v 'Who Seek The Seekers?' Chapter 4 : Some Holders Won’t Submit | UNSOLVED INDONESIA

'Who Seek The Seekers?' Chapter 4 : Some Holders Won’t Submit

 “Who Seek the Seekers?” Series

Translated By Admin

Ini adalah bagian kempat dari cerita ‘Who Seek the Seekers?’

.

“Some Holders Won’t Submit”

Aku akhirnya mengacau. Maksudku, yah, ini buruk. Aku sudah melakukan ‘pekerjaan’ ini selama beberapa waktu sekarang. Faktanya, terakhir kali aku memeriksa, aku tidak mengalami penuaan sama sekali. Namun sebenarnya bukan itu yang aku khawatirkan.

Sekarang, aku juga sudah paham betul akan batasan dari kekuatanku. Rupanya, Goodamned Good Sword, tidak bisa digunakan untuk membunuh orang berhati murni, dengan kata lain, mereka yang tidak pernah berbuat dosa.

Kau mungkin mengira kalau itu adalah omong kosong, ah, mana ada orang yang tidak pernah berbuat dosa? Percayalah, aku sama terkejutnya seperti dirimu.

Tentu itu bukanlah masalah besar, karena sejauh yang aku ingat, pedang ini tidak pernah gagal dalam membunuh Seekers. Yap, tidak ada diantara para bedebah itu yang suci—what a surprise. Right?

.

Ini adalah malam yang panjang. Tampaknya hari ini juga akan menjadi hari yang panjang dan lancar. Tentu saja aku juga sedikit mabuk.

Saat aku sedang berjalan-jalan di sekitar RSJ di suatu tempat di Amerika, aku mulai menyadari, setelah mengingat kembali, bahwa emosiku menjadi agak kacau. Bukan berarti aku sekarang menjadi sering 'menangis sampai habis' atau apa, lebih aneh dari itu, aku sudah lama tidak merasa takut, dan setiap kali aku merasa takut (kau tahu, ketika beberapa Seeker yang lebih kuat berhasil melawan), aku malah merasa marah. Kemarahan itu datang bersamaan dengan kegembiraan yang sadis. Itu kacau, tapi aku menyukainya.

Tapi, sehubungan dengan kelakuanku yang kacau, ada orang bodoh yang memutuskan bahwa, hari ini dari semua hari, dia ingin bertemu dengan “The Holder of Submission” .

Oke, aku sedikit telat dalam tempo, karena Seeker itu terlanjur masuk ke domain sang Holder sebelum sempat aku hadang di depan institut. Normalnya, aku akan menunggu diluar sampai dia mendapatkan obyeknya, namun hari ini, aku memutuskan untuk membuntutinya dari belakang dan ikut masuk ke domain sang Holder.

Memang, itu sedikit tidak biasa, namun apakah itu berhasil? Coba tebak?

Aku berhasil menyelinap di belakang mereka berdua (Seeker dan sang Resepsionis) saat mereka melewati labirin terkutuk itu untuk menuju ruang sang Holder. Holdernya, setahuku adalah sosok yang dijuluki sebagai Warrior-King. Seorang tiran raksasa sombong, dan dikatakan luar biasa ‘kuat’

Aku terus membuntuti Seeker itu, bahkan sampai hanya tersisa dia sendiri yang memasuki ruang tahta sang Holder. Aku ikut masuk dari belakang dan bersembunyi dibalik pilar raksasa. Sebisa mungkin, aku mencoba tidak mengeluarkan suara.

Sekarang, aku bisa melihat sang Seeker beserta sang Holder. Warrior-King, dia sangat besar, berotot, benar-benar seperti binatang buas. Diatas singgasananya, dia nampak duduk hanya menggunakan cawat.

Sesi tanya jawab dilakukan dan aku bisa merasakan guncangan di ruangan ini ketika sang Holder berdiri atau berteriak. Kulihat Seeker itu mundur beberapa langkah ketika kaget. Yah, si idiot ini sudah pasti akan gagal dalam ujiannya.

“Tsk. Fu$k”

Kalau dipikir, kenapa pula aku ikut masuk kesini? Oke, itu adalah keputusan yang didasari rasa penasaran dan reflek. Sekarang, karena aku sudah ada disini, menyesali semua pun percumah.

Aku memutuskan untuk mengekspos keberadaanku. Mendekati si bodoh yang sudah tidak bisa diandalkan lagi, aku pun memenggalnya dan membiarkan tubuhnya terjatuh. Kini, sang Seeker malang itu akan menjalani penghakiman abadi dihadapan The Pure One.

Sang Holder, Warrior-King nampak tidak terkejut akan kedatanganku.

“Hah! Aku pikir sang tikus akan terus bersembunyi sembari mencari jalan untuk kabur. Siapa sangka, dia berani keluar dari persembunyiannya.” Sindir Warrior-King kepadaku.

Tentu saja, sekarang aku harus berurusan dengan orang ini. Dan sialnya, dia terlihat seperti bajingan yang tangguh.

“Hentikan ngobrolnya. Sekarang kita bertarung!” ujarku. Yah, aku tidak punya pilihan selain melawannya apabila aku ingin keluar dari tempat ini.

.

Dia menyerangku, menebas dengan pedangnya sendiri. Pedang besar berkarat.

Sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana aku bisa menahan serangan pertama itu. Kedua lenganku mati rasa karena benturan kekuatan yang terjadi dan aku merasa diriku terjatuh ke satu lutut. Kau tahu apa yang paling membuatku kesal? Keparat itu hanya menggunakan satu tangan! Dia bahkan tidak berusaha!

Tentu, aku tidak akan jatuh tanpa perlawanan. Aku dapat menembus bidang penglihatan rata-rata orang, dan keluar dari bidang tersebut sebelum mata mereka sempat menyadari fakta bahwa aku ada di sana. Meski begitu, sepatu sialanku tidak lagi terlihat keren setelahnya. Ya, saat aku sudah melangkah lebih dari beberapa langkah, aku sudah bertelanjang kaki.

Bagaimanapun, aku juga tidak lemah. Kontrakku dengan si malaikat lemari jam, telah memberiku kemampuan yang bisa mengimbangi kebanyakan Holder. Sejauh kekhawatiranku berada, apabila diukur dengan skala kekuatan, aku dan Warrior-King hampir imbang-imbang.

Hampir.

Tentu fakta tidak bisa dibandingkan dengan statistik. Warrior-King benar-benar melawanku dengan satu tangan. Itu membuatku marah. Dan pusing. Ya, aku tau sensasi ini. Sensasi takut.

Aku menjadi gila saat itu. Aku menebas dan menusuk seratus kali, dan dari semuanya, dia berhasil menangkisnya tanpa terkecuali. Benar-benar tidak ada luka yang bisa aku berikan kepadanya.

Kemudian, setelah dia meremehkan seranganku, giliran dia yang menyerang bertubi-tubi. Itu adalah kombo tanpa ampun, yang membuat tanganku mati rasa setiap kali pedangku menahan serangannya. Sialnya bagiku, akhir dari combo itu berhasil melucuti Goddamned Good Sword dari tanganku.

Dan setelahnya, hanyalah tusukan yang mengarah langsung ke perutku.

Stab!

Aku langsung merasakan luka bakar panas di dadaku saat pedangnya tembus melewati punggungku. Sama sekali bukan pengalaman yang menyenangkan.

Itu adalah serangan telak.

.

.

.

.

Aku terbangun di sebuah gereja, dan tidak ada satupun goresan di tubuhku. Pendeta yang ada disana sepertinya terkejut melihatku. Jelas saja, aku menemukan diriku sendiri tergeletak di meja kantornya, saat dia masuk.

Aku mengernyitkan dahi. Bukan kepada sang pendeta, tetap pada nasibku sendiri.

Aku yakin aku baru saja mati karena ditusuk oleh pedang besar miliki Warrior-King. Namun kenapa aku sekarang hidup lagi? apakah aku baru saja respawn?

Maksudku, omong kosong RPG Game macam apa ini?

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "'Who Seek The Seekers?' Chapter 4 : Some Holders Won’t Submit"

Post a Comment