v The Holders Series Chapter 129 : The Holder Of Downtrodden | UNSOLVED INDONESIA

The Holders Series Chapter 129 : The Holder Of Downtrodden

From theholders.org

Translated By Admin

Di kota mana pun, di negara mana pun, pergilah ke tempat penampungan tunawisma atau dapur umum manapun yang bisa kau datangi. Tanyakan kepada karyawan atau sukarelawan pertama yang kau lihat, apakah dia tahu di mana kau dapat menemukan sosok yang dijuluki "Pemegang Orang Tertindas" [The Holder Of Downtrodden]

Jika sang sukarelawan nampak melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendengarkan sebelum dia merespons, maka kau telah datang ke tempat yang tepat.

Untuk memenuhi keinginanmu, Sukarelawan tersebut akan menyiratkan bahwa dia membutuhkan semacam suap sebelum dia mau membawamu ke mana kau harus pergi. Beri dia sejumlah besar uang tunai, dan berdoalah semoga uang itu sudah cukup.

Setelah menghitung uang itu secara cepat, Dia kemudian akan menuntunmu ke sebuah pintu, yang mengarah ke tangga yang menjulang tinggi. Abaikanlah struktur bangunan yang tidak masuk akal tersebut karena jika dilihat dari luar bangunan yang pendek, ketinggian tersebur memang tidak sesuai dengan bentuk bangunan.

Setelah menaiki tangga yang panjang, sang sukarelawan akan membawamu ke lantai yang luas dengan banyak kamar yang diatur secara kacau.

Kamar-kamar tersebut tidak memiliki lorong yang menghubungkannya, dan dengan demikian seseorang harus berjalan melalui berbagai ruangan untuk mencapai tujuannya. Meskipun begitu, sang sukarelawan akan sangat luwes dalam menjelajahi ruang demi ruang seakan dia paham betul pintu-pintu mana yang harus dia lewati diluar kepala.

Tugasmu, adalah mengikutinya dengan seksama agar kau tidak tertinggal dan tersesat di tempat yang akan mirip seperti labirin ini. Fokus, adalah kunci karena di setiap ruangan tempat kalian berjalan, akan dipenuhi dengan orang-orang yang telah menyerah pada keputusasaan dan kesepian. Memperhatikan orang-orang tersebut terlalu banyak, dan kau mungkin akan ditinggal begitu saja oleh sukarelawan yang memandumu.

Setelah apa yang akan terasa seperti berhari-hari, sang sukarelawan akan membawamu ke satu-satunya ruangan kosong di tempat itu, lalu memberi isyarat tanpa kata agar kau mendekati sebuah pintu di ujung ruangan.

Bersenandung dengan acuh tak acuh pada dirinya sendiri, dia akan berjalan kembali seperti dia datang, meninggalkanmu di ruangan kosong itu sendirian. Jika kau memiliki keraguan di hatimu, maka sebaiknya kau pergi, dan berharaplah sang sukarelawan belum pergi terlalu jauh karena akan sangat mustahil bagimu untuk menemukan jalan kembali seorang diri. Namun jika kau sudah mantap dalam melanjutkan perjalananmu, masukilah pintu tersebut.

Dibalik pintu, kau akan menemukan dirimu berada dalam sebuah tempat yang sangat kumuh. Ruangan yang kotor dan rusak itu, bahkan hampir tidak dapat dikenali sebagai ruang tamu apabila tidak ada yang menjelaskannya padamu. Debu, sarang laba-laba, cat mengelupas, atap berlubang dan perabotan rusak, adalah hal yang akan menghiasi pandanganmu disetiap sudut yang ada.

Di kursi yang dulunya adalah kursi santai, akan tampak sesosok pria tua yang terlihat muram. Ada semacam pemandangan yang menceritakan tentang kehidupan yang pernah dipenuhi dengan kebanggaan dan kesuksesan, tetapi di suatu tempat di sepanjang garis itu, terjadi penurunan tajam yang membawanya menjadi seperti saat ini.

Dengan nada berat yang terdengar marah, meskipun tidak meyakinkan, lelaki tua itu akan menuding dan bertanya alasan kenapa kau datang kemari.

Segera tegaskan bahwa itu bukan urusannya, dan ambillah sikap seolah-olah kau sama sekali tidak menghormati orang tua ini. Perlihatkan lah gelagat bahwa dia, bagimu, hanyalah sampah masyarakat yang tidak layak dihormati atau pun memiliki martabat.

Jika kau cukup meyakinkan, lelaki tua itu akan menyerah dan akan memilih membiarkanmu. Dia akan dengan patuh menundukkan kepalanya dan menjadi diam.

Sekarang kau harus mencari-cari di sekitar ruangan seolah-olah kau adalah sosok yang berkuasa disini. Buka setiap lemari dan laci kecil yang kau temukan. Ambil apa pun yang kau suka; selama kau mempertahankan keberadaanmu yang terlihat dominan, tidak akan ada yang berani menghentikanmu.

Setelah kau memeriksa setiap laci dan penyimpanan di ruangan itu, tanyakanlah kepada orang tua itu dan mintalah untuk mengetahui dimana benda paling berharga di ruangan itu disimpan.

Pria itu akan bergumam dan bergelagat tidak jelas selama beberapa waktu. Namun, kau harus memaksakan jawaban langsung darinya, bahkan jika kekuatan fisik diperlukan.

Jika kau berhasil, dia akan memberi tahumu bagaimana dia berakhir dalam situasinya saat ini. Itu adalah kisah tentang mimpi yang dikalahkan oleh saingan yang kejam, tentang peluang yang terlewatkan, tentang mimpi yang dihancurkan oleh birokrasi yang tidak berperasaan, tentang kesuksesan yang dihancurkan oleh masyarakat yang terperosok dalam dogmatisme.

Pria ini, akan bercerita bahwa dia pernah memiliki potensi besar dan tekad untuk mengubah dunia menjadi lebih baik tetapi, dunia yang dia coba selamatkan malah berbalik dan menghancurkannya karena upayanya terlalu mulia.

Dia juga akan menggambarkan bagaimana mereka yang memiliki kekuatan akan tidak peduli, dan mereka yang dia anggap teman dekat telah menjadi musuh atas nama ambisi. Bahkan orang-orang yang dia cintai telah berpaling karena mereka hanya peduli pada diri mereka sendiri, terlepas dari semua yang dia korbankan untuk mereka.

Jika kau merasa menyesal, barang sedikit, atas apa yang telah kau lakukan pada pria ini setelah mendengar ceritanya, maka dia hanya akan tertawa padamu dan tersenyum gila. Dia, terlepas dari semua yang telah terjadi, tidak membutuhkan rasa belas kasihan darimu. Satu Satunya hal yang akan datang dari rasa iba dan menyesal darimu, hanyalah murkanya dan kau mungkin tidak akan mampu keluar dari tempat itu hidup-hidup pasca sang kakek tua itu memilih untuk menerkamu.

Satu-satunya keselamatan bagimu, adalah kau harus mengeraskan hatimu dan tidak merasakan belas kasihan jika kau ingin tetap bebas.

Setelah cerita lelaki tua itu selesai, pegang kerah kemejanya dengan geram dan tanyakan satu pertanyaan, "Apa yang mereka peroleh dari penderitaan yang mereka timbulkan?"

Dengan wajah sedih, dia akan menjawab pertanyaanmu dengan sempurna sebelum kemudian menyentuh dadamu secara pelan. Kau mungkin akan merasakan hentakan keras di jantungmu seakan jantung itu berhenti selama beberapa detik.

Setelah selesai, si pria tua itu akan kembali tenggelam dalam depresi di kursi santai miliknya. Menghabiskan detik-detik terakhir hidupnya dalam penyesalan sebelum akhirnya ajal akan menjemput

Mengabaikan rasa sakit sesaat di dadamu, sekarang kau dapat keluar melalui pintu tempat kau masuk, yang akan memgarah langsung ke pintu depan tempat penampungan tunawisma atau dapur umum tempat kau memulai.

Kau akan merasa, di detik itu, bahwa segala macam belas kasih ataupun kepedulian terhadap orang lain, tidak peduli banyak atau sedikit di dalam dirimu, akan sepenuhnya mati bersamaan dengan orang tua itu.

Kekerasan mutlak di hatimu adalah Obyek 129 dari 538.

Kau sudah membunuh seluruh rasa kasih dan kepedulian dalam dirimu. Mulai hari ini, jalan hidupmu hanya akan mengarah pada keputusasaan dan penindasan, di mana orang yang lemah lembut dan welas asih di sepanjang jalanmu, akan menjadi orang-orang yang paling menderita.

Baca The Holders Series Lainnya

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "The Holders Series Chapter 129 : The Holder Of Downtrodden"

Post a Comment