v Ieunitas, Infectus, Talius #17 : Incompositus | UNSOLVED INDONESIA

Ieunitas, Infectus, Talius #17 : Incompositus

 Diambil dari theholders.org

Ini adalah bagian ketujubelas dari serial  ‘Ieunitas, Infectus, Talius’

.

“Incompositus”

.

Kilatan cahaya putih melengkung dari jari Balance yang terulur, membuat lekukan di lantai batu. Satu sulur mencambuk ke arahku, dan aku menangkapnya dengan tangan kiriku, memberikan tekanan hingga cahaya yang halus namun kuat itu pecah.

Memanfaatkan kesempatan ini, aku mendorong dengan kaki kananku, mendorong diriku melewati pecahan menuju Balance. Dia meraih lenganku, mengarahkan tendangan ke kepalaku. Merunduk, aku menghindari tendangan itu sebelum mematahkan cengkeramannya dan melakukan serangan lagi. Tinju kami saling memukul satu sama lain, kekuatan reaksinya menyebabkan kami berdua tergelincir ke belakang.

‘Mengecewakan, aku mengharapkan lebih’

“Aku belum selesai!”

Balance menyerangku—

—Dan berhenti. Dia berpaling dariku, matanya tertuju pada sesuatu di sebelah kananku. Mengikuti tatapannya, aku melihat apa itu. Mantan kekasihnya berusaha untuk berdiri, terkejut dan panik. 

“..Gelap! A-Aku tidak bisa melihat!”

“Shelly!"

"D-Dallas? D-Dimana kau? Apa yang terjadi, aku tidak bisa melihat!"

"Shelly!!" Balance berteriak sambil berlari ke arahnya. 

Menggunakan Void untuk membengkokkan jarak, aku langsung muncul di depannya. Aku mencengkeram wajahnya, menggunakan momentumnya sendiri untuk melawannya, dan membantingnya ke belakang. Dia meluncur di lantai sebelum berdiri lagi.

‘Itu adalah langkah yang buruk, Balance. Tiba-tiba teringat mantan ditengah pertarungan. Kau membuatku Cemburu.’

“Minggir, Essum!”

‘Bunuh aku dulu!’

Balance meluncurkan dirinya ke arahku lagi. Aku menghindari serangannya, memaksanya menjauh.

‘Lakukan ini dengan serius Balance!’

"Kubilang Minggir!"

‘Kau benar-benar mengecewakan, kau tau? kau mengabaikanku seperti ini. Aku menghabiskan waktu bertahun-tahun, mengumpulkan pasukan, membangun kekuatan. Tentaraku sedang mengamuk dan meluluh lantakkan bumi ditengah kita berbicara, menghancurkan dan mengambil jiwa ratusan ribu manusia. Namun kau? Kau malah lebih peduli pada gadis tidak jelas ini. Hal ini agak menjengkelkan.’

Aku lalu mengulurkan tanganku, kepada salah satu dari dua sandera. Anak kecil ini, keponakannya, kulihat matanya langsung terbuka ketika aku menarik rantai yang membelenggu lehernya. Dia nampak tercekik.

Menyadari dia ada dimana, bocah itu berteriak. Mungkin karena melihat wajah monsterku, atau mengetahui bahwa dia tengah terikat dan tersakiti. Dia menoleh perlahan, tatapannya terhubung dengan tatapan Balance.

"A-Apa yang kau lakukan?"

Aku hanya tersenyum.

Tanpa peringatan, keponakan Shelly itu mulai tertawa. Ini dimulai dengan perlahan, lembut, semakin keras hingga menjadi suara yang keras, serak, dan melengking. Balance meringis, terganggu oleh pemandangan itu.  

Aku lalu melepaskannya, dan membiarkannya berdiri. Dia masih tertawa.

Ketika aku membisikkan sesuatu di telingannya, dia langsung berlari. Terus berlari, menuju ujung ruangan. Tidak berhenti bahkan setelah menabrak jendela dan membuat kaca itu pecah berkeping-keping.

Yang Balance tau selanjutnya, adalah bahwa bocah itu terjun kedalam kematiannya. Tawanya perlahan-lahan semakin menjauh saat dia terjatuh. Balance sempat ingin bereaksi, namun aku mencegah dengan memegang tangannya, mencegahnya melakukan sihir teleportasi.

Kemudian, suara bocah itu tidak terdengar lagi.

Balance menatapku dengan kaget dan ngeri. Perlahan-lahan, wajahnya mengeras menjadi kemarahan dan kebencian. Aku tersenyum.

‘Nah, begitu! Tunjukkan kemarahanmu! Bertarung lah dengan serius sebelum aku melakukan hal yang sama kepada Kekasihm-’

Aku pun ditendangnya.

.

Aku mengulurkan tanganku, dan Pedang Raja Hitam muncul, bilahnya lebih panjang dari sebelumnya, dan menjadi jauh lebih tajam. Gagangnya tidak lagi anggun dan penuh hiasan, pelindung yang tadinya berbentuk salib kini melengkung seperti cakar ke arah bilahnya. Itu menyala, bilahnya diselimuti api hitam, meninggalkan jejak di udara saat bergerak.

Balance menyerang, dan aku bertemu dengannya, kekuatan dari kontak kami mengirimkan hembusan udara yang kuat ke segala arah. Mantan kekasih Balance sudah kami tinggalkan ketika aku dan Balance turun ke lantai dibawahnya akibat pertarungan kami.

Balance kembali merapal mantra, dan dia, seperti pertemuan kami di kasil Legion, memanggil Pedang Raja Putih. Pedang Raja Hitamku menjadi semakin ganas. Percikan api beterbangan dari pedang kami yang beradu, benturannya begitu cepat hingga hampir terdengar kabur menjadi satu suara.

‘Yah, aku harus mati—‘

Senjata kami terkunci satu sama lain untuk sesaat, jarak wajah kami kurang dari satu kaki. Jubah Balance mulai bersinar saat dia menarik lebih banyak energi darinya, mencoba mengalahkan dominasiku.

Aku sendiri mulai berjuang, mengeluarkan lebih banyak kekuatanku, kekuatan pedang kami kira-kira sama. Aku menyerangnya lagi, menyebabkan Balance tersandung kembali.

Aku memutar pedang Raja Hitam, membuat gerakan yang sembrono agar aku bisa kalah. Kami terus beradu, semakin semakin cepat hingga gerakan kami tidak bisa lagi dilihat. Pedang Raja Hitam menari-nari ditanganku.

Mata Balance mengikutinya dengan seksama, mencoba membacaku. Beberapa saat berlalu ketika aku mempercepat, kadang-kadang membuat goresan kecil di lantai. Tiba-tiba, Balance menatap langsung ke arahku. Dia memperkirakan dari mana aku akan berayun—

—yang menyebabkan tendanganku ke wajahnya menjadi kejutan baginya.

Sudut serangannya menyebabkan dia terbang ke atas, menghantam kolom batu. Pecahan-pecahannya berjatuhan dari tempat dia menabraknya, kekuatan tersebut memberikan kesan yang cukup besar pada batu tersebut. Gravitasi menariknya, dan dia mendarat dengan kakinya, sedikit memuntahkan darah.

Lalu, dalam sekejap, dia sudah berada di depanku, mencoba menebas leherku. Aku merunduk, tapi tidak tepat waktu, karena senjatanya memotong salah satu tandukku. Aku tidak bisa merasakan sakit dalam pengertian tradisional, tapi aku bisa merasakan cederanya, dan itu menggangguku.

Aku membalas, menepis lengan kanan Balance ke samping dengan tangan kiriku dan menerjang. Dia melompat ke belakang, tapi sebelumnya aku berhasil mencetak tebasan dangkal di dadanya. Dia menyentuh luka itu dengan tangan kirinya, dan luka itu menyatu kembali.

Kami saling menyerang lagi, pedang beradu, lidah cahaya putih dan api hitam menghanguskan dan mengiris kami berdua. Kami berdua meluncur mundur, menghentikan jejak energi itu.

Menatap diriku sendiri, Aku bisa melihat bagian jubahku hilang, memperlihatkan sedikit cahaya dari api hitam yang ada di dalam dadaku. Balance dan aku sama-sama memiliki luka yang dangkal, tapi dia memiliki luka yang agak dalam di antara bahu dan tulang selangkanya. Dia memelototiku, terengah-engah, kebencian di matanya terlihat jelas.

Tiba-tiba, matanya menyipit, dan aku menyadari bahwa dia telah mengamati cahaya yang keluar dari bagian lukaku. Itu adalah api hitam. Sumber kekuatanku.

Kemudian, cahaya putih mengelilinginya, dan dia melemparkan senjatanya ke udara, memutarnya dalam lingkaran sempurna dengan kecepatan yang membutakan.

“Sudah waktunya untuk mengakhiri ini, Essum.” Aku terlambat menyadari niatnya.

Serangan mengejutkan itu melaju kencang ke arahku. Aku tidak punya waktu untuk bereaksi ketika bilahnya meluncur tepat kearah dadaku. Aku menahannya, tersandung ke belakang, menggenggam batangnya untuk mencegah bilahnya menembus lebih jauh ke arahku. Aku menarik napas dalam-dalam.

“Apakah kau melihatnya sekarang, brengsek? Kau tidak ada tandingannya denganku. Akulah The Baance, dan kau adalah agen kekacauan, budak kekacauan. Untuk menyeimbangkanmu, kekuatanku akan membengkak hingga menjadi lebih besar darimu, seribu kali lipat kekuatanmu.”

Dia menggenggam gagang senjatanya, dan memberikan dorongan untuk menusuk ‘jantungku’

“Matilah sekarang, dan tenggelam kembali ke dalam kekosongan tempat asalmu muncul.”

Kepalaku condong, dan aku membiarkan cengkeramanku pada senjatanya mengendur. Aku tersandung ke belakang sedikit, jatuh berlutut. Mataku tertutup.

Dan kemudian kubuka lagi.

‘Dasar orang bodoh’

.

Pembuluh darah berbentuk jaring menjalar melalui dadaku ke bilah senjata Balance. Dia nampak mundur dan sekarang kehilangan genggamannya atas Pedang Raja Putih. Aku bangkit, memegang pedang itu dan melemparkannya keluar menara.

Keterkejutan dan ketidakpercayaan melintas di wajahnya.

“Kau, punya banyak trik, Essum.”

‘Apa kamu pikir membunuhku akan semudah itu, Balance? Apakah kau benar-benar berpikir bahwa, setelah bertahun-tahun, dengan seluruh perencanaan dan kekuatan yang aku miliki, aku akan memiliki semacam “titik lemah” yang belum diketahui? Kau bodoh.‘

Kuliat Balance mundur ketika aku kembali bangkit. Aku masih memiliki pedang, dan dia tidak.

‘kau mungkin bisa melawan kerusakanku, tapi aku belum melihat siapa pun yang bisa menolaknya ketika mereka menyentuh sumbernya.’

Dia tidak bisa lari ketika pembuluh darah yang keluar dari tubuhku menjeratnya dan mengikat leher dan wajahnya. Dia tersandung ke belakang, mencoba meloloskan diri, tapi sudah terlambat. Jejak hitam pembusukan terus menjalar melalui dirinya.

Aku kemudian menatapnya ketika dia meringkuk sedagkan aku masih berdiri. Tanpa aba-aba, aku langsung menusukkan Pedang Raja Hitam kearahnya. Dia menggunakan tangannya untuk menahan bilahnya membawa kematian kepadanya,

Pembuluh darahku yang menguncinya, kembali masuk ke tubuhku, namun itu tidak berarti apa apa bagi The Balance karena aku sudah mengunci pergerakannya menggunakan tanganku.

‘ini adalah akhir darimu, Balance.’ Ujarku untuk terakhir kali...

... Dia nampak pasrah.

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "Ieunitas, Infectus, Talius #17 : Incompositus"

Post a Comment