v Departemen Store Lévitan : Ketika Nazi Menjarah Barang-Barang Yahudi dan Menjualnya dengan Harga Murah | UNSOLVED INDONESIA

Departemen Store Lévitan : Ketika Nazi Menjarah Barang-Barang Yahudi dan Menjualnya dengan Harga Murah

 Dalam agresi militer mereka pada perang dunia kedua, Nazi diketahui mengusir orang-orang Yahudi di seluruh Eropa keluar dari rumah mereka, dan mengambil barang berharga mereka pula.

“Möbel Aktion” adalah operasi sistematis Nazi yang mereka gunakan untuk mulai menjarah ribuan barang pribadi dari rumah-rumah dan apartemen para Yahudi yang ditinggalkan.

Penyitaan barang-barang sehari-hari seperti linen, bingkai foto, dan bahkan panci mungkin tampak dangkal di permukaan. Namun, itu semua adalah bagian dari rencana Nazi yang disengaja untuk sepenuhnya melenyapkan populasi Yahudi dari muka bumi.

Dalam aksi penjarahan itu, Nazi memusnahkan rumah-rumah Yahudi dan mencuri setiap barang di rumah mereka sampai habis dalam upaya untuk membuatnya seolah-olah pemilik Yahudi dari benda-benda ini tidak pernah ada.

Lebih parah lagi, Nazi tidak hanya mencuri benda-benda ini. Mereka bahkan juga memaksa tahanan Yahudi untuk menjualnya.

Dibalik “Möbel Aktion” Nazi

Dalam invasi mereka ke Prancis, Nazi diketahui menjual dengan harga murah barang-barang yang mereka jarah dari para Yahudi. Sebagian besar dari barang barang itu, dijual dengan harga “hampir gratis” kepada para perwira Jerman yang membutuhkannya.

Departemen Store Lévitan di Paris, adalah “grand market” bagi barang-barang jarahan ini. Para tentara Nazi, bahkan tidak malu mengakui bahwa barang-barang tersebut, adalah milik Yahudi yang mereka curi sebelum kemudian dijual dengan harga miring.

Selama perang dunia kedua, Lebih dari 70.000 tempat tinggal milik Yahudi di seluruh Eropa ditinggalkan dengan barang-barang yang masih siap untuk dijarah. Di Prancis saja, 76.000 orang Yahudi dideportasi dan kurang dari sepertiga dari mereka berhasil kembali setelah perang. Sekitar 38.000 apartemen Paris, kala itu telah berhasil dikosongkan oleh Nazi.

Dalam melaksanakan aksinya pun, mereka juga tidak tanggung-tanggung. Mulai dari peralatan makan, perkakas kecil hingga lemari dan jam besar, semua akan mereka garong.

Setelah barang-barang itu diangkut, kemudian semuanya akan dikumpulkan menjadi satu di gudang-gudang sebelum kemudian dijual di departemen store militer mereka.

Lebih dari itu, gudang-gudang penampungan barang jarahan itu, akan ditempatkan satu lokasi dengan kamp-kamp kerja paksa yang menampung Yahudi. In a way, para Yahudi memang sengaja diperlihatkan bahwa barang-barang yang dahulu adalah kepunyaan mereka, sudah berpindah menjadi milik Nazi.

Obral Barang Curian

Dalam memilah “produk” mereka, barang-barang curian dibagi menjadi dua kategori: barang-barang bagus dan barang-barang rusak.

Sementara barang-barang rusak akan dibakar di api unggun, barang-barang yang dianggap layak untuk dijual, akan disortir ke dalam kategori sebelum kemudian didistribusikan di seluruh departemen store militer Nazi.

Tentu diantaranya, ada barang-barang kualitas super juga. Barang-barang yang dianggap bernilai lebih tinggi seperti linen halus dan porselen, akan disimpan untuk para perwira Nazi yang bertanggung jawab atas operasi penjarahan.

Selebihnya, barang-barang yang lebih “legendaris” seperti lukisan atau karya seni mahal, akan langsung didistribusikan kepada para petinggi Nazi termasuk Adolf Hitler (dengan harapan salah satu barang itu bisa memuaskan Hitler).

(Perkakas rumah tangga yang di jarah Nazi)

Salah satu tempat Nazi menjual barang-barang itu, adalah departemen store  Lévitan di Paris. Sebelum memasuki era perang, tempat itu merupakan  toko furnitur raksasa milik seorang pengusaha Yahudi bernama Wolf Lévitan.

Kala diambil alih oleh Nazi, bangunan empat lantai tersebut kemudian menjadi pusat “oleh-oleh” dan pameran barang curian selama perang. Tentara Nazi, akan ”berbelanja” dan memilih barang jarahan untuk dikirim pulang ke keluarga mereka seolah-olah mereka sedang berbelanja perabotan di IKEA.

Tentu bedanya dengan IKEA, Bagian depan toko tersebut telah diubah menjadi kamp kerja paksa di mana hampir 800 tahanan Yahudi, ditahan dan dipaksa untuk mengatur dan memperbaiki barang-barang yang dijarah.

“Staf” di Lévitan, adalah tahanan Yahudi yang dipindahkan dari kamp interniran Drancy di luar Paris, dan banyak dari mereka kemudian dikirim ke Auschwitz.

Departemen Store Nazi

Tiga lantai pertama gedung Lévitan digunakan sebagai ruang pameran untuk barang-barang curian Nazi sementara lantai atas adalah penjara tempat para pekerja Yahudi makan dan tidur.

Tahanan Yahudi di kamp kerja paksa Lévitan yang memiliki keterampilan dalam menjahit atau pekerjaan tangan, ditugaskan untuk memperbaiki barang-barang yang rusak.

Seperti yang admin sudah sebutkan, bahwa barang-barang yang “dijual” di Lévitan ini tidak banyak nilanya. Dengan harga semiring-miringnya (karena merupakan curian), kau bisa membeli barang besar seperti lemari dan meminta diskon 90 persen.

(Orang-orang Yahudi dipaksa menjahit barang-barang jarahan yang rusak)

Jelas sekali bahwa tidak ada perhitungan matematika dalam Operasi “Möbel Aktion” ini. Pasalnya, terlepas dari tidak adanya biaya produksi (karena barang curian), Nazi somehow tetap boncos alias Rugi.

Sebagaimana dicatat oleh sosiolog dan penulis buku “Witnessing the Robbing of the Jews: A Photographic Album, Paris, 1940-1944” Sarah Gensburger, beberapa orang kepercayaan terdekat Hitler termasuk Hermann Göring rupanya mempertanyakan operasi tersebut karena biaya penyitaan dan pengangkutan barang curian, rupanya cukup besar.

Meskipun begitu, operasi Mobel aktion tetap dijalankan untuk beberapa alasan.

“Jika proyek tersebut bertahan,” Gensburger berpendapat, “itu karena salah satu tujuan mendasarnya adalah untuk menghancurkan semua jejak keberadaan orang Yahudi.”

Warisan Pasca Perang.

Tentu sudah jelas bahwa bisnis Departemen Store Lévitan akan gulung tikar ketika pasukan Sekutu mulai mendorong Nazi kembali ke Berlin.

Pasca perang berakhir, segala hal tentang Operasi “Möbel Aktion” sudah tidak ada yang tersisa. Yang ditemukan berhubungan dengan “Möbel Aktion”, hanyalah sebuah album berisi 85 foto yang mendokumentasikan barang-barang curian yang “dijual kembali” di Departemen Store “kamp kerja paksa” Lévitan.

Album itu ditemukan oleh seorang anggota satuan tugas khusus yang disebut “The Monument Man” yang bertugas untuk memulihkan berbagai karya seni yang dijarah oleh Nazi.

Album foto-foto langka itu kini disimpan di Arsip Federal Jerman di Koblenz, Jerman.

Meskipun benda-benda yang dijual di Lévitan mungkin tidak seberharga karya seni besar yang juga dicuri Nazi, mereka tetap menggambarkan bagaimana kebiadaban Nazi dalam upaya menghapus Yahudi dari muka bumi.

Saat ini, bekas etalase departemen store laknat itu, dikabarkan masih berdiri di Paris. Sebuah plakat kecil di sebuah  gedung yang sekarang adalah kantor biro iklan, adalah satu dari sekian bukti yang tersisa atas Operasi “Möbel Aktion” yang absurd dan tidak beralasan.

End Of Story.

Baca Juga :

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

1 Response to "Departemen Store Lévitan : Ketika Nazi Menjarah Barang-Barang Yahudi dan Menjualnya dengan Harga Murah"

  1. Saya baca ini teringat ada filmnya, eh benar ternyata film The Monuments Men (2014).

    ReplyDelete