v Chapter 415 : The Holder Of Malice | UNSOLVED INDONESIA

Chapter 415 : The Holder Of Malice

From theholders.org

Translated By Admin

415 : the holder of malice

Di kota mana pun, di negara mana pun, pergilah ke rumah sakit jiwa atau rumah rehabilitasi mana pun yang bisa kau datangi sendiri. Saat kau sampai di meja depan, mintalah untuk mengunjungi seseorang yang menyebut dirinya "The Holder of Malice".

Resepsionis tidak akan melihatmu, tetapi akan mulai sedikit kejang. Saat ludah meluncur dari mulutnya ke atas meja, dia akan menjawab dengan nada marah tetapi berbisik, "Kapan kau akan selesai?"

Jika kau tidak segera membalas dengan "Ketika aku telah mengetahui ketenangan." dengan nada tenang dan metodis, lanjutkan dan pikirkan orang yang paling kau cintai, karena itu akan menjadi pemikiran terakhirmu sebelum meninggal.

Jika resepsionis tampaknya senang dengan jawabanmu, dia akan dengan tenang berdiri dari kursinya, masih menolak untuk melihatmu dan terus-menerus meneteskan air liur yang sekarang tampak seperti cairan kental dengan warna paling gelap.

Dia kemudian akan menunjuk ke lorong kiri dan memintamu untuk pergi. Jangan dengarkan dia. Lihatlah ke kanan dan kau akan melihat lorong bobrok dengan jendela pecah berjajar di jalan menuju kehampaan hitam. Itulah lorong yang harus kau lewati.

Di sinilah kau akan mulai merasakan ketidaknyamanan. Saat kau berjalan menyusuri lorong menuju tempat sang Holder, kau akan mendengar bisikan yang datang dari pintu-pintu yang berjejer. Orang-orang dibalik pintu akan menceritakan kisah-kisah kesalahan mengerikan, yang dilakukan kepada orang-orang di seluruh dunia. Mereka akan memberi tahumu semua alasan mengapa dunia ini rusak, dan mengapa kau menjadi bagian darinya. JANGAN DENGARKAN MEREKA. Tidak peduli seberapa meyakinkan mereka, teruslah berjalan tanpa menunjukkan emosi. Jika kau menyerah pada kemarahan di dalam dirimu, tubuh dan pikiranmu akan mengalami semua kengerian yang diucapkan oleh suara-suara itu.

Akhirnya, setelah sekian lama berjalan, kau akan mencapai ujung lorong. Didepanmu, adalah pintu lain dengan kualitas dan kerusakan yang sama seperti lorong yang baru saja kau lewati. Begitu kau menyentuh pintu, suara-suara yang menghantuimu daritadi akan menjadi jeritan kemarahan. Kebencian mereka mungkin mulai merasuki jiwamu, dan jika itu terjadi, kau akan segera mengeluarkan isi perutmu sendiri (karena marah dan frustasi). Namun, jika sebelumnya kau bisa membuka pintu dengan mudah, segera masuk dan tutup di belakangmu.

Lihatlah sekeliling ruangan, dan kau akan melihat dinding beton, diwarnai dengan warna merah yang bisa diasumsikan sebagai darah. Lantainya ditutupi pecahan kaca dengan panjang yang berbeda-beda, semuanya bergerigi dan tertutup debu dan kotoran. Ruangan itu kecil, dan hanya diterangi oleh bola lampu kosong yang tergantung di langit-langit di tengah ruangan. Cahaya tidak mencapai sebagian besar sudut ruangan, tetapi terlihat di sudut kiri belakang adalah seorang pria, yang tidak mengenakan apa-apa.

Kondisinya yang telanjang akan memberimu informasi tentang banyak bekas luka di tubuhnya, dengan beberapa darah yang lukanya masih segar dan menetes. Dia akan melihatmu dengan wajah bengkok karena marah, matanya melotot dan tidak berkedip karena kelopak matanya yang sudah sobek.

Dia akan meludah ke arahmu dan mengutuk namanu. Dia akan menjelaskan semua cara penyiksaan yang berbeda yang akan dia lakukan padamu. Dia akan berteriak dan ketika dia melakukannya, hal tersebut membuat suara-suara yang tadi kau dengar kembali dengan kekuatan dan hiruk pikuk yang lebih jahat dan keji.

Mereka akan menggambarkan semua kejatuhan hidupmu. Mereka akan berteriak padamu, mempertanyakan dengan nada lirih mengapa kau mengecewakan orang yang kau cintai.

Apabila kau melihat ke lantai, kau kembali melihat kaca, yang kini secara tidak sadar sudah kau injak-injak dengan kakimu. Darah akan menetes dan rasa sakitnya akan semakin terasa nyata.

Yang bisa kau lakukan sekarang hanyalah merasakan sakitnya kaca yang meresap ke dalam dagingmu, pikiranmu yang bimbang atas apakah ini hal yang baik atau buruk, tidak akan mampu membuatmu mengambil keputusan dengan cepat.

Di satu sisi, rasa sakit ini tidak tertahankan, namun disisi lain, nampaknya mati dialam kondisi ini akan lebih baik dibanding harus mendengarkan ocehan suara-suara yang menghakimimu.

Tentu, suara-suara itu akan berhenti, pada akhirnya. Meski tidak tau kapan, namun apabila kau berhasil menahan perasaan bunuh diri setelah semua sunyi. kau boleh mendongak ke atas dan tampak pria yang tadi telanjang, sekarang sudah sembuh total.

Dia akan berjalan ke arahmu dan menawarkan tangannya untuk membantumu lepas dari jebakan kaca ini. Setelah dia membantumu lepas, sekarang, giliranmu lah yang akan merasakan kemarahan terhadap orang ini. Kau tidak tau kemarahan itu datang darimana, namun, yang kau tau hanyalah kau ingin melukai orang ini.

Saranku, JANGAN BUNUH ORANG INI. Alih-alih, katakan "Terima kasih telah menunjukkanku ketenangan." dan jabatlah tangannya.

Setelah kau melepaskan jabat tangan singkat itu, dunia akan menjadi hitam dan kau akan kehilangan kesadaran. Begitu kau bangun, kau akan melihat dirimu berasa di rumah sakit jiwa, memegangi batu putih kecil.

Batu ini adalah objek #415 dari 538.

Batu ini akan memadamkan segala pikiran buruk orang lain terhadapmu dalam radius 15 kaki, tetapi hanya jika kau sendiri memiliki pikiran positif dan tubuh yang sehat.Dengan benda ini, kau bisa membantu orang lain memadamkan 'iblis' yang ada di hati mereka.

Baca The Holders Series Lainnya (400 – 538)

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "Chapter 415 : The Holder Of Malice"

Post a Comment