v 330 : The Holder Of The Story | UNSOLVED INDONESIA

330 : The Holder Of The Story

From theholders.org

Translated By Admin

Dahulu kala, ada seorang Seeker yang pergi ke rumah sakit jiwa. Dia berjalan ke meja depan, dan langsung menanyakan untuk bertemu dengan orang yang menyebut dirinya "Pemegang Cerita"

Ekspresi bingung melintas di wajah pekerja ketika sang Seeker bertanya.

"Siapa?" resepsionis mencoba memastikan.

"Pemegang Cerita, atau The Holder Of The Story." Sang Seeker mengulangi.

Sang resepsionis nampak bingung. Dia bersikeras bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang sosok yang dimaksud. Berkali-kali, Sang Seeker mengulangi permintaanya dengan menyebut nama ini. Karena suatu alasan, dia sangat bersikeras untuk mengunjungi sosok misterius ini.

Tentu karena terus dibantah, Seeker itu menjadi marah. Mungkin dia adalah sosok yang bersumbu pendek dan menjadi tidak terima ketika dia ditolak. Pada akhirnya, karena kesal, resepsionis mengancam akan memanggil keamanan.

Seeker itu cerdas. Dia berhenti dan pergi setelah situasi menjadi runyam. Mungkin karena dia tau bahwa hal akan mencari semakin rumit jika dia tetap tinggal, atau karena mungkin dia pada akhirnya tahu bahwa dia telah gagal dalam pencariannya.

Keesokan paginya, bagaimanapun, Seeker tersebut ditemukan tewas di rumahnya sendiri. Dia meninggal dalam tidurnya. Dia telah diincar, atau bisa saja ini adalah konsekwensi yang datang setelah melakukan hal yang dilarang dalam perjalanan gagalnya tempo hari.

Apapun itu, kisah Seeker tersebut pun Berakhir.

~xXx~

Dahulu kala, ada seorang Seeker yang pergi ke perpustakaan dan bertanya kepada pustakawan, untuk bertemu dengan sosok yang menyebut dirinya "Pemegang Cerita".

Mendengar permintaan itu, Pustakawan menghilang di bawah meja dan muncul kembali dengan kartu perpustakaan. Di atas kartu itu, tertulis kata-kata yang tidak dapat dikenali karena tercetak dalam bahasa yang asing. Hanya saja, terdapat nama sang Seeker yang tertulis dalam bahasa yang diketahui Seeker tersebut. Sang Seeker menerima benda itu dengan rasa terima kasih, meskipun, dia sejatinya menyembunyikan keterkejutan dan ketakutan yang menyelimuti perutnya.

Pustakawan kemudian mengarahkan sang Seeker ke bagian perpustakaan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, sebelum kemudian pergi tanpa sepatah kata pun.

Sang Seeker berjalan diantara bagian perpustakaan yang menakjubkan ini. Rak-rak disana dipenuhi buku tebal tua, yang diikat dengan tali menyerupai makhluk hidup yang menggeliat. Buku-buku yang disajikan, memiliki judul dalam bahasa yang tidak dikenalnya, sama seperti kartu perpustakaan yang dia terima.

Meskipun begitu, seiring mata sang Seeker membiasakan diri atas tulisan-tulisan asing itu, secara perlahan dia mulai memahami arti dari bahasa asing tersebut. Buku-buku disana rupanya menyajikan kisah penebusan, romansa, serta petualangan.

Bahkan hanya dengan membaca judul-judul belaka, akan membawa air mata, kegembiraan di hati, atau bahkan ketakutan tiada tara kepada sang Seeker. Itu adalah dongeng dengan tema yang akrab, namun secara bersamaan terasa alien (atau asing). Sesuatu dalam diri sang Seeker merindukan kisah-kisah ini, sama seperti ketika kita semua merindukan jawaban atas pertanyaan dan solusi untuk masalah kita.

Godaan untuk membacanya menjadi semakin besar, bahkan, hampir tak tertahankan. Keingintahuan sang Seeker seperti beban berat di pundaknya. Dia tidak melihat ada salahnya mengeluarkan segelintir buku dan membacanya sekilas. Sebagian besar kata-kata di dalam buku-buku itu mungkin belum sepenuhnya diketahui olehnya, tetapi hanya dari memegang buku-buku itu saja,  gambaran cerita didalamnya akan secara samar terwujud dengan sendirinya di dalam benak sang Seeker.

Sesekali dia akan mencoba menyentuh satu sampai dua buku, sebelum kemudian gambaran dari bagian cerita yang datang seperti memori, akan memaksanya untuk melepas sentuhannnya ke buku yang sempat membuatnya tertarik. Di dalam godaannya yang membara, ada kepastian yang aneh.

Lama sang Seeker menjelajah, Seorang lelaki tua buta berpakaian sehelai kain putih, kemudian mendekatinya dan meminta kartu perpustakaan kepada sang Seeker. Karena tadi dia sudah mendapatkannya, Seeker kemudian memberikan kartu yang sedari tadi dia bawa kepada sang lelaki tua. Pak tua itu nampak mengelus kartu itu sebentar sebelum mengangguk-angguk.

"Apa cerita favoritmu?" tanya sang pak tua kepada Seeker.

Sang Seeker menoleh. Kisah yang telah dibacanya kemudian akan tumpah dari bibirnya di luar kemauanya sendiri. Dia akan menceritakan kisah kesukaannya dari sekian cerita yang dia ketahui disini. Dia bercerita di dalam bahasa yang dia ketahui. Bahkan ketika lidahnya terpelintir dan kaku, dia akan terus berbicara. Kata terakhir dari cerita itu; adalah kata terakhir yang akan pernah dia ucapkan (dia menjadi bisu).

Setelah selesai, Orang tua itu kemudian mengembalikan kartu perpustakaan yang dia pegang kepada sang Seeker. Nama sang Seeker yang tercetak di kartu perpustakaan tersebut, kini telah terganti dengan kata terakhir yang diucapkannya

Sang Seeker akan menerima benda itu dan dipersilahkan untuk kembali ke rumahnya. Jalannya kini telah ditentukan dan dia tahu apa yang harus dilakukan.

Benda itu (kartu perpustakaan), menjadi magnet bagi mereka. Ketika mereka datang untuk menemukan sang Seeker, dia tidak akan bisa lagi berteriak atau memohon.

kisah Seeker tersebut pun Berakhir.

~xXx~

Dahulu kala, ada seorang Seeker yang pergi ke perpustakaan dan bertanya kepada pustakawan untuk menemui sosok yang menyebut dirinya “The Holder Of The Story”

Mendengar permintaan itu, Pustakawan menghilang di bawah meja dan muncul kembali dengan kartu perpustakaan. Di atas kartu itu, tertulis kata-kata yang tidak dapat dikenali karena tercetak dalam bahasa yang asing. Hanya saja, terdapat nama sang Seeker yang tertulis dalam bahasa yang diketahui Seeker tersebut. Sang Seeker menerima benda itu dengan rasa terima kasih, meskipun,  dia sejatinya menyembunyikan keterkejutan dan ketakutan yang menyelimuti perutnya.

Pustakawan kemudian mengarahkan sang Seeker ke bagian perpustakaan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, sebelum kemudian pergi tanpa sepatah kata pun.

Sang Seeker berjalan diantara bagian perpustakaan yang menakjubkan ini. Rak-rak disana dipenuhi buku tebal tua, yang diikat dengan tali menyerupai makhluk hidup yang menggeliat. Buku-buku yang disajikan, memiliki judul dalam bahasa yang tidak dikenalnya, sama seperti kartu perpustakaan yang dia terima.

Bahkan hanya dengan membaca judul-judul belaka, akan membawa air mata, kegembiraan di hati, atau bahkan ketakutan tiada tara kepada sang Seeker. Itu adalah dongeng dengan tema yang akrab, namun secara bersamaan terasa alien (atau asing). Sesuatu dalam diri sang Seeker merindukan kisah-kisah ini, sama seperti ketika kita semua merindukan jawaban atas pertanyaan dan solusi untuk masalah kita.

Godaan untuk membacanya menjadi semakin besar, bahkan, hampir tak tertahankan. Keingintahuan sang Seeker seperti beban berat di pundaknya. Sayangnya, sang Seeker menolak untuk mengambil, ataupun hanya sekedar menyentuh buku-buku tersebut.

Dia hanya berputar-putar tanpa arah, sesekali, jika dia lelah, dia akan terduduk di lantai. Dia bahkan tidak membiarkan pundaknya bersender diantara lemari buku manapun yang ada disini.

Tak lama kemudian (cukup lama sebenarnya), sang Seeker akan dihampiri oleh seorang lelaki tua buta yang mengenakan kain putih. Orang buta tua itu akan meminta kartu perpustakaan kepada Seeker. Karena tadi dia sudah mendapatkannya, Seeker kemudian memberikan kartu yang sedari tadi dia bawa kepada sang lelaki tua. Pak tua itu nampak mengelus kartu itu sebentar sebelum mengangguk-angguk.

"Apa cerita favoritmu?" tanya sang pak tua kepada Seeker.

“Tidak ada.” Adalah jawaban sang Seeker “bagaimana denganmu, pak tua. Apa cerita favoritmu?”

Pria buta tua itu tersenyum. Dari mulutnya, orang tua itu akan mulai menumpahkan sebuah cerita yang belum pernah ditulis oleh penulis mana pun. Cerita itu akan diucapkan dalam bahasa yang tidak dapat dipahami oleh sang Seeker, namun, entah bagaimana, dia akan memahaminya.

Sayang, keseluruhan cerita itu menggerogoti jiwa sang Seeker. Ketika pak tua itu selesai bercerita, kewarasan sang seeker sudah sepenuhnya menghilang. Setiap memori, kenangan serta kemampuan berpikir, kini sudah digantikan oleh detali dari cerita tersebut tanpa terkecuali.

Seeker itu mengembara di perpustakaan aneh itu selama sekian milenia, sebelum kemudian secara kebetulan menemukan jalannya kembali ke peradaban manusia.

Peradaban yang dia kenal sudah berubah, namun, apakah itu berarti? Mengingat Seeker tersebut sekarang hanyalah sosok yang tidak lebih dari orang dengan ganguan jiwa—Atau setidaknya, begitulah orang-orang di dunia luar melihatnya.

Kisah Seeker tersebut pun Berakhir... namun ceritanya bisa diwariskan.

Cerita yang dia bawa, adalah objek 330 dari 538. Cerita ini telah menentukan banyak tujuan, dan tujuan serupa akan lebih banyak dibutuhkan, ketika hari penyatuan tiba.

Baca The Holders Series Lainnya

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

1 Response to "330 : The Holder Of The Story"

  1. Holder of story: "what's your favorite story ?"
    Me: "proceed to tell whole 538+ story chapter"

    ReplyDelete