v Keeping Us Better Epilogue I : Scriptures | UNSOLVED INDONESIA

Keeping Us Better Epilogue I : Scriptures

Ini adalah epilogue yang telat ditranslate, dari serial Keeping Us Better

Keeping Us Better Epilogue I : Scriptures

Translated By Admin

Mark Tene berubah.

Sudah sekian lama dia hidup tanpa waktu. Dia kini hidup hanya dengan cahaya lilin di kegelapan perpustakaan. Buku demi buku, dia belajar lebih banyak, tetapi dia tidak pernah puas.

Setiap bagian perpustakaan sepertinya menyimpan informasi yang berbeda. Ada bagian tentang The Holders, bagian tentang Objects, dan anehnya, ada bagian tentang The Seekers. Catatan, akun pribadi, biografi, pencapaian, dan bahkan semua ide nampak dicatatkan ke dalam buku.

Membaca setiap buku dengan hati-hati di bawah cahaya lilin pada awalnya sulit, tetapi setelah hari-hari berlalu, Mark mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Matanya menyesuaikan diri dengan kegelapan yang tak kenal ampun, dan telinganya kemudian bersahabat dengan kesunyian.

Tetapi penyesuaian lain tidak begitu alami. Rasa lapar yang dia rasakan di hari-hari pertama menghilang, begitu pula fungsi tubuhnya yang lain. Dia tidak perlu lagi pergi ke kamar mandi, atau bercukur. Semua itu berhenti. Buku-buku di rak yang berada di luar jangkauannya, kini benar-benar bisa dia ambil dengan mudah. Dia tidak menemukan kesulitan mengambil barang-barang yang hampir tidak bisa dia dapatkan sebelumnya dengan kursi. Dia tidak lagi mengenakan pakaiannya, tetapi kadang-kadang mengenakan jubah yang dia temukan, hanya untuk tidak merasa telanjang. Atau mungkin karena dia tidak lagi senang melihat dirinya sendiri.

Fisiknya berubah.

Meskipun dia tidak pernah yakin, Mark tidak berpikir dia sendirian. Sesuatu menghantui tempat ini, dan sesuatu itu ada di mana-mana, jadi tentu saja, itu juga berlaku di dalam perpustakaan. Meskipun Mark suka percaya sebaliknya, dia kadang-kadang melihat ke dalam bagian gelap tempat ini dan merasakan mata sesuatu yang lain memandangnya. Atau dia kadang-kadang melihat sekilas sesuatu yang lebih gelap dalam kegelapan. Itu membuatnya berpikir tentang makhluk yang keluar dari portal sebelumnya. Makhluk yang tanpa ragu membunuh semua orang yang bekerja di gedung saat portal dibuka kembali. Apa itu sebenarnya? Itu jelas bukan Holder.

Tapi, karena Mark bisa melakukan pekerjaannya disini, dia tidak terlalu memikirkan hal lain lagi. Sebaliknya, dia akan mencoba membaca sebanyak mungkin.

Dia membaca setiap buku hanya sekali, dan tidak pernah meraihnya lagi. Seolah-olah dia memiliki ingatan fotografis sekarang, karena setiap buku yang dia baca masih segar dalam ingatannya seolah-olah dia baru saja membacanya. Dia akan dengan hati-hati membaca masing-masing, dan kemudian setelah selesai, dia akan meletakkannya kembali ke rak. Setiap kata dari buku itu sudah terukir di benaknya. Kemudian dia akan pergi ke rak berlawanan untuk mencari buku lain. Dia akan selalu mengembalikan bukunya ketika dia selesai.

Kecuali satu yang dia simpan sendiri setiap saat. The Book Of Legion, adalah buku yang dia temukan ketika buku itu berbisik kepadanya. Ketika berada di sini, meskipun Mark tidak dapat menjelaskan alasannya, dia dapat menguraikan kata-kata dan frasa yang tertulis di dalam buku itu secara mudah. Itu adalah bahasa yang asing, namun dapat dimengerti oleh otak Mark.

Itu adalah satu-satunya buku yang akan dia baca ulang, dan dia akan melakukannya cukup sering. Buku itu semacam buku harian, tetapi pengetahuan yang sebenarnya datang ketika dia menyadari siapa yang menulisnya. Yang hanya membuat Mark semakin bingung. Jika dia itu yang menulisnya, lalu bagaimana buku ini bisa ada seperti sekarang ini? Mengapa buku ini ditulis? Jawaban untuk ini haruslah ada di perpustakaan ini, Mark berpikir. Itulah kenapa, hasrat Mark untuk membaca seluruh pengetahuan di tempat ini sangatlah tidak terbendung.

Meskipun, Mark juga belum sepenuhnya melupakan kehidupan yang pernah dia jalani. Semua masih dia ingat, terutama Rockwell.

Jika dia yakin akan sesuatu, Mark tahu bahwa Rockwell telah lolos dari tempat ini. Mungkin portal untuk menuju kesini juga sudah Rockwell segel, untuk mencegah Mark pergi. Ini tidak seperti Mark mencoba secara putus asa untuk pergi, tidak, Mark masih ingin berada disini.

Tentu bahkan setelah semua, Mark masih menganggap Rockwell sebagai rekan. Dan satu hal, benar-benar menganggunya. Tempat ini memiliki informasi tentang Seeker, Holder dan Obyek. Semua dirinci dalam buku-buku yang berjejer dan bertumpuk memenuhi rak yang ada. Sayang, satu hal yang pasti, adalah bahwa nama Rockwell tidak ada di dalam ketiga kategori tersebut.

Jika diingat, Rockwell tampaknya benar-benar memiliki pengetahuan akan hal-hal ini, namun dia bukanlah Seeker, Holder, ataupun Obyek. Ini membingungkan bagi Mark. Tapi itu tidak menghentikan penelitiannya.

Selama Mark berada di perpustakaan, dia tau bahwa Rockwell pasti telah menimbun kekuatan yang tak terhitung, dengan menguasai hampir semua Objek. Walau cara yang digunakan terkesan seperti cheat atau curang.

Semua itu dilakukan dalam waktu yang terlalu singkat.

Mark merenung bahwa Rockwell hanya bisa mengejar satu hal lagi sekarang, dia ingin menyatukan mereka semua. Dia ingin mengetahui apa yang akan terjadi jika semua obyek bersatu. Dan Mark yakin, tidak ada yang bisa menghentikannya.

Mark mengernyit. Otot-ototnya sakit saat mereka berubah di bawah jubahnya. Dia kadang-kadang bisa merasakan tulang-tulangnya bertransformasi, dan meskipun dia tidak peduli, dia berharap bahwa rasa sakitnya bisa lebih penuh ampunan. Rasa sakit yang terlalu intens akan mengganggu kemnyamanannya dalam membaca. Tapi kemudian sesuatu yang aneh terjadi, meskipun Mark awalnya khawatir, dia segera menemukan dirinya mampu melanjutkan tanpa masalah. Dia hanya mematikan lilin, dan bekerja dalam kegelapan.

Dia hanya harus belajar membaca tanpa cahaya.

Baca Cerita  dari The Holders Lainnya

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "Keeping Us Better Epilogue I : Scriptures"

Post a Comment