v Chapter 44 : Holder Of War | UNSOLVED INDONESIA

Chapter 44 : Holder Of War


From theholders.org

Translated by Admin

Di Kota manapun, Di negara manapun, pergilah ke institusi mental atau rumah penampungan yang bisa kau datangi. Lihatlah ke langit-langit dengan ekspresi bosan saat kau berjalan ke meja resepsionis, dan dengan suara yang terdengar dingin dan acuh tak acuh mintalah untuk bertemu “Sang Penguasa Perang” [The Holder Of War]

Kau boleh menurunkan pandangan saat kau merasakan bajumu ditepuk oleh seseorang. Si pegawai akan tersenyum sopan dan mulai memandumu. Dia akan mulai berbicara tentang sejarah institusi mental ini dan menjelaskan padamu dengan nada yang tegas.

Jangan merespon pidatonya, atau bertanya apapun. Meskipun yang kau dengar adalah sejarah yang berdarah dan penuh dengan konflik.

Setelah berjalan beberapa saat, kau akan tiba di sebuah pintu berukiran rumit dengan campuran kayu mahoni dan berseling emas. Berhentilah di depan pintu itu. Dan persiapkan apa yang akan terjadi.

Si pegawai akan mendorongmu masuk pintu, dan kau akan mendengar pintunya terbanting tertutup di belakangmu. Kau akan mendapati dirimu berada di sebuah tempat yang mungkin dulunya adalah sebuah tanah pertanian subur namun kini tanah itu adalah medan perang jahanam yang porak-poranda.

Tentara-tentara berseragam dalam dua warna; satunya berwarna putih terang, dan yang lainnya berwarna hitam kotor. Kedua seragam itu memiliki persamaan, yaitu ternoda dengan darah. Mereka bertarung dengan senapan, meriam, pedang, busur, segala senjata perang yang familiar dalam sejarah.

Jangan lari dari medan perang ini, atau tentara-tentara itu akan melihatmu, menghentikan perselisihan mereka, dan menoleh padamu dengan rasa benci, karena kau adalah apa yang mereka rebutkan, dan dalam batin mereka yang sangat gelisah dan gila akan pertempuran, kau adalah penyebab semua pertumpahan darah mereka.

Juga, jangan mencoba dan kembali ke pintu tempatmu masuk. Pintu itu sudah hancur di tanah, diserang oleh prajurit infanteri yang ingin melintas.

Jika kau lari dan tertangkap, mereka akan mencabik-cabikmu dalam beberapa detik, namun entah bagaimana mereka tidak bermaksud membunuhmu. Mereka hanya ingin menyiksamu dan membiarkanmu mati secara perlahan.

Di situasi ini, ada yang harus kau lakukan. Sembunyikan rasa takutmu dan pasang wajah kejam dan tegas. Berjalanlah dengan langkah ala militer yang berirama lurus ke depan sampai kau melihat struktur beton runtuh setinggi tiga lantai yang dulunya mungkin adalah sebuah bunker komando. Jangan lihat sekitar, karena disekitar situ mungkin akan ada meriam-meriam Tank yang mengawasimu dan mereka akan menembakmu bila kau melihat mereka.

Masukilah bunker itu. jangan memberikan perhatian pada orang yang meminta tolong padamu atau mencoba berbicara padamu, tidak peduli seberapa putus asa mereka. Masing-masing dari mereka berpikir kau adalah musuh, dan saat kau merespon, kau akan dihadiahi sebuah pisau di wajahmu.

Daripada itu, berjalanlah lurus ke arah tangga di depanmu, menuju lantai dua bunker. Saat kau menaiki tangga, sebuah ledakan akan terdengar di belakangmu. Itu adalah divisi Flamethrower, mereka menghalangimu untuk kembali. Kau hanya bisa melangkah maju.

Di lantai dua, hanya ada satu orang pria, duduk di atas meja, sibuk mengobrol dengan sebuah Walkie-Talkie. Pria di meja itu mengenakan bintang jenderal. Dia nampaknya tidak peduli dengan suasana disekitarnya. Meskipun begitu, kau lah yang akan paham kalau di lantai ini akan banyak orang yang sudah menjadi mayat, dan dia adalah satu-satunya orang yang tersisa.

Berjalanlah ke arahnya, beri hormat, dan dalam suara militermu yang terbaik, berserulah “Komandan!”

Ia akan menoleh cepat untuk memandangmu. Jika ia berpikir kau tidak pantas untuk menjadi pasukannya, ia akan langsung menembakmu di tempat dengan senapan Revolvernya dan melanjutkan pembicaraan di Walkie-Talkie.

Bila ia berpikir kau pantas, ia akan mengangguk dan menatapmu dengan tajam. Ia tidak menyukai pemalas, maka cepatlah bertanya padanya pertanyaanmu. Satu-satunya pertanyaan yang akan ia respon adalah: “Kemana aku boleh pergi, Komandan?”

Ia akan memberitahumu. Ia akan memberitahumu dengan detail, detail yang mengerikan, sampai membuatmu tergoda untuk mencekiknya. Jangan mencoba melakukannya, karena ia petarung yang jauh lebih berpengalaman darimu. Jangan turunkan dulu posisi Hormat mu, jika kau tidak mau menemui kematian yang benar-benar mengenaskan.

Saat ia menyelesaikan bicaranya, ia akan berkata “Tenang”, dan memberikan padamu pistolnya. Ini merupakan tanda untuk menurunkan hormatmu. Ambil pistolnya karena itu sekarang adalah milikmu.

Tidak ada yang bisa kau lakukan setelah itu. Medan pertempuran akan berubah barbar dan bunker tempat kau berada akan dibumi hanguskan oleh Artileri jarak jauh. Yang kau tau selanjutnya, Sang Jenderal mati dan pandanganmu menjadi gelap.

Tatkala kau kembali sadar. Kau akan mendapati dirimu berdiri di tengah ladang gandum yang subur. Entah bagaimana, kau tahu bahwa tempat ini adalah tempat dimana pertempuran mengerikan yang kau lalui tadi akan terjadi. Dan kau juga tahu, entah bagaimana, kau akan ada di posisi sang jenderal.

Pistol yang ia berikan padamu adalah objek ke-44 dari 538.
Pistol itu memiliki satu peluru tersisa, dan tidak bisa ditambahi peluru yang lain. Jika kau menembakkan tembakkan terakhir di waktu yang tepat, kau bisa menghindari takdir kematian si Jenderal kelak.
Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

1 Response to "Chapter 44 : Holder Of War"