v Murder Story : Kasus Pembunuhan Tidak Manusiawi Black Dahlia | UNSOLVED INDONESIA

Murder Story : Kasus Pembunuhan Tidak Manusiawi Black Dahlia

Elizabeth Short, alias "Black Dahlia," baru berusia 22 tahun ketika dia dibunuh secara brutal di Los Angeles pada 15 Januari 1947. Kematiannya yang tidak wajar, membuat kasus ini menjadi salah satu kasus pembunuhan paling legendaris sepanjang masa.

Dalam beberapa dekade sejak pembunuhan Black Dahlia, polisi, pers, dan detektif amatir, berulangkali menggali dan menganalisis informasi yang kemungkinan dapat memberikan petunjuk lebih dalam atas kematian tersebut.

Meskipun kita mungkin tidak pernah tahu siapa yang membunuh Black Dahlia, membahas kasus ini di masa sekarang masih memiliki sensasi yang sama apabila dibanding dengan membaca koran terbitan Januari 1947. Menegaskan kalau kasus ini memang sangat sulit untuk dilupakan.

Siapa itu Black Dahlia?

Elizabeth Short, atau lebih dikenal sebagai "Black Dahlia", lahir pada tanggal 29 Juli 1924, di Boston. Dia merupakan sosok ‘Aktris America’ setelah dia dibunuh secara brutal di umurnya yang ke 22 tahun.

Short menghabiskan masa kecilnya di Medford dan Florida sebelum pindah ke California, tempat ayahnya tinggal. Secara umum diyakini bahwa Short adalah seorang yang bercita-cita tinggi, meskipun dia belum pernah membitangi film ataupun acara Besar selama berkarir di Los Angeles.

Ironisnya, nama populernya “Black Dahlia” Baru akan dia dapat pasca kematiannya. Nama aliasnya itu diberikan oleh para “penggemarnya” yang menamainya berdasarkan pada sebuah film misteri pembunuhan noir, The Blue Dahlia, yang dirilis pada April 1946.

Sangat sedikit sejarah yang ditulis oleh Elizabeth Short pada masa dia hidup. Namun kematiannya meninggalkan begitu banyak misteri yang malah menjadikan dirinya sangat populer. Lebih dari itu, entah kenapa, nama marga Short sangat pilu jika dihubungkan dengan umurnya yang sangat pendek.

Kematian Black Dahlia

Pada 15 Januari 1947, mayat Elizabeth Short ditemukan di kawasan Leimert Park, Los Angeles. Orang pertama yang melaporkan pemandangan mengerikan itu adalah seorang ibu yang keluar jalan-jalan pagi dengan anaknya.

Menurut wanita itu, cara tubuh Short berpose membuatnya berpikir bahwa mayat itu pada awalnya adalah manekin. Tapi tatkala dilihat lebih dekat, mengungkapkan kengerian sebenarnya dari TKP.

Tubuh itu ditemukan telah terbelah dua di pinggang dan benar-benar kehabisan darah. Beberapa organnya – seperti ususnya – telah dikeluarkan dan ditempatkan dengan rapi di bawah pantatnya.

Potongan daging telah dipotong dari paha dan payudaranya. Dan perutnya penuh dengan kotoran, membuat beberapa orang percaya bahwa dia telah dipaksa untuk memakan kotoran manusia sebelum dia dibunuh (diyakini itu adalah kotorannya sendiri)

Namun, mutilasi yang paling mengerikan adalah luka robek di wajahnya. Pembunuhnya telah mengiris setiap sisi wajahnya dari sudut mulutnya ke telinganya, menciptakan apa yang dikenal sebagai "Glasgow Smile"

Terlalu sedikit darah yang ditemukan, membuat detektif Departemen Kepolisian Los Angeles menyimpulkan bahwa dia pasti dibunuh di tempat lain sebelum dibuang di Leimert Park.

Di dekat tubuhnya, detektif menemukan jejak tumit dan karung semen dengan bekas darah yang mungkin digunakan untuk mengangkut tubuhnya ke tanah kosong tersebut.

(Tubuh Elizabeth Short pasca ditemukan oleh polisi di TKP)

Penyelidikan Polisi

Dalam penyelidikan, Lost Angeles Police Departemen (LAPD) menghubungi FBI untuk membantu mengidentifikasi tubuh dengan mencari database sidik jari yang tertinggal.

Sidik jari Short muncul agak cepat dalam pencarian digital karena dia terbukti sempat melamar pekerjaan sebagai juru tulis di komisaris Camp Cooke Angkatan Darat AS di California pada tahun 1943. Dalam database tersebut, Elizabeth Short memiliki beberapa catatan pelanggaran kecil. Salah satunya adalah karena terpergok minum di bawah umur (7 bulan setelah dia melamar sebagai juru tulis di Angkatan darat). FBI kemudian merilis Foto Short kepada pers, foto tersebut diambil dari database tersebut..

Sementara itu, ibu Elizabeth Short, Phoebe Short, tidak mengetahui kematian putrinya sampai wartawan dari The Los Angeles Examiner meneleponnya dengan berpura-pura bahwa Elizabeth telah memenangkan kontes kecantikan.

Para wartawan  itu sempat menanya-nanyai ibunya tentang berbagai macam detail tentang Elizabeth sebelum pada akhirnya mengungkapkan kebenaran yang mengerikan. Bahwa Putrinya telah dibunuh, dan mayatnya telah dipotong-potong dengan cara yang tidak manusiawi.

(Memang wartawan Biadab)

Pemberitaan Laknat Oleh Pers

Elizabeth Short memang bukanlah sosok artis ternama kala itu, dan kematiannya ibarat sebuah “ladang berita” oleh para media. Karena sulitnya memberitakan pencapaian Elizabeth Short (secara tekhnis, Elizabeth Short memang belum memiliki pencapaian apapun dalam karirnya), para media memilih mengeksplorasi informasi yang kurang pantas dari Elizabeth.

Orang-orang mulai mencapnya sebagai seorang ‘Perempuan Murahan’. Sebuah berita bahkan berbunyi., “Korban ini mengenal setidaknya lima puluh pria pada saat kematiannya dan setidaknya dua puluh lima pria telah terlihat bersamanya dalam enam puluh hari sebelum kematiannya… Dia dikenal sebagai penggoda pria.”

Sejak pemberitaan beruntun itu, istilah The Black Dahlia sering muncul. Hal ini dikarenakan beberapa foto dan perbincangan orang yang sering melihat Elizabeth Short sering mengenakan pakaian hitam tipis tatkala masih hidup.

Nama itu adalah referensi ke film The Blue Dahlia, yang keluar pada tahun-tahun yang sama. Beberapa orang menyebarkan desas-desus palsu bahwa Short adalah seorang pelacur, sementara yang lain tanpa dasar mengklaim bahwa Elizabeth suka menggoda pria karena dia adalah seorang lesbian.

Menambah ‘bumbu’ dalam cerita-cerita pasca kematiannya, Short bahkan dicap sebagai aktris Hollywood pasca kematiannya (karena saking terkenalnya cerita tentang Black Dahlia)—meskipun menurut admin, menobatkan seorang sebagai aktris pasca kematiannya, adalah hal yang keterlaluan..

Meskipun begitu, seterkenal apapun kasusnya, pihak berwenang nyatanya mengalami kesulitan besar untuk mencari tahu siapa dalang di balik pembunuhan ini.

Terlebih lagi, tip tentang kasus ini terkadang langsung diberikan kepada media-media tanpa melewati kepolisian terlebih dahlu. Hal tersebut mempersulit polisi untuk menghalau setiap pemberitaan hiperbolis yang datang karena kasus The Black Dahlia.

Petunjuk yang didapat langsung oleh polisi tidak datang sampai tanggal 21 Januari. Satu minggu pasca mayat ditemukan.

Sebuah Pengakuan dari sang Pembunuh

Pada tanggal 21 Januari, Penyidik menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai pembunuhnya. Orang itu mengatakan bahwa dia akan mengirimkan barang-barang milik Short melalui pos sebagai bukti klaimnya.

Tak lama kemudian pada tanggal 24, Penyidik menerima paket dengan akte kelahiran Elizabeth Short, foto, kartu nama, dan Adress Book dengan nama Mark Hansen di sampulnya. (Adress Book adalah sebuah buku catatan kecil yang biasanya digunakan untuk mencatat nomor telfon. Zaman dahulu belum ada smartphone)

Juga disertakan dalam paket tersebut, sebuah surat. Surat itu berbunyi: "Los Angeles Examiner dan surat kabar Los Angeles lainnya. Aku adalah sang pembunuh."

Semua barang-barang ini telah dicek, dan tidak ditemukan adanya sidik jari apapun. Kecuali di amplop, namun sidik jari tersebut rusak dan tidak sempurna, membuatnya tidak bisa dianalisa.

Pada tanggal 26 Januari, surat lain datang.  Kali ini, orang tersebut menuliskan dalam suratnya “Aku sudah memutuskan, Rabu 29 Januari, pukul 10 pagi, aku akan menyerahkan diri. Tertanda - Pembunuh Black Dahlia.” Dalam surat tersebut, terlampir lokasi penjemputan sang pelaku, namun tatkala ditunggu di lokasi tersebut, sang pengirim surat tidak menampakkan diri.

Pasca kejadian itu, sebuah surat lain muncul, surat itu berbunyi "Aku berubah pikiran, setelah kupikir matang, wanita itu pantas mati. Aku tidak jadi menyerahkan diri.” Lagi-lagi surat-surat ini dicek, sidik jari apapun masih tidak dapat ditemukan.

Rangkaian surat tersebut nampaknya menyakiti harga diri kepolisian Los Angeles. Hal tersebut membuat penyelidikan ini pun diperluas.

Pada satu titik, LAPD bahkan sempat memiliki 750 penyelidik dalam kasus tersebut, mewawancarai lebih dari 150 tersangka potensial, dan mendapatkan pengakuan dari kurang lebih 160 orang yang mengklaim  mereka adalah yang bertanggung jawab atas pembunuhan Black Dahlia.

Sayangnya, segala hal tersebut gagal untuk mendatangkan orang yang bertanggung jawab secara benar karena terkendala kurangnya bukti.

Pada akhirnya, kasus panas ini pun menjadi dingin, banyak orang yang berasumsi bahwa pembunuhan Black Dahlia adalah akibat dari kencan yang salah, atau bahwa Short bertemu dengan orang asing yang jahat larut malam saat berjalan sendirian.

In a way, penyelidikan kasus ini pun kemudian ditunda sampai bukti yang baru, dapat didatangkan.

The (Terduga) Suspect

Setelah lebih dari 70 tahun, Penyelidikan kasus pembunuhan Black Dahlia sebenarnya tetap terbuka. Hal ini didasari dari keyakinan bahwa suatu hari nanti, akan ada bukti baru yang dapat setidaknya memberikan nama dari sang pelaku.

Dalam masa penantian yang panjang itu, beberapa teori yang menarik sempat bermunculan untuk menjelaskan kemungkinan tentang identitas pelaku.

Pria yang Mengira Ayahnya Membunuh Elizabeth Short

Tak lama setelah kematian ayahnya pada tahun 1999, detektif LAPD yang sekarang sudah pensiun, Steve Hodel, sedang memeriksa barang-barang milik ayahnya ketika dia melihat dua foto seorang wanita yang sangat mirip dengan Elizabeth Short.

Setelah menemukan gambar-gambar yang janggal ini, Hodel mulai menggunakan keterampilan yang diperolehnya sebagai polisi untuk menyelidiki almarhum ayahnya sendiri.

Hodel memeriksa arsip surat kabar dan wawancara saksi dari kasus tersebut, dan bahkan mengajukan Freedom of Information Act untuk mendapatkan file FBI tentang pembunuhan Black Dahlia.

Dia juga membayar seorang ahli tulisan tangan yang membandingkan contoh tulisan ayahnya dengan tulisan di beberapa catatan yang dikirim ke pers dari tersangka pembunuh.

Analisis menemukan kemungkinan kuat bahwa tulisan tangan ayahnya cocok. Meskipun hasilnya, tidak konklusif atau masih bisa diperdebatkan.

Inilah yang membuat teori ini mengerikan, foto-foto TKP Black Dahlia menunjukkan bahwa tubuh Short telah dipotong dengan cara yang konsisten dengan hemicorporectomy, atau sebuah prosedur medis untuk mengiris tubuh di bawah tulang belakang. Ayah Hodel adalah seorang dokter. Dan dia diketahui menghadiri sekolah kedokteran ketika prosedur ini diajarkan pada tahun 1930-an.

Selain itu, Hodel sempat mencari arsip ayahnya di UCLA (University Of California), dan menemukan sebuah stopmap yang berisi tanda terima untuk pembayaran renovasi rumah masa kecilnya

Dalam stopmap itu, juga ditemukan sebuah kwintansi untuk pembelian beberapa karung semen besar yang bertanggal pembelian : beberapa hari sebelum ditemukannya mayat Elizabeth Short. Merk semen yang dibeli terbukti sama dengan kantung semen yang ditemukan di TKP penemuan mayat. Ukurannya pun sama.

Pasca penemuannya ini, Hodel menjadi 100 persen yakin kalau ayahnya adalah pelaku pembunuhan Black Dahlia. Bahkan, karena banyak petugas polisi yang awalnya menangani kasus ini sudah meninggal, dia dengan hati-hati merekonstruksi percakapan yang dilakukan para petugas ini tentang kasus tersebut.

Sayangnya, karena ayahnya sudah meninggal. Teorinya ini tidak dapat ditindak lanjuti. Pada akhirnya, yang bisa dia lakukan hanyalah menuangkan teorinya ini ke dalam sebuah buku berjudul Black Dahlia Avenger: The True Story yang kemudian terbit pada tahun 2003.

Elizabeth Short dibunuh oleh, George Hodel

Untuk menghindari kebingungan dengan teori sebelumnya, George Hodel adalah saudara dari Steve Hodel (Sang pensiunan polisi yang menyelidiki ayahnya diatas)

Pada suatu ketika, Jurnalis Los Angeles Times, Steve Lopez meminta berkas resmi polisi dari kasus Black Dahlia dan menemukan sebuah informasi penting.

Dalam sebuah penyelidikan, disebutkan bahwa polisi sebenarnya sudah memiliki nama 6 tersangka utama yang diduga melakukan pembunuhan kepada Elizabeth Short. Dalam daftar 6 nama tersebut, salah satunya adalah lelaki bernama George Hodel.

Bahkan, menurut berkas polisi, dia adalah tersangka yang serius sehingga rumahnya disadap pada tahun 1950. Dalam penyadapan tersebut, sebuah percakapan mengerikan terekam,

8:25 malam. 'Wanita itu berteriak! Wanita itu berteriak lagi! '

Ini adalah suara George Hodel yang menjawab : “Kau mau aku bagaimana, letakkan bantal di atas kepalanya dan tutupi dia dengan selimut. Terserah kau!”

12:59. (pagi atau siang, tidak disebutkan) “Mereka menyadari ada sesuatu yang mencurigakan. Mungkin, sekarang mereka sudah mengetahui kalau dia sudah terbunuh.” Suara George Hodel.

Dia melanjutkan, “Bahkan jika aku memang membunuh Black Dahlia. Mereka tidak bisa membuktikannya sekarang. Mereka tidak bisa berbicara dengan sekretarisku lagi karena dia sudah meninggal.”

Bahkan setelah pengungkapan mengejutkan ini, yang tampaknya mendukung bahwa George Hodel membunuh Short — dan mungkin juga sekretarisnya — kasus Black Dahlia masih belum disimpulkan secara resmi.

(Sekedar info, bahwa penyadapan ini terjadi pada tahun 1950, dan Steve Hodel—sang polisi—belum melakukan penyelidikan kepada ayahnya karena ayahnya memang masih hidup. Ayah Hodel meninggal pada tahun 1999, dan pada tahun itu, penyelidikan Steve Hodel baru dimulai)

Jurnalis Los Angeles Times, Steve Lopez yang menemukan penemuan ini, mengatakan bahwa rekaman dan berkas ini, dapat secara langsung dihubungkan dengan Ayah keluarga Hodel. Dan sekaligus membuktikan bahwa George Hodel tidak hanya membunuh Elizabeth Short, tetapi juga terbukti sebagai pembunuh berantai yang gila (karena diduga juga membunuh sekertarisnya sendiri)

Penelitian Hodel bahkan mendapat perhatian dari penegak hukum. Pada tahun 2004, Stephen R. Kay, wakil kepala kantor jaksa wilayah L.A. County, mengatakan bahwa jika George Hodel masih hidup, dia dapat didakwa atas pembunuhan Elizabeth Short.

Sayangnya, dia sudah meninggal.

(Sebuah fakta menarik, bahwa sebenarnya nama George Hodel adalah George Hodel Junior Dan ayah keluarga Hodel Bernama George Hodel Senior. Yeps, kedua terduga tersangka memiliki nama yang sama yaitu George Hodel)

Apakah Leslie Dillon Membunuh Black Dahlia?

Pada tahun 2017, penulis Inggris Piu Eatwell mengumumkan bahwa dia akhirnya telah memecahkan kasus yang telah berlangsung selama beberapa dekade, dan menerbitkan temuannya dalam sebuah buku berjudul Black Dahlia, Red Rose: The Crime, Corruption, and Cover-Up of America's Greatest Unsolved Murder.

Pelaku sebenarnya, menurut dia, adalah Leslie Dillon, seorang pria yang secara singkat dianggap polisi sebagai tersangka utama tetapi akhirnya dilepaskan.

Menurut Eatwell, Dillon, yang bekerja sebagai pelayan, membunuh Short atas perintah Mark Hansen, pemilik klub malam dan bioskop lokal yang merupakan bossnya Dillon.

Hansen adalah tersangka lain yang akhirnya dibebaskan — dan merupakan pemilik dari sebuah Adress Book yang telah dikirimkan ke Penyidik di dalam paket/surat dari ‘sang pembunuh’. Dalam sebuah interogasi, Mark Hansen mengatakan bahwa Adress Book tersebut adalah sebuah hadiah yang pernah dia berikan ke Elizabeth Short.

Short dilaporkan pernah tinggal bersama Hansen beberapa malam, dan dia adalah salah satu orang terakhir yang dilaporkan berbicara dengan Elizabeth Short sebelum kematiannya (Via panggilan Telfon). Eatwell menuduh bahwa Hansen tergila-gila dengan Short dan mendekatinya, dan kala itu, Elizabeth Short menolaknya.

Karena patah hati, dia meminta Leslie Dillon untuk "membereskannya.". Hansen, tampaknya tahu Dillon mampu membunuh tetapi tidak menyadari betapa gilanya dia sebenarnya.

Sebelumnya, Leslie Dillon pernah bekerja sebagai asisten ahli pemakaman, di mana ia berpotensi belajar cara mengeringkan tubuh.

Eatwell juga menemukan, dari catatan polisi, bahwa Dillon mengetahui detail kejahatan yang belum dirilis ke publik. Satu detail adalah bahwa Short memiliki tato mawar di pahanya, yang telah dipotong dan dimasukkan ke dalam vaginanya.

Sementara itu, Dillon mengaku sebagai calon penulis buku kriminal dan mengatakan kepada pihak berwenang bahwa dia sedang menulis sebuah buku tentang kasus Black Dahlia—yang tentu saja buku tersebut tidak pernah terbit.

Terlepas dari semua bukti yang mengarah padanya, Dillon tidak pernah didakwa dengan kejahatan tersebut. Eatwell mengklaim dia dibebaskan karena hubungan Mark Hansen dengan beberapa polisi di LAPD.

Sementara Eatwell percaya bahwa departemen itu korup sejak awal, dia juga berpikir bahwa Hansen berkontribusi besar terhadap korupsinya dengan mengeksploitasi hubungannya dengan petugas tertentu.

Penemuan lain yang mendukung teori Eatwell adalah TKP yang ditemukan di sebuah motel lokal. Selama penelitiannya, Eatwell menemukan laporan dari pemilik Aster Motel, Henry Hoffman. Aster Motel adalah fasilitas 10 kabin kecil di dekat University of Southern California.

Pada pagi hari tanggal 15 Januari 1947, dia sempat memeriksa salah satu kabin di motel tersebut, dan menemukan ruangan itu ”berlumuran darah dan kotoran”. Di kabin lain, ia menemukan bahwa seseorang telah meninggalkan seikat pakaian wanita terbungkus kertas cokelat, yang juga berlumuran darah.

Alih-alih melaporkan kejahatan itu, sang pemilik motel Henry Hoffman hanya membersihkannya. Dia telah ditangkap empat hari sebelumnya karena memukuli istrinya dan tidak ingin mengambil risiko bertemu lagi dengan polisi.

Eatwell percaya bahwa motel tersebut adalah tempat Short dibunuh. Laporan saksi mata, meskipun tidak didukung, mengklaim bahwa seorang wanita yang mirip dengan Short terlihat di motel sesaat sebelum pembunuhan.

Teori Eatwell belum terbukti, karena semua orang yang terlibat dengan kasus pembunuhan Black Dahlia yang asli kemungkinan besar sudah mati sekarang, dan banyak dokumen resmi LAPD tetap terkunci di brankas.

Namun, Eatwell tetap yakin dengan temuannya, dan benar-benar percaya bahwa dia telah memecahkan kasus pembunuhan Black Dahlia yang misterius dan mengerikan.

Well Damn.

In The End..

Meskipun kita masih belum tahu pasti siapa yang membunuh Black Dahlia, teori-teori terbaru ini menyajikan pembahasan yang menarik. Teori-teori diatas adalah sebuah ‘fakta alternatif’ yang secara resmi belum di klaim oleh pihak berwajib sebagai sebuah penjelasan yang benar.

Walaupun begitu, mungkin beberapa diantaranya dapat dikonfirmasi apabila para suspect yang dimaksud masih hidup.

Selebihnya, pembunuhan Black Dahlia masih menjadi sebuah misteri yang akan terus diperbincangkan oleh para pecinta misteri, terlepas dari berapapun banyaknya teori-teori yang keluar kemudian.

What do you think?

(Buku yang ditulis Steve Hodel untuk menjelaskan alasan kenapa ayahnya adalah pembunuh Black Dahlia)

Baca Juga :

Tag : Biografi Black Dahlia, Biografi Elizabeth Short, Kasus Pembunuhan Black Dahlia. Misteri pembunuhan Black dahlia

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

1 Response to "Murder Story : Kasus Pembunuhan Tidak Manusiawi Black Dahlia"

  1. Ini jejak pembunuhnya masih kecium jadi polisi bunya beberapa dugaan tersangka.
    Kalo JTR sama Zodiac kan rapi banget.

    ReplyDelete