v Chapter 80 : The Holder Of Extravagence | UNSOLVED INDONESIA

Chapter 80 : The Holder Of Extravagence

From theholders.org

Translated By Admin

Di kota manapun, di negara manapun, pergilah ke sekolah atau universitas besar yang bisa kau temukan. Sebelum melakukan pencarian, pergilah ke toko mainan untuk membeli sebuah topeng murah berbentuk karakter apapun. Jika kau punya topeng sendiri, boleh juga kau bawa.

Saat mencapai meja depan, mintalah ke resepsionis untuk menemui seseorang yang disebut sebagai “Sang Penjaga Keborosan” [The Holder Of Extravagance]

Resepsionis di depanmu tidak akan terlihat terkejut, bahkan sekilas malah tampak bosan, seakan-akan pertanyaan ini sudah umum sampai-sampai jadi kebiasaan. Dengan lunglai, dia akan bangkit dan membimbingmu melalu lorong dari bangunan tersebut.

Di perjalananmu, kau akan melihat berlusin-lusin benda yang menarik dan memikat mata, namun jangan sekalipun berhenti atau melambat untuk memeriksanya lebih rinci. Kau mungkin tidak sadar, namun langkahmu akan dibuntuti oleh beberapa siswa yang nampak pucat dan memiliki tatapan kosong. Mereka akan memperhatikan langkahmu dengan seksama. Jika kau sedikit melambat karena perhatianmu teralihkan (dengan entah apa), maka mereka akan tersenyum dan menyeretmu paksa ke dalam sebuah bangunan kosong. Di dalam bangunan itu, kau akan menjadi makanan mereka dan ratusan sosok yang lain.

Tetaplah berjalan dekat dibelakang pemandu jalanmu. Akhirnya, ia akan menuntunmu ke sebuah pintu dan mengisyaratkanmu untuk masuk. Sebelum masuk, pakailah topengmu dan pastikan topeng itu tidak copot saat kau ada di dalam.

Resepsionis yang memandumu akan menutup pintunya dan meninggalkanmu. Tidak usah kembali ataupun berniat membuka pintu itu lagi, karena siswa-siswa yang membuntutimu mungkin sedang membuat pagar hidup dibalik pintu itu. Menempelkan dahi mereka ke tembok dan sisi lain pintu untuk berharap kau menjadi pengecut dan berlari pergi.

Tidak ada kata kembali jika kau sudah sampai titik ini.

Di ruangan yang kau pijaki, kau akan menemukan dirimu berada di ruang kelas sejarah, namun ruang kelas itu lebih membosankan dari ruang kelas manapun yang pernah kau lihat. Tidak ada poster di tembok-tembok bercat kelabu, rak-raknya tidak memiliki buku, dan meja-mejanya jarang-jarang serta sedikit.

Seorang guru akan duduk di meja depan, mengenakan seragam abu yang tidak mencolok, sedang memeriksa makalah. Wajahnya juga akan tertutup topeng, namun topeng yang dia kenakan adalah topeng berbentuk wajah yang menampakkan raut sedih.

Perpaduan hal-hal tersebut mungkin akan membuatmu ingin jatuh tertidur, namun perhatikan – jika kau tertidur, mimpi buruk yang akan kau masuki tidak kan pernah berakhir. Jangan pula menyela pekerjaan Sang Guru – ia sudah merasa cukup terbebani akan gajinya, dan jika kau mengganggu ia mungkin akan membentak.

Sebaiknya, kuatkan dirimu dan duduklah. Jangan asal sembarang duduk. Perhatikan tempatnya; Di deret ketiga dari kanan, bangku kedua dari belakang.

Duduk di tempat lain akan membawamu pada kematian. Kematian yang lambat namun akan sangat menyakitkan.

Suara pergumulan akan terdengar di luar pintu. Beberapa sosok  akan mulai masuk bergantian. Mereka adalah manusia, well setidaknya mereka terlihat seperti manusia. Mereka akan mengenakan topeng yang bermacam-macam. Ada yang memakai topeng hewan, karakter kartun, topeng pembunuh berantai bahkan topeng-topeng aneh yang belum pernah kau lihat sebelumnya.

Jangan perhatikan mereka – tidak satu siswa pun berharap untuk diperhatikan saat mereka masuk kelas, dan mereka semua sudah terlambat masuk. Cukuplah untuk dirimu menatap lurus ke depan.

Jangan pertanyakan kenapa mereka berhasil duduk tanpa ditegur oleh sang guru/dosen. Yang harus kau tau sekarang hanyalah kau dikelilingi oleh sosok-sosok yang lebih kejam dari penjahat manapun, lebih brutal dari individu anarkis manapun, dan mereka memiliki hasrat yang sama imbangnya untuk membunuh makhluk makhluk ‘berdenyut nadi’ sepertimu. Berharaplah topengmu akan membuatmu berbaur dengan mereka.

Saat pelajaran hendak dimulai. Sang guru akan menanyakan kepada seisi kelas tentang PR masing-masing. Bersamaan dengan itu, setiap ‘murid’ yang ada di kelas akan menceritakan tentang pembunuhan-pembunuhan keji yang mereka lakukan di hari sebelumnya.

Satu orang akan mengatakan bahwa dia membunuh seorang dengan cara menenggelamkannya di tong minyak dan membakar korbannya hidup-hidup. Orang yang lain, akan mengatakan bahwa dia membunuh korbannya dengan melindasnya sebanyak ratusan kali sampai tubuhnya benar-benar hancur. Begitu seterusnya, dengan setiap cerita akan memperlihatkan setiap karakteristik pembunuh yang bermacam-macam.

Tatkala tiba giliranmu, berikanlah mereka sebuah cerita. Cerita tentang pembunuhan apa yang sudah kau lakukan. Jika kau tidak pernah membunuh dalam hidupmu, maka karanglah cerita. Karanglah dengan sangat rinci dengan harapan mereka percaya dengan omong kosongmu dan tidak akan bertanya lebih lanjut.

Jika mereka memutuskan tidak mempercayaimu, sosokmu yang mencurigakan akan dipaksa melepas topeng dan pelajaran hari ini mungkin akan diubah menjadi pelajaran Praktik. Dan bersamaan dengan itu, kau akan dikuliti di depan kelas sebagai media untuk menjelaskan cara menyiksa yang akan diajarkan oleh sang guru.

Namun jika mereka mempercayai setiap omonganmu. Maka pelajaran kali ini akan menjadi pelajaran mendengarkan sejarah. Di pelajaran ini, sang guru akan mengeluarkan sebuah Tape Recorder dan akan memutar sebuah rekaman selama 1 jam penuh.

Rekaman itu adalah rekaman yang berisi cerita tentang sebuah ras peniru bentuk. Mereka hidup diantara manusia dan tinggal di rumah-rumah yang padat akan penduduk. Ras itu dikutuk dengan darah dan membuat hasrat membunuh mereka tak terkendali.

Setiap detail mungkin akan terdengar seperti sebuah teori konspirasi, namun semakin kau mendengarkan, cerita-cerita akan menyangkut ke bukti-bukti sejarah yang cocok dengan sejarah-sejarah yang kau ketahui.

Diluar, orang-orang dari ras itu menyembunyikan setiap perasaan haus darah mereka menggunakan “topeng” kepolosan. Namun sebenarnya, nafsu yang paling mendesak di jiwa mereka adalah membunuh dan menyiksa setiap manusia yang mereka temui.

Kemudian, di tengah mendengarkan, otakmu mungkin pada akhirnya akan paham kau sedang ada diantara siapa. Yap, orang-orang disekitarmu sekarang akan sangat tenang dan riang seakan mendengarkan sebuah cerita kepahlawanan.

Setiap pembunuhan, dan kehancuran yang terdengar di telinga mereka akan terdengar seperti kisah-kisah pahlawan perjuangan. Tidak jarang bahkan diantara mereka, ada yang tertawa sendiri dengan kebanggan yang tidak terkontrol.

Sedangkan di telingamu, cerita-cerita itu adalah sebuah kisah menjijikan yang akan merusak mentalmu. Setiap kata, dan setiap kalimat semakin lama akan membuatmu mual. Kejahatan yang terjadi, dan cara-cara mereka dalam menghancurkan ras manusia dari dalam tidak jarang akan membuat manusia sepertimu gila.

Tahanlah perasaan itu, kuatkan mentalmu dan jangan biarkan keberadaan orang-orang disekitarmu mempengaruhi tujuanmu kesini.

Aku akan memberitahumu dimana Obyek yang kau cari berada. Namun cara untuk mendapatkannya, kau harus memikirkannya sendiri.

Di dalam Tape Recorder yang memutar kisah yang kau dengarkan. Akan terdapat sebuah baterai berwarna emas. Baterai itu adalah baterai tanpa merk, namun merupakan benda yang paling berharga di seluruh ruangan ini.

Baterai itu adalah objek ke-80 dari 538.

“Baterai itu tidak akan pernah kehabisan daya, namun jika kau memasangnya ke perangkat apapun, perangkat tersebut tidak akan pernah hidup oleh baterai lain selain baterai emas tersebut.”

“Kisah tentang ras peniru bentuk yang kau dapat di perjalananmu ini, kau boleh menceritakannya kepada siapa saja. Namun sebaiknya sebelum bercerita, kau harus benar benar yakin, 100 persen yakin, kalau orang yang kau beritahu bukanlah bagian dari mereka.

Baca The Holders Series Lainnya

Tag : Cerita Horor, The Holders Series Bahasa Indonesia, Creepypasta

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "Chapter 80 : The Holder Of Extravagence"

Post a Comment