v 'Who Seek The Seekers?' Chapter 9 : What Good This Hunger | UNSOLVED INDONESIA

'Who Seek The Seekers?' Chapter 9 : What Good This Hunger

 “Who Seek the Seekers?” Series

Translated By Admin

Ini adalah bagian kesembilan dari cerita ‘Who Seek the Seekers?’

.

“What Good This Hunger”

 

 

“Aku masih sangat lapar.” ujarku kepada si polwan yang yang menginterogasiku di ruang sempit ini.

“Pak, kau ditangkap karena memasuki sebuah toko swalayan dan memakan bagian terbaik dari seluruh bagian produk mereka. aku merasa sangat sulit untuk percaya bahwa kau masih lapar. Faktanya, bagaimana kau masih hidup benar-benar jauh di luar jangkauanku.” Balas sang polwan.

Aku menatapnya malas. Satu-satunya alasan kenapa aku tidak melawan ketika hendak ditahan, adalah fakta bahwa aku sendiri ingin kegiatan itu berhenti. Kau tau, memakan dengan rakus di swalayan tanpa tau mengapa.

“Dengar, Sayang, aku juga tidak tahu kenapa aku begitu lapar. Butuh waktu lama bagi kalian untuk sampai ke sana juga. Tapi, sialnya, kuberitahu ya, aku tidak tahu apa yang dilakukan Holder sialan itu padaku.” balasku

Sang polwan itu tidak menjawab.

“Oh, dan jangan repot-repot bertanya padaku apa itu Holder. Aku tidak ingin memberitahu kalian, karena kalian pasti akan memasukkanku ke bangsal RSJ dan aku akan kelaparan di sana. Padahal, kalau dipikir-pikir, mengurungku dan tidak memberiku makan akan mempercepat prosesnya (kematianku), ya kan?”

Kemudian, sensasi mual yang tiba-tiba, mendorong seluruh isi perutku keluar. Aku muntah tepat di atas meja interogasi.

“AH! Sial, kau lihat itu? Tsk, bahkan makanan itu tidak tercerna sedikit pun. Aku bersumpah demi Tuhan, itu seperti, makanan utuh... kalian tau sudah berapa lama kalian menahanku disini? Sekitar satu jam! Tidak mungkin omong kosong ini tidak menjadi bubur sekarang... Itu tidak masuk akal, kan?” belaku.

Si polwan itu sekilas nampak terkejut, namun memilih untuk tidak berkomentar.

“Ssst, aku tahu kau akan mengatakan sesuatu yang bodoh dan aku sedang tidak mood untuk mendengarnya. Aku tahu dari raut wajahmu. Kau akan memanggil petugas keamanan lagi untuk menjebloskanku ke sel, karena kau mulai merasa tidak nyaman.“ kataku.

“...” polwan itu masih diam.

“Kau tiba-tiba takut padaku. Tapi, kau sepertinya tidak bisa bergerak. Kau belum pernah merasa setakut ini sejak kau berumur empat belas tahun dan ibumu meninggal. Aku tau kau berada di sana, bersamanya, ketika orang gila itu menembaknya. Ah dan tentu saja. Itulah yang kemudian menyetel kompas moralmu. Kau tidak bisa membiarkan hal itu terjadi pada orang lain, sehingga kau memutuskan untuk menjadi polisi. Disaat yang sama, kau tidak menyukai orang-orang berkulit hitam karena kau merasa mereka semua adalah kriminal. Ouch, benar-benar rasis.”

“...”

“Sekarang, kau bertanya-tanya bagaimana aku mengetahui semua ini. Ya Tuhan, sungguh, aku sendiri tidak bisa mengatakannya padamu. Aku seperti bisa mendengar pikiranmu. Tidak, itu tidak benar. Aku bisa melihat mereka. Aku menciumnya, merasakan sentuhannya, mengecapnya dengan lidahku, sial, aku merasakan pikiranmu dengan cara yang aku bahkan tidak tahu bisa melakukannya. Kurasa aku belum pernah mempelajari seseorang sedekat ini sebelumnya. Ya Tuhan, betapa takutnya kau. Tapi tahukah kau, Amy? hal terburuk masih akan terus terjadi. Karena aku akhirnya menemukan cara untuk menghilangkan rasa lapar ini.”

Aku kemudian berdiri dan mencekik orang itu. Memojokannya ke tembok. Ah sial, memorinya, benar-benar menggiurkan. Seperti buffet.

“Tolong jangan melawan, Amy. Aku akan mengirimmu untuk menemui ibumu segera. Dia ada di sana dan bahagia. Dan kau akan segera bersamanya. Aku tidak dapat memberitahu lebih. Maafkan aku, tapi ini akan lebih menyakitkan dari apapun yang pernah kau rasakan. Katakan pada ibumu bahwa kau mencintainya ketika kau sampai di sana. Dia merindukanmu.”

Kau tidak tau apa yang terjadi, bahkan aku, tidak tau apa yang terjadi. Itu begitu anarkis, namun disaat yang bersamaan, benar-benar romantis, intim, dan passionate. Sensasi ini, sensasi ‘memakan memori’, sama memuaskannya seperti ‘kepuasan ilahi’ yang kudapat ketika aku membunuh Seeker dengan Goddamned Good Sword.

Sebut saja aku lepas kendali, namun bagiku, aku benar-benar sehat, Benar-benar berpikir rasional, dan semuanya begitu normal.

Dan kukatakan padamu, memakan otak manusia bagiku terasa seperti tujuan yang mulia.

.

.

.

Admin : What? -_-

 

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "'Who Seek The Seekers?' Chapter 9 : What Good This Hunger"

Post a Comment