v 'Who Seek The Seekers?' Chapter 0 : Prologue | UNSOLVED INDONESIA

'Who Seek The Seekers?' Chapter 0 : Prologue

 “Who Seek the Seekers?” Series

Translated By Admin

Ini adalah Prologue dari cerita ‘Who Seek the Seekers?’

.

“Prologue”

Aku bukanlah orang yang terlalu ambisius, yang berusaha membantai semua iblis dan manusia, membunuh, mencuri, melakukan segala hal untuk mengumpulkan Obyek... ya, tidak, aku tidak segila itu.

Mungkin, beberapa tragedi memang terjadi. Namun, percayalah, aku belum kehilangan akalku. Semua ‘perbuatan dosa’ yang telah aku lakukan, didasari alasan yang masuk akal. Aku membunuh ketika nyawaku sendiri dalam bahaya, dan aku menyakiti hanya ketika aku tidak punya pilihan.

Namun tentu saja, apa arti pembelaanku dihadapan karma? Hukumnya begitu sederhana, namun aku terlalu ‘buta’ untuk memahaminya.

.

Begini, aku dulunya sangat tangguh sebelum semua ini terjadi, kau tau? Balmung, Guilt Meat, ah sial, aku berhenti menghitung Obyekku setelah aku mendapatkan obyek yang ke 10. Entah kenapa, aku melakukan pencarian demi pencarian dengan terburu-buru.

Itu sensasi yang aneh, karena aku termotivasi oleh penasaran dan rasa takut, dan ada semacam kepuasan luar biasa ketika aku berhasil mendapatkan obyek demi obyek. Itu sangat candu.

Kala itu, aku benar-benar tidak peduli semisal kenyataan akan berubah menjadi mimpi buruk abadi saat aku selesai atau tidak. Pokoknya cari! cari! dan cari! Tau kan maksudku?

Aku merasa bahwa tempoku sangat sempurna, dan aku akan bisa mendapatkan lebih banyak obyek dalam waktu singkat.

Tapi, tentu saja, terkadang, ekspektasi tidak sesuai realita. Well, dalam kasusku, aku sepenuhnya dipaksa meninggalkan ekspektasi, ketika realita menghantammku seperti benda tumpul tepat di kepala.

.

Aku ingat ketika aku baru saja pulang dari membeli makan. Bahkan Seeker butuh makan kau tau?

Kemudian, aku mulai berjalan kembali ke rumah, dan aku ingat aku berada di dekat semacam gereja atau tempat omong kosong serupa. Aku tidak terlalu yakin, tapi entah dari mana, jantungku berhenti berdetak. Maksudku, benar-benar berhenti, seolah-olah aku hanya punya waktu lima belas detik lagi untuk hidup. Kepalaku rasanya mau pecah, dan suara terompet yang entah darimana, tiba-tiba terdengar menggelegar di telingaku.

Sekarang, kau boleh menghakimiku sepuasmu, tapi, persetan... terompet itu, benar-benar terompet biad$b. Bahkan hanya dari memikirkannya, membuatku ingin tersenyum, berlutut dan memuja. Memuja sesuatu yang entah apa—memang tidak jelas terompet b$bi, anjin$, bajin$an.

Aku melakukan ritual memalukan itu sekitar setengah detik, sebelum darah mulai keluar dari telingaku. Dan hidung. Dan mata, dan mulut, dan dari lubang mana pun yang tersedia. Kukatakan padamu, itu bukanlah pengalaman yang menyenangkan.

Lalu kemudian, aku menyadari bahwa suara terompet itu hanya terdengar dikepalaku, dan tidak menggema di udara. Setelahnya, aku menoleh untuk menemukan itu ada di sana. Kurasa aku harus menyebutnya dia, karena faktanya aku ‘mendengar’ dia berbicara. Aku sempat tidak bisa melihat dengan jelas sosoknya, karena mataku yang buram dan dipenuhi darah. Yang bisa aku pahami, adalah bahwa dia melayang seperti bajing$n sombong di bawah sorotan cahaya. Tentu keadaannya sangat menggangu karena suara terompet kepa$at terus terdengar di latar belakang, sementara aku, di sini, benar-benar sekarat!

Beberapa saat berlalu sebelum indraku, serta denyut nadiku kembali. Aku berhasil mengeluarkan darah yang cukup untuk memenuhi wastafel dapur, belum lagi apa yang keluar dari tempat lain, Aku merasa pusing. Meskipun begitu, aku kemudian bisa melihat lebih jelas apa yang ada didepanku.

Tingginya sekitar dua puluh kaki, dan tampak seperti lemari jam tua. Kau tau? Lemari jam yang biasanya ada di rumah kakek nenekmu, yang akan berdentang dengan sangat menggangu ketika jarumnya mencapai pukul 12? Yah itu! Walaupun, perlu kukatakan, bahwa bentuknya sedikit berbeda, tetapi kau masih bisa paham bahwa itu adalah lemari jam.

Benda itu hanya berukuran dua puluh kaki dari pusaran roda gigi berbentuk salib, yang ukurannya mulai dari lebih besar dari mobil, hingga seukuran bulu mata. Tidak ada yang cukup menyentuh satu sama lain, tapi semuanya berputar, dengan kecepatan berbeda-beda, dan mengeluarkan dengungan yang tidak wajar. Walaupun terlihat seperti benda mati, aku cukup yakin kalau dia adalah makhluk yang memiliki kesadaran—ayolah, kita sebagai Seeker tau, diantara makhluk-makhluk aneh yang pernah kita temui di dunia-dunia gelap, kampret seperti ini lebih normal dari yang lain.

Tak perlu dikatakan lagi, aku sedang tersungkur saat ini, dan yang terpikir olehku hanyalah berteriak padanya, dan tanganku kemudian meraih (Object 485) Balmung, atau apa pun sebutan kalian. Goddamned Sharp Sword (Pedang tajam terkutuk) begitulah aku menyebutnya.

Aku berhasil terhuyung-huyung berdiri dan terus berteriak, bertanya pada makhluk sialan ini, apa maunya, sembari berteriak di tempat publik seperti perebutan area parkir. Dia hanya bergerak aneh, lalu melayang ke arahku tanpa berbuat apa-apa!

Kemudian ia ‘berbicara’ kepadaku. Aku benar-benar mendengar pikirannya, dan merasakan apa yang ingin dia sampaikan, bahkan lengkap dengan visi yang langsung terpatri di otakku. Itu seperti otakku dijejali memori yang baru, memori asing yang tidak aku inginkan.

Hal-hal yang aku lihat, adalah sesuatu yang tidak jahat, namun sensasinya sendiri, begitu memuakkan. Jika aku bisa, aku dengan senang hati akan melompat ke salah satu lubang yang tidak seharusnya dimasuki. Atau jika disuruh memilih, aku akan memilih untuk mengucapkan kata-kata yang salah di waktu yang salah ke wajah Holder daripada harus merasakan sensasi itu lagi.

Di saat yang sama, aku merasa bahwa tubuhku berubah menjadi krim. Tentu, itu hanya sensasi yang ada di otakku, namun pahamilah, rasanya seperti tertabrak banyak sekali batu bara dengan kecepatan yang luar biasa, menghantammu partikel demi partikel.

“Kau banyak berasumsi, padahal kau hanya tahu sedikit. Beban yang kau kumpulkan hanyalah pernak-pernik, dan pelayanan yang lebih baik sudah pasti mengambil alih kesetiaanmu.”

Jadi, aku duduk di sana dan muntah, sambil bertanya-tanya apa maksudnya dan akhirnya aku berkata 'FUCK YOU' dan menebaskan pedangku pada tubuh makhluk  atau ‘benda’ ini. Persetan dengan jenisnya.

Detik berikutnya, aku terbaring telentang, tubuhku mati rasa, seperti ototku barusaja dilumpuhkan oleh sengatan listrik yang luar biasa. Disisi lain, setelah kutebas, benda ini bukan hanya tidak tergores, tapi  malah bersinar terang. Entah kenapa, kesan pertamaku melihat cahaya itu, adalah ‘holy’

“The Pure One mengirimku dengan misi. Jadilah tercerahkan, manusia. Kengerian yang pernah kau hadapi sebelumnya bagiku hanyalah semut dibawah seorang prajurit lapis baja, yang memegang tombak bertangkai dan sepatu bot kulit”

Aku diam, masih mencoba mengambil nafas. Dia jelas mengatakan omong kosong, namun aku kemudian menoleh ke pedangku, lalu kearahnya yang bersinar.

Walaupun bukti keperkasaannya sudah dia tunjukan, namun di dalam hatiku, aku masih sangat tidak setuju. Maksudku, bahkan pemegang yang paling menakutkan sekalipun, bahkan tentara kegelapan yang menghadang di cakrawala, bisa ku tebas dengan pedangku. Namun dia? ini? Benda ini? Benda apa dia ini?

Tidak mungkin, tidak mungkin. Aku kemudian bangkit dan menatapnya. Kami hanya berdiri di sana, untuk beberapa saat, dan bentuk komunikasi yang dia lakukan langsung menuju batinku, tidak mengatakan apa-apa lagi.

Meskipun begitu, aku mulai memilah-milah apa yang dikatakannya, serta informasi yang dia berikan ke otakku melalui kekuatannya. Dan, ya, ketika wahyu ilahi menghampirimu, kau tidak boleh mengabaikannya. Benar kan?

Jadi ya, saat itu juga, detik itu juga, aku tahu apa yang terjadi, dan setelah beberapa ‘perbincangan’ kemudian, yang akan kusimpan antara aku dan makhluk sialan itu, aku mengerti maksudnya.

Pada dasarnya, dia adalah utusan ‘sesuatu diatas sana’, entah tuhan, entah celestial atau apalah, aku tidak peduli. Dia kemudian menawariku untuk menerima semacam misi. Dia juga berjanji memberiku hal yang lain. Sungguh, aku selalu cepat dan kuat, namun semisal ada cara untuk bertambah cepat dan bertambah kuat, aku selalu terbuka untuk negosiasi.

Ngomong-ngomong, izinkan aku memberitahumu tentang misi ini. Karena ini adalah misi yang sangat menyebalkan! Satu-satunya syaratnya adalah aku harus menyerahkan semua obyek yang kudapat. Menyerahkan dalam artian, melepas ‘kelekatan’ atau kepemilikannya supaya aku ‘bersih’.

Tidak, obyek-obyek itu bahkan tidak dia sita. Itu hanya akan ‘dilepaskan’, seperti bebek dilepas di danau, dan biarkan mereka pulang ke induknya (Holder yang asli) atau tersesat (ke tangan Seeker lain). Semua itu tidak masalah.

Tapi kawan, aku sudah menduga ini adalah mission impossible. Tahukah kalian apa yang lebih mengerikan dari Holders? Lebih berbahaya dan, sejauh ini, lebih tidak dapat diprediksi? Astaga, itu tentu saja para Seeker! Aku tau, karena secara tekhnis, aku juga ‘pernah menjadi’ bagian dari mereka.

Meskipun begitu, aku merasa sangat sulit untuk menolak. Kau mungkin tidak paham, namun gambaran yang dia perlihatkan kepadaku, serta kalimatnya yang persuasif, membuat diriku hanya bisa menerima tawarannya. Entah ini sihir atau apa, aku tidak paham lagi.

Kemudian, setelah Balmung dilucuti dari diriku, sosok didepanku memberikan pendang lain sebagai gantinya. Itu adalah pedang bercahaya yang ‘terbuat dari badannya’. Taklupa, dia memberitahuku bahwa “jalan untuk mencoba mengumpulkan benda-benda itu bodoh dan pada akhirnya sia-sia”—itu adalah pesan dari Master nya dan bukan berasal dari dirinya sendiri.

Pada akhirnya, aku menerima tugas yang dibebankan kepadaku.

Mereka yang terjebak dalam ‘siklus gelap’ ini memiliki tujuan mereka masing masing. Aku pernah mengengar cerita tentang sosok bernama ‘Slayer’ yang membunuhi para Holder. Kebalikan darinya, misiku adalah membunuhi para Seeker.

Sosok itu menjelaskan, bahwa rupanya Seeker manapun yang kubunuh dengan pedang bercahaya ini, akan langsung menemui The Pure One untuk diadili. Metode perburuan apapun yang kugunakan tidak masalah, selama yang membawa kematian di akhir adalah pedang ini.

Purge.

Penyucian.

Jika surga sudah berkehendak, lantas validasi seperti apa yang bisa manusia katakan untuk menolaknya?

Opiniku sudah tidak lagi valid sedetik setelah ‘malaikat’ itu mendatangiku.

.

.

Catatan Admin : Silahkan gunakan tombol NEXT/PREV untuk navigasi antar Chapter

Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

7 Responses to "'Who Seek The Seekers?' Chapter 0 : Prologue"

  1. "the pure one" ini karakter baru lagi kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya bro..
      Jangan sampai bingung dengan "The Dark One" Si pemilik Black King Sword
      .
      Kedua sosok ini, tidak "berkebalikan" Atau bahkan berhubungan sama sekali

      Delete
  2. gila menarik banget ini padahal baru prologue

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau yang ini, "series beneran", soalnya ada 10+ chapters.. Gak kayak strange waters kemarin yang terpotong pendek karena karakternya.. You know lah..

      Delete
    2. apakah di next chapter "the pure one" ini muncul?

      Delete
    3. zehaha.. no spoler.. silahkan cari tau sendiri ketika seluruh chapter sudah tersedia..

      Delete
    4. Sip selalu ditunggu dah next chapternya wkwkwkw

      Delete