati gapura, mereka berjalan melewati apa yang disebut Mark sebagai "Ruang Bedah", menuruni tangga dan melewati "Ruang Kandang", dan terus berlanjut.

Mereka melewati sebuah ruangan yang tampaknya mengarah ke luar ke sebuah lapangan di malam hari, tanpa langit-langit yang terlihat, tetapi begitu mereka melewati bukit, gapura lain menyambut mereka kembali ke dalam kegelapan.

Sebuah ruangan dengan hanya dinding putih, dan sebuah ruangan dengan dinding empuk dengan duri berlumuran darah yang menonjol keluar darinya. Tidak ada pria yang mencoba memahami ruang-ruang itu, hanya melanjutkan, dengan asumsi mereka menuju ke arah yang benar, dan sejauh yang mereka tahu, hanya ada satu jalan.

Mereka akhirnya berhenti di tempat besar seperti lift, yang membawa mereka turun selama hampir lima menit. Mark menggunakan waktu ini untuk menyalakan rokok lagi, sementara Rockwell berusaha menghubungi Suara dikepalanya, tetapi tidak berhasil. Suara itu sudah tidak berbicara dengannya, lebih dari 8 tahun, hilang sejak hari kecelakaan pertama.

Lift pada akhirnya berhenti. Mark terlihat mengigil, bukan karena hawa dingin, karena disini hangat. Tidak, Mark Tene menggigil karena kegembiraan. Karena mereka telah memasuki ruangan baru. Satu dengan tangga di tengahnya memanjang ke bawah jurang, dan satu lagi gapura di ujung lainnya; salah satu yang interiornya terasa lebih gelap dari yang lain.

Itu untuk pertamakalinya adalah jalan bercabang.

Dindingnya sekali lagi terbuat dari batu, seperti ruangan pertama, tetapi alih-alih bahasa aneh yang diukir di dalamnya, dindingnya kosong. Inilah saat sesuatu yang aneh terjadi. Pertama Rockwell mendengar Suara itu, dan kemudian sesuatu yang lebih gelap menghubungi Mark.

Mark mengambil langkah pertama, dan menoleh ke Rockwell, yang sudah mulai berjalan menuju gapura. Mark tak segan-segan tertawa. Memberitahu Rockwell bahwa mereka sepertinya tidak akan pernah bertemu lagi.

Namun apabila itu yang harus terjadi, maka biarlah. Dia kemudian berjalan menuruni tangga. Turun lebih dalam ke dalam Lubang. Rockwell tidak terlalu memikirkan ucapan Mark. Alih-alih, dia berjalan melewati gapura terakhir, sambil memikirkan apa yang dikatakan Suara itu kepadanya.

“Selamat datang kembali.”

.

.

.

Koridor terakhir lebih kecil dari yang lain, hampir tidak cukup besar untuk Rockwell, atau bisa dibilang seakan ini memang dibuat untuk Rockwell. Tapi dia tidak memikirkan hal ini, dan hanya berjalan lebih jauh sampai ujung koridor, di mana bukaan terakhir ditutupi oleh sesuatu.

Jagung.

Rockwell hanya berhenti sejenak sebelum berjalan melewati hamparan jagung. Lantainya tetap terbuat dari batu, tetapi tanaman nampak tetap tumbuh di atasnya. Dindingnya juga terbuat dari batu, namun langit-langitnya hanya berubah menjadi kegelapan.

Melewati tanaman-tanaman Jagung yang menghalangi, Rockwell pada akhirnya sampai di tempat terbuka, dan mendengar tangisan bayi.

Di tempat terbuka itu ada dua mayat yang terbakar, dan di tengah keduanya ada sebuah kawah. Namun tidak ada apa-apa di dalam, tapi suara bayi itu pasti berasal dari dalam lubang kawah.

Rockwell memutuskan untuk langsung masuk ke dalamnya, namun dihetikan hanya saat ingatan membanjiri dirinya. Kemudian dia secara naluriah melihat ke atas. Tempat itu kemudian menjadi kosong, dengan tanaman dan mayat nampak hilang.

Meski, sesuatu yang baru kini ada di sana dengan Rockwell.

Dia mendengar suara perpindahan gerigi saat sesuatu turun dari kegelapan di atasnya. Mayat nampak diturunkan, terikat ke sebuah mesin entah apa, dengan rantai.

Sebuah batu hitam besar tertanam di dada mayat itu, yang telah menjadi sosok berlumuran karat. Tidak ada fitur yang dapat dikenali. Tubuh diturunkan hingga menghadap Rockwell. Baru kemudian dia berbicara.

“Selamat datang, Rockwell. Selamat datang di Akhir, selamat datang pula di Awal.” Suara itu berucap.

“Siapa aku?” Rockwell bertanya pada sosok itu.

Kau adalah Aku.”

“Lalu siapa kau?” Rockwell tidak ragu untuk bertanya.

“Aku adalah kau.”

Rockwell mengepalkan tangannya karena marah.

“Lalu kenapa kau membawaku ke sini? Kenapa aku datang ke sini?” Rockwell hampir berteriak pada sosok yang digantung itu. Tidak ada yang seharusnya mengkhianatinya, dan orang yang mengkhianatinya biasanya dia pastikan akan mati.

“Kau datang untuk menemukan sesuatu. Kolegamu memiliki impian besar. Ide besar. Rencana besar untuk Tempat ini. Kau punya satu yang akan mengerdilkan mereka semua.”

“Apa yang kucari?”

“Sebuah Object.”

Rockwell menatap tak percaya. Dia datang sejauh ini, hanya untuk Objek sederhana? Bukan apa yang direncanakan Rockwell. Bukan yang dia inginkan. Apa yang bisa bernilai dari semua pekerjaan yang telah dia lalui? Tapi Suara itu berbicara seolah membaca pikiran Rockwell, dan kemungkinan besar memang begitu.

“Kau datang untuk Object yang paling penting. Itu adalah Obyek yang gelap dalam Terang, namun Terang dalam gelap. Keseimbangan, namun Kekacauan. Objek ini milik salah orang yang kau tahu, tetapi tidak sepenuhnya kau tahu. Ketika Dia menemukan Objek, dia menyerap Kontrol, tetapi meninggalkan kekacauan. Kukatakan padamu bahwa dia tidak dapat menangani keduanya. Kau di sini untuk membuktikan kepadanya bahwa kau bisa melakukannya. Dia memegang kontrol, tapi kekacauan tetap ada di sini. Di lubang Holder. Di mana cahaya paling terang tidak bisa melawan kegelapan.”

Tiba-tiba batu yang tertanam di dada mayat itu mulai bersinar. Menerangi area disekitarnya. Rockwell menyadari bahwa itu bukanlah sebuah batu, melainkan sebuah kristal.

“Object nomor 2538”

“Legion's Object?” Rockwell berkata keras tanpa sengaja.

Dia tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi, atau bagaimana itu terjadi di sini, tapi Rockwell memutuskan untuk tidak mempertanyakannya. Waktu untuk pertanyaan telah berakhir, itu telah menjadi waktu untuk bertindak.

Rockwell mencengkeram kristal dengan kedua tangan mencoba menariknya keluar dari tubuh, saat semuanya memudar menjadi hitam. Jeritan meletus dari segala arah saat Rockwell menarik lebih keras. Tepat sebelum dia berhasil, tepat sebelum kegelapan menyelimuti pikirannya, Suara itu berbicara untuk terakhir kalinya.

“Sekarang tunjukkan senyummu.”

.

.

Rockwell terbangun di ruang bawah tanah lab. Di lengan kanannya ada The Chain melilitnya, dan sisanya menjulur. Obyek yang terdiri dari 1072 mata rantai itu, tidak lagi membentang menjadi sebuah portal.

Portal itu sendiri sudah hilang. Bahkan tidak meninggalkan bekas apapun di dinding.

Namun perhatiannya kini tertuju kepada hal yang lain. Ditubuhnya, didalam dirinya, di mana dulu ada detak jantung, ada denyut nadi, kini bersarang sesuatu yang berbeda.

Obyek itu memompa sesuatu selain darah ke seluruh tubuhnya. Sesuatu yang jauh lebih gelap. Sesuatu yang jauh lebih kuat.

Rockwell tersenyum. Ada pekerjaan yang harus dilakukan.

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "Keeping Us Better #8 : Otherside"

Post a Comment