v Chapter 89 : The Holder Of The Heart | UNSOLVED INDONESIA

Chapter 89 : The Holder Of The Heart

From theholders.org

Translated by Admin

Di kota manapun, di negara manapun, pergilah ke institusi mental atau rumah rehabilitasi yang bisa kau kunjungi. Bawalah seperangkat alat lukis (cat dan kuas) dalam perjalananmu kali ini. Saat kau mencapai meja depan, mintalah untuk mengunjungi seseorang yang memanggil dirinya “Sang Penjaga Hati” [The Holder Of The Heart].

Jika ekspresi tidak tertarik muncul di wajah si pegawai, bersikeraslah dan tanya padanya sekali lagi, namun dengan nada yang lebih tegas. Sementara jangan biarkan nada itu memudar dari suaramu. Mereka tahu kau di sini, dan mereka tidak akan ragu untuk membunuhmu di tempat.

Begitu ia menyerah dan bangkit dari mejanya, ikutilah pegawai itu sampai di pintu masuk sebuah koridor. Koridor itu akan terlihat sangat ganjil, dan sebelum memasuki koridor itu, sang pegawai akan berhenti.

Ia akan memberimu sebuah topeng yang setengah bagiannya berisi simbol aneh dan setengahnya lagi berwarna hitam. Ada baiknya topeng itu dipakai sebelum masuk melewati koridor tersebut, karena kau tidak ingin mereka melihat wajahmu; mereka mampu membedakanmu dari keramaian dengan sangat baik. Si pegawai akan berdiri di sana, namun hal itu tidak akan membantumu.

Berjalanlah di sepanjang koridor dengan mengenakan topeng itu. Begitu kau sampai di ujung koridor, kau akan tiba di depan sebuah pintu kayu ala zaman petani, raja-raja, dan ksatria.

Ketuk dua kali pintu tersebut, dan katakan ini dengan benar: “Aku ingin bertamu, aku tidak bermaksud mengacau.” Jika kau mengatakan hal lain, pintu itu akan meledak, hancur berkeping-keping, dan pencarianmu akan mustahil untuk dilanjutkan.

Tetapi, jika kau mengatakan hal yang tepat, pintu itu akan terbuka perlahan, dan kau akan didorong masuk oleh semacam kekuatan asing. Tidak perlu menoleh ke belakang, karena tidak ada siapapun di sana. Maksudnya, belum.

Dibalik pintu, kau akan tiba di sebuah jalan besar di tengah hutan, dan pintu yang kau lewati tadi akan lenyap dari pandangan, tanpa menyisakan apapun selain tumpukan abu. Jauh diujung jalan tersebut: kau akan melihat sebuah kastil besar.

Berjalanlah menyusuri jalan tersebut untuk mencapai kastil yang dimaksudkan. Tidurlah dimanapun tubuhmu jatuh, dan tetaplah mengenakan topengnya sepanjang waktu. Benda itu adalah satu-satunya yang melindungimu saat ini. Perjalananmu akan terasa seperti berhari-bari bahkan berminggu-minggu sebelum kau mencapai Kastil; teruslah berjalan sampai kau mencapai sebuah pintu besi. Saat kau sudah sampai di depan pintunya, Ketuk dua kali, dan katakan, “Aku datang untuk Hatiku.”

Akan ada sebuah papan geser di pintunya, dan benda itu akan terbuka, memperlihatkan mata terang keemasan yang akan mengintip. Tanyakan hanya hal ini padanya: “Apa kau memiliki sesuatu yang kucari?”

Menanyakan hal lain, maka pintu tersebut tidak akan terbuka, dan kau akan ditinggalkan di luar. Jika kau mencoba kembali ke arah kau masuk, kastil itu akan menghilang dan kau mungkin akan ingat bahwa pintu yang kau gunakan kesini sudah lenyap.

Jika pintu kastil itu terbuka dan kau diperbolehkan masuk, masuklah. Dengan seketika pintu besi tersebut akan tertutup saat kau sudah sepenuhnya di dalam. Sang pemilik mata keemasan yang menyambutmu tadi tidak akan terlihat dimanapun. Itu lebih baik bagimu.

Dibalik pintu besi kastil, kau akan menemukan dirimu berada di sebuh lorong. Di sini, di Lorong, semuanya aman, jadi kau bebas melepas topengmu dan melihat ke sekeliling. Di sisi kiri Lorong, akan terdapat lukisan-lukisan yang menceritakan tentang kejadian-kejadian aneh serta pertikaian-pertikaian diluar nalar. Di lukisan paling ujung, kau akan melihat lukisan dari dirimu sendiri, namun di lukisan itu kau kehilangan wajahmu, dan di belakang sosokmu itu, akan ada sekawanan makhluk yang wujudnya tak dapat dijelaskan.

Di sisi kanan lorong, juga akan memperlihatkan lukisan-lukisan yang tidak kalah menyeramkan. Namun berbeda dengan di sisi kiri, seluruh lukisan di sisi kanan sudah dirobek dan dicoret-coret. Di sisi kanan, Lukisan paling ujung adalah sebuah kanvas yang berwarna merah. Seakan seseorang barusaja mengguyur seember darah kepada kanvas itu.

Kenakan topengmu kembali dan lihatlah kanvas itu menggunakan lubang mata topeng. Jika kau melihat kanvas itu berubah warna menjadi hitam, maka larilah dari tempat itu, pergilah sejauh yang kau bisa dan bersembunyilah dimana saja. Kanvas itu melihat sisi busuk dari dirimu dan menginginkannya. Jika kau tidak bisa keluar dari tempat itu, maka tak apa. Carilah tempat yang paling aman untuk mengakhiri hidupmu sebelum sesuatu yang ada di dalam kanvas itu keluar dan menemukanmu.

Disisi lain, jika kanvas itu berwarna putih, maka keluarkanlah alat lukis yang kau bawa dan mulailah melukis disitu. Lukislah sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu itu boleh berupa kenangan-kenangan manis, atau sosok yang paling kau cintai. Jika gambarmu jelek, itu tak apa. Karena yang penting adalah keinginan untuk menuangkan segenap perasaan kedalam kreasimu.

Saat selesai, lihatlah kembali lukisanmu, namun dengan melepas topeng yang kau kenakan. Jangan terkejut atas apa yang kau lihat. Lukisan yang kau kira indah tadi, akan memperlihatkan bentuk aslinya. Sebuah lukisan buruk yang memperlihatkan kekerasan, tragedi gila dan berdarah.

Kau mungkin akan terguncang. Mencoba mengingat apa benar kau tadi melukis hal seperti ini? Kukatakan padamu, bahwa itu adalah 100 persen karyamu. Tidak ada campur tangan kekuatan lain dari hal yang kau curahkan di kanvas.

Kau mungkin akan menjadi gila hanya dari melihat lukisan buatanmu sendiri itu. Jika itu yang terjadi. Maka kau akan mendapat keinginan untuk menghancurkan lukisan itu ditempat dan mencabik-cabiknya seperti lukisan di dinding kanan yang lain. Jika itu yang kau lakukan, maka riwayatmu sudah tamat. Disetiap kerusakan yang terjadi atas lukisan itu, semuanya akan berbalik kepada sang pembuat dengan kerusakan 100 kali lipat. Tubuhmu akan hancur berkeping-keping, seperti para pencari (Seekers) pendahulumu.

Namun Jika kau masih bisa mengendalikan diri, cabutlah lukisan itu dari temboknya. Jangan membenci lukisan itu, karena disetiap garis dan titik, tercurahkan ide dan gagasan yang berasal dari lubuk hatimu.

Dibalik tembok tersebut, akan muncul sebuah lubang yang harus kau masuki. Lubang itu akan menuntunmu kedalam sebuah ruangan. Ruangan tersebut ditinggali oleh sesosok perempuan berwajah pucat yang tengah menulis. Dia akan terlihat duduk tanpa suara sembari mencurahkan setiap tulisannya menggunakan pena bulu ke sebuah kertas. Tinta yang dia gunakan adalah tinta berwarna merah darah. Apa yang dia tulis, sepenuhnya diluar pemahamanmu.

Tunggulah dan jangan bersuara. Dia akan berhenti saat tintanya habis. Tunggulah, tidak peduli berapa lamanya. Jangan diinterupsi ditengah kegiatannya, karena dia akan murka dan kemurkaannya itu, akan sepenuhnya dilumpahkan kepadamu. Kau tidak ingin hal itu terjadi.

Saat ia selesai menulis dan semua tintanya sudah habis, kau boleh bertanya satu hal, “Mengapa orang-orang yang bersih menderita lebih dahulu?”

Ia akan bangkit, menatap lurus padamu. Lalu ia akan menjelaskan padamu, secara rinci, tentang tragedi-tragedi serta kematian-kematian dari orang yang kau kenal, orang yang tidak kau kenal, dan orang yang kau harap tidak kau kenal. Ketika ia berhenti, ia akan melangkah mundur dan bertanya; apakah gerangan dirimu.

Jika kau salah memahami pertanyaannya dan menjawab dengan tidak tepat, kau akan berharap iblis-iblis di luar akan menyentuhmu duluan. Jawaban dari pertanyaannya itu berada di sebuah lukisan yang kau lukis tadi. Karena lukisan itu datang dari jiwamu yang terdalam. Setiap makna akan tergambar secara tersirat, Tentang siapa dirimu. Kau seharusnya paham, karena kau yang melukisnya. Jika kau tidak paham.. Yah.. mati saja.

Jika kau menjawab dengan benar. Maka sang wanita itu akan tersenyum dan memperlihatkan wujud aslinya kepadamu.

Transformasinya akan sangat mengerikan, kulitnya meleleh dan matanya akan meluruh dengan selaput yang masih menggantung pada bola matanya, sebelum akhirnya terputus dengan sendirinya; seluruh rambutnya akan rontok, dan lidahnya akan tercabut dengan paksa.

Kulitnya, yang tersisa, kini terlihat berwarna hitam pekat dan rongga matanya menyinarkan cahaya kuning keemasan, dan ukuran badannya akan membuat bahkan iblis terbesar sekalipun gemetar. Meskipun begitu, janganlah menggigil ketakutan melihat wujud aslinya; karena ia hanya akan menyerang seorang pengecut.

Dengan keangkuhan dalam suaramu, serukan kembali jawabanmu. Ia akan tertawa gila sebelum ukurannya akan mengembang lebih besar dibanding ruangan yang kau masuki. Saat langit-langit diatasmu mulai tersundul runtuh. Seberkas cahaya terang akan measuk ke dalam dan menyinarinya, dan Sang Penjaga akan meleleh menjadi genangan cairan hitam kecil.

Satu-satunya hal yang tersisa darinya adalah sebuah gantungan kunci, dengan hati merah berkilau menguntai di salah satu ujungnya. Di depanmu akan muncul sebuah pintu putih yang tak terkunci. Dengan cepat ambillah rantai kunci tadi dan keluarlah melewati pintu dengan mata terpejam, serapat mungkin.

Dalam satu menit ke depan, kau akan merasakan sensasi terjatuh. Jangan membuka matamu, karena kau tidak ingin tahu kau sedang terjatuh dimana, dan membuka mata akan membuatmu terjebak di sana untuk selamanya.

Saat kau jatuh tertelungkup di atas sesuatu yang terasa seperti beton, dan kau merasakan hangat di badanmu, kau boleh membuka mata. Sekarang kau berada di luar institusi atau rumah rehabilitasi, persis dimana kau mulai masuk, beberapa saat lalu. Topeng yang tadi kau kenakan akan menyusut, terbakar menjadi abu oleh api hitam, ditiup menjauh oleh angin.

Gantungan kunci itu adalah objek ke-89 dari 538.

“Konon katanya. Gantungan Kunci ini memiliki pasangan, yang dijaga oleh Holder yang lain. Tugasmu adalah menemukan gantungan kunci yang lain dan menyatukannya.”

Baca The Holders Series Lainnya

Catatan Admin : Pasangan yang dimaksud adalah obyek milik The Holder Of Present. Admin gak tau kalau kemungkinan bakal ada obyek yang ke 3 atau seterusnya. Well.. Mungkin kita akan tau bersama di chapter-chapter kedepannya.

Tag: Cerita Horor, The Holders Series Bahasa Indonesia, Creepypasta.

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "Chapter 89 : The Holder Of The Heart"

Post a Comment