v Sugar Daddyku Memintaku Melakukan Hal yang Aneh | UNSOLVED INDONESIA

Sugar Daddyku Memintaku Melakukan Hal yang Aneh

Original Title : My Sugar Daddy Asks Me For Wierd Favors

Crdited to EaPAtbp

From r/nosleep

Translated by : Admin

Profil Tinder-nya menjelaskan bahwa dia berusia 45 tahun, tetapi dari fotonya, dia tterlihat seperti masih berusia awal tiga puluhan. 

Mencari sugar baby. Uang saku Rp. 11.000.000 per minggu. Tanpa seks.

Penawaran yang terlalu menarik, hampir mencurigakan. Tetapi, sebagai mahasiswa yang bokek, aku bersedia mengambil risiko. aku menggeser ke kanan, dan Tinder memberi tahuku bahwa kami cocok. Pesan darinya kemudian datang beberapa detik kemudian.

Hai, sayang :)

Aku meringis mendengar kata itu, aku membencinya, tetapi sebelas juta adalah sebelas juta, jadi aku menahannya dan membalas.

Hai ;)

Namanya Jack, dan dia mengatakan kepadaku bahwa dia adalah pebisnis yang cukup sukses, meskipun dia tidak pernah menyebutkan jenis bisnisnya. Kami berbicara sebentar sebelum dia kemudian meminta no rekeningku untuk mengirimkan ‘uang saku’ pertamaku.

Setelah beberapa menit, aku mendapat pemberitahuan. Aku menatap nominal 11 juta yang masuk ke rekeningku lewat smartphone setidaknya selama dua puluh menit, berharap untuk terbangun dari mimpi ini kapan saja. Tapi itu bukan mimpi.

Kau masih di sana?

aku mengklik pesan itu.

Ya. Maaf. Kalau kau tidak keberatan aku boleh bertanya, kita baru sekali ngobrol. Apa yang kamu inginkan sebagai balasannya?

Tentu, semudah itu dia mengirim uang, tidak mungkin cuma-cuma, pasti ada hal lain yang dia inginkan. Aku menatap jendela obrolan itu sampai dia membalas.a

ku hanya ingin kau membantuku :)

Ah. Pikiranku langsung berpikir ke Hal-Hal seksual. Mungkin dia hanya malu menuliskan di profilnya, tapi jauh didalam hati, dia memang mencari sugar baby yang bisa diajak berhubungan seks. Jantungku berdebar, yah, nyaliku mulai ciut. 

Membantu dalam hal apa?

Aku mengetik gemetar. Meragukan apakah aku harus melanjutkan obrolan ini atau memblokir dia. 11 juta per minggu benar-benar tawaran yang sangat bagus untuk dilewatkan.. Tapi.. Ah! 

Misalnya, hal pertama yangku perlukan darimu adalah mengambil paketku.

Kedengarannya cukup polos, tetapi aku tetap berharap akan ada semacam kejutan. 11 juta hanya untuk mengambil paket? Ayolah, aku tidak se naif itu.

Dari kantor pos atau apa?

Tidak, tempat lain. Aku akan mengirimkan alamatnya, tetapi aku lebih suka tidak menjelaskannya melalui Tinder. Kau punya Kik? Atau kau bisa memberikan nomor teleponmu.

Kik? Tahun berapa ini, 2011? Aku memutuskan untuk memberinya nomor teleponku, dan dia langsung mengirimiku alamat pengambilan paket, diikuti alamat rumahnya, tempat aku harus mengantarkan paket itu.

Aku akan mengambil paketmu sekarang, dan mengirimkannya langsung ke alamatmu. 

Aku sedang tidak di rumah, tetapi ada kunci di bawah pot bunga didekat pintu. Masuklah ke dalam dan letakkan paket itu di meja kopi di ruang tamu. Pastikan kau mengunci pintu saat masuk ke dalam rumah, lalu kunci lagi saat keluar.

Aku meraih kunci mobil dan dompetku kemudian masuk ke mobil, memasukkan alamat pertama ke Google Maps.

Mengerti! Otw.

Ponselku bergetar saat berhenti di depan alamat tempat aku harus mengambil paket. 

Aku serius. Kunci pintunya DUA kali. Tolong. Setelah kau masuk, dan setelah kau keluar.

Kupikir itu agak berlebihan, tetapi aku berjanji akan melakukannya. Tidak membalas, aku keluar mobil dan menuju alamat yang dimaksud. 

Rumah didepanku tampak terbengkalai. Pagar rantai yang rusak mengelilinginya, dengan pintu pagar kecil yang tergantung dengan susah payah. Hampir ambruk. Rumah itu berasa tidak bisa berbaur, karena dikelilingi oleh rumah lain yang lebih terawat di kompleks itu. 

"Kau di sini untuk mengambil barang milik Jack?"

Aku mendongak dan melihat seorang pria berdiri di ambang pintu rumah yang terbuka. Sosok itu berbadan besar, kepalanya menyentuh bagian atas kusen pintu. Dia begitu gempal; tinggi dan berotot, dan seluruh tubuhnya ditutupi tato.

"Uh, ya. Kurasa begitu." Jawabku, tidak beranjak dari tempatku di trotoar.

"Tunggu disitu." Katanya.

Aku melakukannya. Kurasa aku tidak akan bergerak bahkan jika dia memintaku. Aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa tidak ada orang lain di jalan ini. Aku adalah seorang wanita berusia dua puluh satu tahun yang sendirian di jalan yang asing. Aku menggenggam kunci mobilku.

Beberapa menit kemudian, pria itu keluar lagi sambil membawa sebuah kotak kardus. Ukurannya kira-kira sebesar kotak sepatu, tetapi beberapa sudutnya bernoda dan lembap.

"Bisakah kau membuka pintu mobilmu?" tanyanya.

Aku membuka bagasi, tidak ingin menaruhnya di jok mobilku, lalu dia meletakkannya di sana.

"Oke, sudah. Sekarang pergilah." Katanya.

"Terima kasih." Jawabku.

Aku berjalan ke sisi pengemudi mobil dan membuka pintunya.

"Oh, dan satu hal lagi!" Katanya.

Aku menatapnya.

"Hati-hati." Katanya.

Aku tidak menjawab.

Aku menyalakan musikku kencang-kencang saat berkendara ke rumah Jack, berharap itu akan meredam kecemasanku. Faktanya tidak. 

Aku memarkir mobilku di jalan masuk yang terbuat dari batu dan tetap berada di dalam mobil selama beberapa saat, mengagumi rumah itu.

Itu adalah rumah besar; dengan pilar-pilar batu di teras depan, dan rumput paling hijau yang pernah kulihat seumur hidupku. Aku mematikan mobil dan keluar. aku mengambil paket itu dari bagasi, dan berjalan ke pintu depan, mengambil kunci dari tempat yang sudah diinfokan Jack.

Aku membuka pintu depannya dan melangkah masuk, lalu menutupnya di belakangku.

Aku memikirkan apa yang sempat diinstruksikan Jack, tentang mengunci pintu saat aku masuk. Aku pikir itu agak berlebihan, tetapi saat aku menatap pintu yang tertutup, ada sesuatu yang membuat aku mengulurkan tangan dan menguncinya.

Kala aku berjalan masuk, kakiku terlindungi oleh karpet merah marun yang tebal. Aku berjalan sambil mengagumi bagian dalam rumah itu. Semua perabotan terbuat dari kayu dan tampak sangat mahal. Benar benar hal yang tidak bisa aku bayangkan miliki, bahkan jika aku harus bekerja sampai mati pasca kuliah.

Sesuai instruksi, aku meletakkan bungkusan itu di atas meja kopi, dan saat aku berjalan kembali ke pintu, aku mendengar telepon berdering dari suatu tempat di dalam rumah. aku membeku.

Di sakuku, teleponku bergetar. Pesan masuk. Aku mengeluarkannya untuk melihatnya.

Jangan menjawab panggilan apa pun yang bukan dari Marvin.

aku mengantongi kembali teleponku dan mengikuti suara telepon itu, menjulurkan kepala ke beberapa ruangan sebelum aku menemukannya di ruangan luas yang nampak seperti ruang kerja. 

aku berjalan ke meja dan melihat ID penelepon.

*Panggilan masuk dari Jack.*

Aneh.

Aku meraih ponselku untuk melihat pesan singkat itu lagi. aku mulai merasa sedikit takut dan memutuskan untuk tidak menjawab telfon yang berdering. Yah itu bukan urusanku. Aku kemudian keluar, dan tidak lupa mengunci pintu rumah seperti yang disuruh Jack. 

Waktu bergulir, dan aku telah beberapa kali melakukan hal yang diminta oleh Jack. Aku mulai terbiasa. 

Seminggu yang lalu, aku mengendarai BMW ke sebuah taman acak di kota lain, hanya untuk kembali dan mengendarai mobil lain kembali ke rumah Jack. 

Beberapa hari kemudian, Dia menyuruhku bertemu dengan salah satu "karyawannya" saat makan siang, yang kemudian memberiku tas kerja untuk diantar ke rumah pertama yang aku kunjungi dan mengatakan kepadaku bahwa dia akan tahu apa yang harus dilakukan. 

Pada beberapa kesempatan, dia memintaku untuk menetap di rumah yang sama dan tinggal sebentar bersama pria itu, yang bernama Julio, untuk jangka waktu tertentu. Tidak ada hal khusus yang terjadi. Hanya menemani pria, yang mungkin adalah kawan Jack. Benar-benar random. 

Secara total, aku telah menghasilkan sekitar 56 juta dari keseluruhan uang saku yang diberikan Jack. 

Baru-baru ini, Jack memintaku untuk menginap di rumahnya semalam. Aku terbangun karena ada pesan teks darinya. 

Aku ingin kau menginap di rumahku.

Aku belum pernah bertemu langsung dengan Jack, tetapi aku pernah berbicara dengannya di telepon beberapa kali. Dia kemudian memberitahuku bahwa dia akan membayarku 17 juta untuk menginap di rumahnya semalam, asalkan aku mau mengikuti beberapa aturan. 

Aku berkendara ke rumahnya malam itu. Jalan masuknya kosong, seperti biasanya, tetapi lampu teras menyala. aku berjalan ke depan, membuka kunci pintu, masuk ke dalam, lalu menguncinya lagi. Segala sesuatu di rumah tampak sama. Jack telah memberitahuku melalui telepon bahwa dia akan meninggalkan ‘daftar aturan’ di meja ruang makan. 

Aku meletakkan semua barangku di ruang tamu. Tasku tampak seperti sampah dibandingkan dengan perabotan mewah di sana. Aku berjalan ke dapur, lalu ke ruang makan. Benar saja, ada selembar kertas di atas meja kayu, yang tindih oleh gelas kosong. 

*Kunci pintu saat masuk.*

*Jawab panggilan dari Marvin saja.*

*Jangan buka keran antara pukul 9 malam dan 11 malam.*

*Jangan buka pintu untuk siapa pun - tidak terkecuali untuk apapun - setelah pukul 10 malam.*

*Jika pintu lemari di ujung lorong terbuka, tidurlah di perpustakaan. Jika tertutup, tidurlah di salah satu kamar tidur.*

*Tukang kebun datang tengah malam. Jika ia mulai mengetuk jendela, sembunyilah.*

*Nyalakan TV dan biarkan TV itu memutar siaran statis sepanjang malam. JANGAN LUPA UNTUK MELAKUKAN INI.*

*Kau boleh mengambil apa pun yang ada di kulkas. :)*

*Aku akan membayarmu besok pagi. Selamat malam!*


Aku memastikan untuk mengikuti semua aturan. Sejujurnya, aku menyesali keputusanku datang karena terima atau tidak, beberapa aturan entah mengapa terkesan sangat creepy. Namun, karena aku sudah di sini, dan aku dibayar, aku memutuskan untuk tetap tinggal. Kupikir selama aku mengikuti semua aturan, aku akan baik-baik saja.

Tetap saja, rasanya agak aneh. Memang apa ini? Rumah hantu?

Meskipun begitu, aku tetap mencoba menikmati semuanya. Aku bermalas-malasan di rumah selama beberapa jam menikmati semua fasilitas yang ada, karena aku berencana untuk tidur sekitar pukul sembilan karena pada saat itulah semua hal aneh akan mulai terjadi. Pada pukul 8:50, aku menggosok gigi, menggunakan keran untuk terakhir kalinya sebelum pukul 9.

Aku memeriksa lemari di lorong dan setelah melihatnya terbuka, aku memindahkan barang-barangku ke perpustakaan dan bersiap untuk tidur di sofa. Aku mengunci pintu untuk berjaga-jaga, dan berbaring di sofa, menggulir ponselku. Aku tidak mendapat pesan lagi dari Jack, dan aku mulai memikirkan skenario dan alasan mengapa dia memiliki seperangkat aturan yang begitu ketat dan aneh di rumahnya.

Aku tertidur di suatu titik karena, tepat pukul 10:16 malam, aku dibangunkan oleh bel pintu yang berbunyi. aku hendak bangun untuk memeriksa, tetapi kemudian aku ingat aturannya.

*Jangan membukakan pintu untuk siapa pun - tidak peduli kepada siapapun - setelah pukul 10 malam.*

aku tetap di sofa, berusaha untuk tidak bergerak, paranoid bahwa mereka akan mendengar suara sekecil apa pun.

“Ini polisi! Buka pintunya.”

aku tidak bergerak.

“Halo? Ini polisi! Buka pintunya atau kami akan mendobrak masuk.”

aku masih tidak bergerak, tetapi aku bisa mendengar detak jantungku di telingaku sendiri. 

Ada keheningan beberapa saat setelah itu.

Kemudian bel pintu berbunyi lagi.

“Hei, ini Jack! Biarkan aku masuk!”

Kedengarannya seperti Jack, tetapi tetap saja, aku tidak bangun. Jika itu Jack dia pasti punya kunci, bukan? Mengapa dia membutuhkanku untuk mengizinkannya masuk?

Ini berlanjut selama hampir satu jam penuh; orang yang berbeda akan membunyikan bel pintu, mengumumkan diri mereka, dan kemudian hening ketika aku tidak menjawab. Akhirnya aku bisa tertidur, dan tukang kebun yang dimaksud Jack, tidak kunjung datang.

Ketika aku bangun keesokan paginya, aku mendengar suara seseorang di dapur. Aku bangun perlahan, dan membuka kunci pintu sepelan mungkin, sambil membawa ponselku dan berjalan melintasi ruang tamu menuju dapur.

Aku berhenti di ambang pintu dapur dan melogok. 

Itu pasti Jack. Dia berdiri di depan kompor, mengaduk sesuatu sementara mesin kopi menyeduh kopi di meja di belakangnya.

“Hai! Selamat pagi!” katanya ketika melihatku.

“Hai.” aku menjawab dengan gugup.

aku belum pernah melihatnya secara langsung sebelumnya, tetapi dia tampak persis seperti foto-fotonya di internet.

“Telur dadar?” tanyanya, sambil menunjuk ke panci dengan sendok kayu.

“Ya, terima kasih!” jawabku, sambil berjalan untuk mengambil piring darinya.

Aku menghabiskan sarapanku dan minum sedikit kopi dalam diam.

“Jadi, bagaimana tadi malam?” tanyanya.

“Biasa saja. Tidak ada hal yang aneh terjadi.” Jawabku.

“Nice.” jawabnya.

Ada kecanggungan di ruangan itu.

“Kurasa aku akan pamit pergi sekarang. Aku ada kelas…” aku berkata kepada Jack. 

Aku mencoba terlihat sebiasa mungkin. Tidak terlihat, tapi aku benar-benar ingin keluar dari rumah ini segera.

“Oh, maafkan aku! Ya, tentu saja! Kita bisa ngobrol lagi lain waktu.” Jawabnya.

Aku mengambil barang-barangku dan dia mengantarku ke mobilku. Aku bisa melihatnya berdiri di pekarangan rumah, menatapku saat aku pergi.

Ketika aku sampai di rumah, aku membongkar semua barangku dan menyadari bahwa aku masih membawa daftar peraturan milik Jack. Aku duduk di tempat tidurku dan membacanya lagi. Aku merasakan tubuhku menegang saat aku menyadari bahwa aku telah melupakan sesuatu.

*Nyalakan TV dan biarkan diputar dalam format statis sepanjang malam. JANGAN LUPA LAKUKAN INI.*

*Nyalakan TV dan biarkan TV menyala dalam mode statis sepanjang malam. JANGAN LUPA LAKUKAN INI.*

*JANGAN LUPA LAKUKAN INI.*

aku menatap kata-kata di kertas itu sampai buku kuduk ku bahkan lelah untuk merinding.

Di sampingku, ponselku bergetar, menyadarkan aku kembali ke kenyataan.

Itu adalah pembayaran sebesar $1000.

Aku melihat ponselku lalu kembali ke daftar.Mungkin itu bukan langkah yang terlalu penting?

Saat aku memikirkannya, sebuah pesan dari Jack datang.

Aku masih ada di luar kota. Aku akan kembali minggu depan, jadi kau bebas dari tugas apa pun dariku sampai aku kembali! Aku baru saja mengirim pembayaran, pergilah melakukan sesuatu yang menyenangkan ;)

aku menatap pesan itu dan membacanya lagi.

Dan lagi.

Dan sekali lagi namun dengan penghayatan penuh. 

aku masih ada di luar kota.


aku teringat kembali pagi ini, dan bagaimana Jack ada di rumahnya. Bagaimana dia memberiku sarapan.

aku masih ada di luar kota.

Dalam hitungan menit, sebuah pesan baru masuk kali ini dari nomor yang tidak aku kenal.

kau lupa melakukan sesuatu ya? ;)

Kemudian nomor itu mengirimi sebuah foto. Itu adalah foto Jack, yang entah Jack asli atau palsu, - yang sedang berdiri di depan TV.

aku tidak menanggapi.

Berikutnya foto lain dikirim. Itu adalah foto rumahku sendiri. 

Diikuti oleh pesan lain.

Hati-hati.


Yth Pembaca,
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih

0 Response to "Sugar Daddyku Memintaku Melakukan Hal yang Aneh"

Post a Comment