v Ieunitas, Infectus, Talius #12 : Velitatio | UNSOLVED INDONESIA

Ieunitas, Infectus, Talius #12 : Velitatio

 Diambil dari theholders.org

Ini adalah bagian keduabelas dari serial  ‘Ieunitas, Infectus, Talius’

.

 “Velitatio”

.

Pelayan Essum yang lain—pelayanku yang lain—berlutut, mulutnya terbuka sambil menjerit tanpa suara. Kulitnya keriput dan mengelupas, hingga hanya tersisa kerangkanya saja.

Aku menikmati momen saat aku menyedot kehidupannya, energinya memenuhi diriku, menghapus sensasi mengerikan yang menyelimutiku. Tiba-tiba, dengan rasa sakit yang menyakitkan, rasa lapar menyerangku lagi, penderitaan dan kehampaan melanda diriku.

Aku membungkuk, dan aku sendiri ikut berlutut. Telapak tanganku menyentuh tanah untuk menjaga diriku agar tidak jatuh, pandanganku menjadi kabur sesaat karena rasa lapar, kecanduan baruku, menjalar ke dalam diriku. Aku berhasil menyesuaikan diri setelah beberapa saat, berjalan terhuyung-huyung ke ruangan lain di rumah sakit jiwa, tempat favoritku, mencari dan memakan petugas lain.

Aku menghela nafas puas sebelum rasa lapar datang kembali, bahkan lebih kuat lagi. Namun, Aku sudah siap untuk memulai, dan aku berhasil tetap berdiri meskipun kepalaku masih terhuyung.

Seiring berjalannya waktu, rasa terhuyung-huyungku menjadi seperti vertigo, beserta rasa lapar yang tidak kalah menyakitkannya, namun entah bagaimana, bisa diatasi saat aku mulai terbiasa dengannya.

Jujur, rasa lapar yang melumpuhkan dan menyiksa ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang aku rasakan di baliknya: kemurnian, energi gelap, lebih intens, lebih hebat, dan lebih mengerikan dari apapun yang pernah aku rasakan dalam hidupku, lebih hitam dan lebih menakutkan dari Void itu sendiri.

Aku bisa merasakannya, beratnya begitu besar sehingga aku merasa seolah-olah aku tercekik olehnya. Aku bisa merasakannya di dalam diriku, mempertajam persepsiku, indraku, pikiranku. Benar-benar membuatku berasa kuat.

Kemudian, ketika aku berusaha melahap jiwa-jiwa yang malang ini, sebuah ide muncul di benakku. Mengapa harus puas dengan camilan yang sedikit, pikirku, padahal aku bisa memanjakan diriku dengan jamuan makan? 

Aku bisa menemukannya, meskipun dia tidak dapat menemukanku. Aku memutar gerendel raksasa di pintu besar menuju ruang meditasi Balance. Suara itu menyebabkan dia membuka matanya, awalnya perlahan, sebelum dia melihatku. Dia bangkit berdiri dengan cepat, ekspresi terkejut diikuti dengan ekspresi jijik terpancar di matanya. Namun, ketika dia melihat ke arahku untuk kedua kalinya, matanya membelalak karena terkejut.

“Kau?!”

‘Nadamu kasar sekali. Setidaknya aku berharap untuk sambutan, Minimal 'halo'. Apakah itu permintaan yang terlalu banyak?’

“Salam ditujukan kepada mereka yang dipersilakan, dan aku hanya menyambut mereka yang aku anggap baik. Aku tidak melihat kebaikan dalam dirimu, makhluk, dan karena itu, aku tidak akan memberimu salam, baik dengan rendah hati atau sebaliknya kepada... apa pun dirimu sekarang."

‘Aku kaget, Balance. Bahkan kau tidak dapat mengantisipasi hal ini? Ini adalah niatku sejak awal. Aku telah mentransfer kekuatanku ke dalam tubuh ini. Edo Edi Essum telah memindahkan kekuatannya ke tubuhku. Essum, Infectos, tidak ada lagi perbedaan antara keduanya. Aku adalah The One And Only, Kesempurnaan.’

”Memang hasilnya tidak sejelas yang aku harapkan, tapi aku sudah mengantisipasi Edo Edi Essum akan mencoba hal seperti ini. Meski begitu, jika itu adalah bentuk sempurnamu, kau akan tahu bahwa kekuatanku jauh melebihi kekuatanmu, karena akulah The Balance, dan aku menyeimbangkan segalanya. Itu termasuk makhluk sepertimu.”

‘Tentu saja aku tahu itu! Itu sebabnya aku tidak ingin menghabisimu sekarang, Balance. Aku harus sabar menunggu, begitu juga dirimu’

“Kau? Menunggu untuk apa?”

‘Agar kau dapat mencapai potensi maksimalmu, dan aku juga, tentu saja! Saat itulah aku akan melahapmu, sepotong demi sepotong, sedikit demi sedikit. Rasa lapar ini, Balance, tidak mungkin kau mengerti. Ini jauh lebih buruk daripada rasa sakit yang harus kau rasakan karena kehilangan.’

Balance tidak membalas. Kakinya menginjak tanah dengan kuat, mengepalkan tinjunya yang hampir tersembunyi di balik jubahnya yang hampir putih bersih. Sungguh jubah yang luar biasa, pikirku dalam hati, melambangkan kekuatan yang dia butuhkan untuk menyamakan kedudukan, seperti pemberat dalam timbangan. 

Kulihat hamparan cahaya putih mengelilingi tangannya, saat dia bersiap menyerang, kebencian berkobar di matanya.S aat-saat seperti inilah yang membuatku berharap agar wajahku yang putih dan berlapis armor organik bisa memperlihatkan senyumanku. 

Balance mencoba untuk menyerangku dan aku menggengam pergelangan tangannya di udara, dagingnya yang pernah menjadi manusia terbakar dalam genggamanku, meskipun Balance tampaknya tidak terpengaruh.

Cahaya mulai meredup dari jubah Balance, membuat sedikit bagian menjadi hitam pekat. Itu mempengaruhi Balance, menggangu keseimbangan kekuatannya, memaksa dia bernafas berat sampai terbatuk-batuk. Dia jatuh ke tanah seperti kepompong manusia, pemandangan yang nyaris lucu.

“A-Apa ini?” Balance mendesah.

‘Bukan hal yang luar biasa,’ jelasku acuh tak acuh, ‘jubahmu adalah bagian dari kekuatanmu. Aku hanya menggangu kestabilan auranya untuk keuntunganku. Pengaruhku akan hilang seiring berjalannya waktu. Seperti yang aku katakan , aku hanya ingin bicara.’

Sekali lagi Balance menarik napas tajam, "Dapat diterima.”

Dia nampak kembali tenang.

‘Jika kau menghormati keterusteranganku, Balance, kau sedang berada dalam posisi tidak menguntungkan. Banyak PR yang harus kau kerjakan, bahkan jika aku tidak ada disini untuk menghancurkan realita. Maksudku, keteguhanmu untuk melindungi Legion, benar-benar patut diapresiasi.’

“Sudah merupakan tugasku untuk menghancurkanmu, agar realita ini meraih kembali keseimbangan.”

‘Ayolah Balance. Apa yang akan terjadi jika kau membunuhku? Cahaya, kebahagiaan, dan kedamaian akan menjadi dominan. Dan itu berarti keseimbangan akan condong ke arah lain. Artinya, sebagai penyeimbang, kau harus melakukan pekerjaanku. Kau harus menjadi penjahat, kegelapan, koruptor. Dan kita berdua tahu bahwa kau tidak punya kualifikasi untuk melakukan hal-hal itu...’

“...”

‘... kau membutuhkanku, Balance. Apakah kamu tidak melihat? Aku bisa melakukan semua hal yang kau tidak bisa. Tanpa aku, Balance,  kau tidak dapat menjaga keseimbangan. Ironisnya sungguh manis bukan? aku jauh lebih mampu daripada kau dalam menjaga ketertiban. Secara lucu, aku lebih ‘The Balance’ daripada dirimu.’

"Semua... yang mampu kau lakukan... hanyalah mendatangkan kematian... dan kehancuran. Aku akan... mengalahkanmu... kau tidak akan... menang... Kau tidak akan lagi... menyebabkan kekacauan."

‘Jika memang seperti itu, maka biarlah. Tapi aku harus berterima kasih padamu karena tidak menghina kecerdasanku. You see, aku punya sedikit keuntungan dibanding dirimu.’

"Keuntungan...?"

Aku hanya tertawa. Yah, dia akan melihatnya nanti.

Aku berbalik, berniat membuka portal menuju Void dan pergi dari sini. Kulirik The Balance dan dia nampak tidak berniat mengejar. Setidaknya, kita berdua tau bahwa ‘the final battle’ belum tiba waktunya.

"Aku akan memenuhi... tujuanku. Aku akan menyeimbangkanmu."

‘..Sampai jumpa lagi.’

Aku melambai sebelum melangkah ke dalam kehampaan.

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "Ieunitas, Infectus, Talius #12 : Velitatio"

Post a Comment