v 411 : The Holder Of Catharsis | UNSOLVED INDONESIA

411 : The Holder Of Catharsis

From theholders.org

Translated By Admin

Di kota mana pun, di negara mana pun, pergilah ke panti jompo berstruktur tunggal mana pun yang dapat kau temukan. Ketika kau sudah ada disana, beri tahu resepsionis bahwa kau perlu menemui “Pemegang Katarsis”.

Orang itu tidak akan berkata apa-apa. Jika dia bergerak untuk menunjukkan jalannya, ikutilah; jika tidak, ambil jalan paling jauh untuk masuk ke bagian dalam gedung. Ketika sudah ada di gedung bagian dalam, cari toilet terdekat: biasanya tempat itu akan kosong, dengan satu atau lebih cermin.

Dekati cermin dan lihat bayanganmu sendiri. Lakukan kontak mata, tetapi pertahankan kesadaran akan fitur wajah dari refleksimu. Ketika, perlahan-lahan, wajah itu berubah, paksakan ekspresimu agar sama dengannya. Wajah di sisi lain kaca mungkin menunjukkan senyuman, seringai, cemberut, atau cibiran. Saat ekspresi menjadi semakin ekstrim, tirulah sebaik mungkin. Bau kematian akan mulai memenuhi ruangan, tetapi jangan batalkan kegiatan ini di tengah jalan. Jika Kau melakukannya, tidak ada jaminan kau bisa keluar dari sini dengan selamat.

Terus menatap cermin, dan kau akan menyadari di belakang cerminmu akan terus menjadi gelap. Namun, meskipun begitu, tetaplah pertahankan kontak mata. Saat ekspresi wajahnya, serta ekspresi wajahmu, segera kembali ke tatapan kosong, Kau akan tahu bahwa kau telah berhasil.

Ruangan akan berantakan dan sudah tidak sama lagi seperti pertama kau masuk. Saat Kau keluar, Kau akan menemukan koridor nampak kosong dan remang-remang.

Berdirilah di luar. Mulailah bernapas perlahan, gunakan kapasitas penuh paru-parumu sebaik mungkin. Mulailah bersenandung lembut dengan nada rendah saat kau mengeluarkan napas (senandung apapun boleh). Dengarkan suara langkah kaki yang datang, dan lihat ke arah itu.

Di kejauhan, Kau akan melihat sosok yang redup dan sementara, batas fisiknya tidak jelas, nampak menjauh darimu. Mulailah berjalan ke arah yang berlawanan. Jangan lari, tapi jangan juga menoleh ke belakang. Dalam pencahayaan redup, ujung lorong tidak akan terlihat. Lanjutkanlah bersenandung sembari berjalan.

Akan ada kamar di kedua sisi koridor. Saat Kau melanjutkan, dari pintu yang tertutup kau akan mendengar gumaman dan mungkin tangisan pelan. Lihat lurus ke depan; jangan goyah. Suara-suara pasti akan semakin keras.

Dari beberapa pintu lain yang ada, namamu akan dipanggil, dan dari pintu lain itu pula, kau akan mendengar teriakan minta tolong dalam suara orang-orang terkasih yang sudah lama meninggal. Kusarankan, abaikan saja.

 Akhirnya, pintu dan suaranya akan semakin jarang, digantikan oleh dinding kosong dan berbagai suara cakaran dan dentuman tumpul. Sekali lagi, jangan melihat ke belakang. Lanjutkanlah bersenandung.

Semakin dekat, kau akan mampu melihat bahwa pintu di ujung koridor akan terbuka sebagian. Masukilah pintu itu. Cahaya bulan akan bersinar melalui satu-satunya jendela di dalam ruangan, menyinari lingkaran kapur yang digambar di lantai kayu keras. Duduklah di dalam lingkaran, membelakangi pintu.  Tetap lanjutkan bersenandung.

Setelah beberapa lama, angin kencang dari pintu yang terbuka akan mengantarkan suara-suara yang akrab dengan warna nada yang tidak biasa dan meresahkan. Teman dan keluarga yang hidup dan mati akan meneriakkan namamu dan mencela keberadaanmu. Suara orang-orang terdekatmu akan melontarkan kritik yang sebelumnya tak terucapkan dalam cinta mereka kepadamu: kata-kata yang begitu kejam dalam kebenarannya, begitu benar dalam kekejamannya, hingga dari mendengarnya hatimu akan terasa seolah-olah tercabik-cabik. Air mata akan mengalir di wajahmu. Jangan berdiri, jangan melihat ke belakangmu, dan dengan setiap kewarasan yang tersisa, teruslah bersenandung.

Jika kau berhenti bersenandung atau meninggalkan lingkaran sebelum waktunya, mereka perlahan-lahan akan masuk ke dalam ruangan—wajah-wajah yang kau kenali namun dengan ekspresi tidak ramah, berkerut, dan melontarkan nada bermusuhan—apabila ini terjadi, bahkan lingkaran itu tidak akan bisa menyelamatkanmu.

Ketika Kau merasa kehabisan keinginan untuk hidup, semuanya akan berhenti. Kau boleh berhenti bersenandung. Berdiri, dan lihat ke belakangmu; berbaring di batas lingkaran kapur, akan ada seruling kecil yang diukir dari fibula bayi yang baru lahir. Pegang di tangan, dan ucapkan dengan lantang, "Di manakah tempat suci tersebut?" Suara tanpa wujud akan menjawab, dan segera kau akan mengetahui bahwa suara itu berbicara kebenaran.

Mainkan seruling tulang tersebut. Meskipun tampak terlalu kecil untuk menghasilkan suara yang merdu, seruling itu akan menghasilkan suara senandungmu sendiri—diikuti oleh suara detak jantung, dan aliran darah. Aroma pertama yang kau kenal akan memenuhi ruangan. Kau akan pingsan karena kelelahan tak lama kemudian,

Kau akan bangun di luar tempat yang kau datangi, dengan Objek di tangan. Kemungkinan kurang dari satu jam akan berlalu sejak kau melakukan pencarian. Memainkan Objek, akan membawa ketenangan yang intens ke dalam hatimu.

Seruling Tulang adalah Obyek 411 dari 538.

Sayang, obyek itu membawa akibat yang lain. dan inilah yang harus kau lakukan untuk menghindari akibat tersebut ;

Dalam seminggu, temukan sepetak tanah dan kubur Objeknya. Kau hanya boleh mengambilnya lagi ketika hari penyatuan tiba. Jika kau tidak melakukannya, kedamaian batinmu akan berubah menjadi gejolak gelap ; sungai yang mengalir di ruang batinmu akan menghentikan arusnya dan kegelisahan akan menghampirimu.

Memiliki obyek itu tanpa menguburnya, akan membuatmu lenyap sebagai individu. Kau akan kehilangan perasaan dari dalam dirimu sepenuhnya, dan kegilaan dijamin akan mengikuti.

Meskipun mengubur obyek akan terasa seperti membuang sebagian dari keberadaanmu sendiri, tetap lakukan karena itu adalah satu-satunya hal yang bisa membuatmu lolos dari konsekwensinya.

Baca The Holders Series Lainnya (400 – 538)

Catatan Admin : Katarsis adalah pelepasan emosi atau keluh kesah yang tersimpan di dalam batin.

 

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "411 : The Holder Of Catharsis"

Post a Comment