v Survivor Lost Notes #001 - Catatan Hamsa | UNSOLVED INDONESIA

Survivor Lost Notes #001 - Catatan Hamsa




19 Desember 2019. Itu adalah kemarin.

Matahari benar-benar tanpa awan dan cuacanya sangat cerah.  Aku yang harus pergi pagi-pagi sudah mandi sejak jam 5. Aku masih ingat paginya ibuku berpesan bahwa aku tidak boleh pulang larut dan hati-hati di jalan.

Kota Semarang, itulah tujuanku. Berencana pergi ke kampus untuk bertemu dengan dosenku. Ya, aku memang mahasiswa semester tua dimana satu-satunya alasanku pergi ke kampus adalah untuk bimbingan skripsi. Merepotkan, tapi itu adalah keseharian yang harus aku jalani untuk dapat wisuda.

Mengendarai motor matic hitamku, aku berangkat dari rumah jam 7. Memastikan tidak ada yang tertinggal aku pun segera bergegas karena tidak mau terkena macet. Aku masih ingat kemarin aku berkendara sembari mendengarkan lagu Maroon 5 – Memories dari earphoneku. Memang berkendara menggunakan earphone itu bisa dianggap pelanggaran dalam berkendara apabila dicegat polisi. Namun aku kala itu cukup optimis kalau razia tidak akan terjadi di hari kamis. Normalnya senin kan?

Singkat cerita, dijalan raya aku melakukan perjalanan sembari bersenandung di dalam helmku. Awalnya aku tidak merasa aneh dengan jalanan yang sepi terlepas ini adalah hari kerja, dan normalnya hari kerja harusnya jam 7 adalah waktunya macet. Yang aku pikirkan saat itu adalah bersyukur karena dengan jalanan yang sepi, aku bisa ngebut sepuasku agar dapat sampai kampus lebih cepat.

Saat melewati sebuah pasar, motorku sedikit aku lambatkan karena di pinggir jalan banyak sekali pengendara yang berhenti. Aku sedikit kesusahan untuk melintas karena ternyata ada dua buah ambulans yang terparkir tidak sempurna di antara jalan raya. Membuat para pemotor yang sedang bergegas seperti aku harus berjalan pelan-pelan agar tidak menabrak orang menyebrang.

Tatkala motorku sudah lebih dekat kepada tempat ambulans terparkir, disitulah aku melihatnya. 5 Orang yang terkapar di pinggir jalan dengan darah dimana-mana. Aku juga bisa melihat para polisi dan warga yang sedang mencoba menahan dua orang pemuda yang sepertinya sedang mengamuk. Kala itu, aku tidak berprasangka apapun karena memang terlihat dari situasinya, sudah ada beberapa polisi yang mengamankan. Aku hanya berpikir kalau mungkin terjadi kerusuhan yang entah apa dan dengan sangat disayangkan, 5 korban terbunuh begitu saja.

Karena tidak mau terlibat dan tidak tahan juga dengan darah. Aku pun memutuskan untuk melanjutkan perjalananku setelah berhasil mengeluarkan motorku dari kerumunan.



20 Desember 2019, Itu adalah hari ini.

Kemarin, kampus benar-benar kacau! Orang-orang saling makan satu sama lain. Aku tidak tau apa yang terjadi hingga aku melihat berita di sosial media tadi malam. Ini adalah wabah virus!

Bayangkan kemarin aku sedang bimbingan dengan dosenku diruangannya, membahas soal  Bab IV ku yang butuh revisi, dan tiba-tiba dari lorong orang-orang mulai berteriak dan mulai berlarian kesana kemari. Temanku Rio lah yang paling keras. Dia berteriak-teriak “Kanibal! Kanibal!” sembari menunjuk-nunjuk jendela di lorong.

Aku tidak terlalu ingat kejadian setelahnya, yang aku tau beberapa dosen memutuskan untuk keluar gedung dan mengecek. Dan semenjak saat itu mereka tidak kembali lagi.

Siang harinya, keadaan semakin kacau. Aku dan 4 orang mahasiswa bersama seorang dekan dan dua orang dosen memutuskan untuk mengunci ruangan dekanat. Alasannya adalah karena belasan orang menaiki tangga ke lantai ini dan mulai mengigit orang-orang. 

60 Menit. Itulah waktu yang kami jalani sembari mendengarkan teriakan orang-orang diluar hingga semuanya benar-benar sepi. Yang tersisa hanya geraman mirip hewan yang terkadang melintas di depan pintu.

60 Menit itu kami habiskan berdebat di dalam ruangan karena salah satu temanku Erik, dia bilang bahwa kita harus membuka pintu dan membiarkan orang lain masuk untuk berlindung. Namun sayangnya temanku yang lain, Alfian mengatakan bahwa dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau orang-orang diluar adalah kanibal. Dia terus meracu tentang beberapa status teman-temanya di sosial media tadi pagi tentang video orang digigit oleh kanibal trus mati dan kemudian hidup lagi. Astaga! Pokoknya aku sudah tidak paham sama sekali!

Ditengahi oleh Dekanku. Mengabaikan nurani kami sebagai manusia, kami pada akhirnya tetap tidak membukakan pintu kepada orang-orang diluar.

Malam harinya, kami menginap di ruang dekanat sembari menonton berita via streaming. Ditemani geraman orang-orang di lorong dan sesekali terdengar teriakan dari kejauhan. Kami benar-benar tidak bisa tidur bahkan sampai hari beganti karena dihantui oleh berita yang kami tonton semalaman.

Ya! Hari ini indonesia berdarah. Sebuah virus mematikan menjangkit seluruh daerah.

Aku tidak tau apa langkah pemerintah untuk menanggulanginya. Yang jelas, aku ingin pulang kerumah! Dan memastikan ibuku baik-baik saja.


Semarang 20 Desember 2019

Hamsa – Mahasiswa, 22 Tahun.

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "Survivor Lost Notes #001 - Catatan Hamsa"

Post a Comment