v The Holders Series Chapter 115 : The Holder Of Pestilence | UNSOLVED INDONESIA

The Holders Series Chapter 115 : The Holder Of Pestilence

From theholders.org

Translated By Admin

Di kota mana pun, di negara mana pun, pergilah ke rumah sakit jiwa atau rumah rehab mana pun yang bisa kau kunjungi. Ketika kau mencapai meja depan, mintalah untuk mengunjungi seseorang yang menyebut dirinya "Pemegang Wabah" [The Holder Of Pestilence]

Kau akan menyadari Sang pegawai mencoba dengan sekuat tenaga untuk tidak muntah. Setelah beberapa menit, pegawai akhirnya akan menyerah dan muntah ke keranjang sampah.

Dia kemudian akan berdiri, dan membawamu menyusuri lorong. kau kemudian akan dihadapkan di sebuah pintu yang sedikit terbuka.

Janganlah sentuh pintu tersebut. Melakukannya, akan mengundang kutukan dan kematian instan adalah yang kau dapat. Sebaliknya, minta pegawai membukanya untukmu. Abaikan Sang pegawai yang terlihat membusuk secara instan dan langsung terkapar tanpa nyawa di lantai. Alih-alih, masukilah pintu dengan cepat sebelum pintu tertutup dengan sendirinya. Jika pintu itu tertutup sebelum kau masuk kedalam, perjalananmu otomatis berakhir karena kau sudah tidak punya lagi tumbal yang bisa kau perintahkan untuk membuka pintu.

Jika kau berhasil masuk, bagaimanapun, kau akan menemukan dirimu berada di ruangan yang gelap. Pintu di belakangmu akan tertutup dengan sendirinya. Tinggalkanlah pintu itu karena menyentuhnya, akan membuatmu bernasib sama dengan pegawai yang mengantarmu kemari.

Sebaliknya, berjalanlah di depan, dalam kegelapan, sampai kau mencapai apa yang terasa seperti altar batu. Rabalah dan rasakanlah setiap tekstur dari altar tersebut dengan tanganmu. Pada titik ini, kau hanya boleh memikirkan rumah, teman-temanu, dan orang-orang yang kau cintai, ketika sesuatu yang dingin dan basah akan meluncur sebentar di wajahmu.

Kala hal tersebut berakhir, kau boleh mencoba meraba altar kembali dan kau akan menyadari bahwa tekstur dari altar, entah bagaimana telah berubah. Altar tersebut telah terbelah, dan altar sekarang mengungkapkan sebuah tangga. Itu adalah tangga yang menurun entah kemana.

Turunlah dengan hati-hati menyusuri tangga tersebut. Seiring kau turun, cahaya akan perlahan kembali meskipun dengan sinar yang cukup remang. Terakhir, di bagian bawah tangga, sangat penting bagimu untuk tidak turun dari anak tangga terakhir. Sebaliknya, lihatlah sekeras yang kau bisa sampai kau melihat tapak kaki yang tertinggal diantara lantai merah darah. Pijaki lah tapak kaki tersebut untuk menghindari menginjak lantai merah.

Lantai merah tersebut, disebabkan oleh cairan bernama ichor. Kau mungkin tidak menyadarinya tapi cairan tersebut adalah bentuk yang lebih murni dari cairan yang digunakan untuk memlitur pintu yang membunuh pemandu jalanmu diatas. Tidak perlu dijelaskan lagi kalau menginjak lantai merahnya, berarti nasibmu akan berakhir sama dengan pemandu jalanmu, atau bahkan lebih buruk.

Lanjutkan lah perjalananmu yang hati-hati sampai kau menemukan sarkofagus batu.

Hanya sedikit orang yang menyadari hal ini, tetapi kata 'Sarkofagus' dapat juga diartikan sebagai 'Pemakan Daging', dan didepanmu, sangat dipastikan bahwa peti batu tersebut haruslah ada isinya.

Hal yang harus kau lakukan, kau harus berbaring di atas peti, diamlah sebentar dan hanyutkan dirimu dalam ketenangan. Setelah beberapa saat, ruangan akan menyala lebih terang. Cahaya ambient perlahan memenuhi ruangan. kau harus tetap diam. Jika bangun, semuanya akan hilang.

Setelah ruangan menyala dengan cahaya paling terang, kau akan mendengar suara langkah kaki becek, seperti seseorang berjalan ke dalam ruangan dengan menginjak cairan ichor tanpa peduli. Suara itu akan berdiri tepat di samping sarkofagus tempat kau terbaring. Sayang, sekeras apapun kau mencari, wujud dari suara tidak bisa kau temukan.

Kemudian, suara tanpa wujud akan terdengar tepat di sampingmu. Suara itu akan berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal

Pada titik ini, sebagian besar seeker akan merasa penting untuk tidak terfokus pada kata-katanya, karena kata-kata itu, menceritakan kebenaran yang tidak dapat dipahami manusia.

Ketika selesai, suara itu akan diam dan kau boleh beranjak dari sarkofagus karena bagian penutupnya, akan terangkat dengan sendirinya. Memperlihatkan Sang holder yang terbaring di dalamnya.

Sang Holder tersebut, kemudian akan bangun dan menatapmu. Badanya kurus kering dan kulitnya sudah menghitam. Matanya yang cekung tidak akan memperlihatkan bola mata apapun. Meskipun begitu, mulutnya masih mampu berbicara dan akan menanyakan kepadamu, dalam bahasa ibumu, tentang serangkaian informasi atas dirimu.

Jawablah dengan jujur, dan kau tidak akan menjadi gila. Kemudian, Sang holder akan memintamu untuk mengulurkan tangan kirimu. Dia lalu akan meletakkan sesuatu yang dingin ke telapak tanganmu, lalu mengepalkan tanganmu secara perlahan.

Terlepas dari penampilannya yang rusak, The Holder Of Pestilence bukanlah sosok yang jahat. Karena ketidak beruntungan di masa lalu, dia pada akhirnya harus berakhir menjadi penjaga obyek sampai ada seeker yang meminta obyek yang dia pegang.

Pasca mendapatkan obyek, kau boleh kembali ke pintu depan dengan melewati jalan tempatmu datang. Obyek yang kau pegang, akan melindungimu dari akibat yang timbul ketika kau bersentuhan dengan cairan ichor.

Permata di tanganmu adalah Object 115 dari 538.

Permata merah darah itu, adalah Rot-Stone. Rot-Stone merupakan bentuk paling murni dari cairan ichor. Cairan ichor pada dasarnya adalah darah dari makhluk mitologi abadi yang pada akhirnyaa berhasil dibunuh. Cairan tersebut menggumpal dan berubah menjadi permata yang sekarang ada di tanganmu.

Hati-Hati, batu itu bersifat sangat korosif. Kau harus selalu memegangnya di tanganmu karena kau kini merupakan satu-satunya yang tidak berpengaruh kepada efeknya. Apabila kau tidak sengaja menjatuhkannya, kehancuran mungkin tidak dapat terelakkan.

Baca The Holders Series Lainnya

Catatan Admin : sooo.. kata ichor jika ditelusuri menggunakan google, akan mendapatkan penjelasan seperti ini ; the fluid that flows like blood in the veins of the gods. (atau cairan yang mengalir di tubuh para dewa layaknya darah)—menurut mitologi Yunani.

Untuk penjelasan di atas, admin sengaja merubah kata-kata “para dewa” menjadi “makhluk mitologi abadi yang berhasil dibunuh”. Untuk satu dan beberapa hal, konsep tuhan, dewa dan entitas mahakuasa di cerita-cerita The Holders ini, memang sangat samar dan ambigu =__=

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "The Holders Series Chapter 115 : The Holder Of Pestilence"

Post a Comment